HomeHeadlinePilpres 2024: All Jokowi’s Men?

Pilpres 2024: All Jokowi’s Men?

Berbagai pengamat politik menyebut Pilpres 2024 akan diisi oleh all Jokowi’s men atau mereka yang didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).


PinterPolitik.com

“The best form of defense is attack.”— Carl von Clausewitz

Dalam artikel PinterPolitik yang berjudul 2024, Jokowi Persiapkan Oligarki Baru? pada 14 Februari  2020, telah diprediksi dua hal. Pertama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mempersiapkan penerusnya di Pilpres 2024. Ini untuk melanjutkan berbagai program dan visi pembangunan yang sedang dan sudah dijalankan. Kedua, Partai NasDem akan membangun poros kekuatan baru di luar PDIP dan Presiden Jokowi.

Well, entah kebetulan atau tidak, kedua prediksi itu terlihat saat ini. Presiden Jokowi berulang kali melempar sinyal dukungan politik. Sinyal-sinyal dukungan itu bahkan membuat berbagai partai politik termasuk PDIP geram. RI-1 dinilai terlalu mencampuri kedaulatan partai dalam memilih capres-cawapres.

Kemudian, seperti yang kita lihat, Partai NasDem secara mengejutkan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Deklarasi itu membuat NasDem terlibat tensi panas dengan PDIP. Petinggi PDIP seperti Hasto Kristiyanto bahkan terang-terang meminta menteri NasDem dievaluasi alias “dicopot”.

Pun demikian dengan Presiden Jokowi. Setelah deklarasi NasDem terhadap Anies, berulang kali RI-1 meminta partai politik untuk hati-hati dalam memilih capres-cawapres. Berbagai pihak kemudian menafsirkannya sebagai gestur tidak legowo Presiden Jokowi. Ulasan atas poin ini ada dalam artikel PinterPolitik yang berjudul Jokowi Tidak Restui Anies Nyapres?.

infografis mampukah jokowi jadi king maker

Jokowi Ketakutan?

Jika diperhatikan, prediksi kedua berkorelasi dengan prediksi pertama. Jika benar manuver NasDem membuat Presiden Jokowi tidak legowo, itu menunjukkan RI-1 ingin Pilpres 2024 diisi pertarungan para kandidat yang direstuinya.

Jika demikian yang terjadi, kita tidak perlu memberi respons negatif, melainkan netral. Pada dasarnya, gelagat yang ditunjukkan Presiden Jokowi adalah khas perilaku penguasa. Pada tahun 1513, dalam bukunya yang masyhur, Il Principe, Niccolò Machiavelli menjelaskan bahwa sangat wajar, dan memang seharusnya demikian, apabila penguasa menunjuk pihak yang dipercayainya sebagai suksesor.

Apa yang ditegaskan Machiavelli 500 tahun yang lalu sekiranya akan terus relevan. Di Amerika Serikat (AS), negara yang disebut sebagai kiblat demokrasi, sangat lumrah apabila Presiden yang masih menjabat memberikan dukungan kepada kandidat pilihannya.

Baca juga :  Hilang! “Roh” ASEAN Lenyap Gegara Trump?

Dalam studi-studi terbaru psikologi, perilaku tersebut merupakan konsekuensi dari rasa takut kehilangan kekuasaan atau pengaruh.

Kita misalnya dapat melihat penelitian Barbara Wisse, Diana Rus, Anita C. Keller, dan Ed Sleebos yang berjudul “Fear of losing power corrupts those who wield it”: the combined effects of leader fear of losing power and competitive climate on leader self-serving behavior.

Disebutkan, karena kekuasaan memberikan “kesenangan” dan akses yang besar, itu membuat para pemimpin secara sadar atau tidak begitu takut untuk kehilangan pengaruhnya. Ini kemudian mendorong perilaku egois dan oportunistik untuk menjaga pengaruh tersebut – setidaknya tidak hilang sama sekali.

Perilaku penguasa yang memilih penerusnya adalah upaya untuk mempertahankan pengaruhnya. Sekalipun tidak memiliki kursi secara de jure, secara de facto ia tetap memiliki pengaruh karena dapat mempengaruhi keputusan penguasa yang dipilihnya. Dalam literatur politik, kita mengenalnya sebagai string-pullers atau penarik tali.

Kembali pada Presiden Jokowi. Jika benar ia tengah mempersiapkan penerusnya, atau bahkan ingin Pilpres 2024 merupakan pertarungan para kandidat yang direstuinya, maka itu menunjukkan ketakutannya untuk kehilangan pengaruh.

jokowi jadi bebek lumpuh ed.

All Jokowi’s Men?

Menariknya, berbagai pengamat juga melihat tanda-tanda Pilpres 2024 akan diisi oleh mereka yang direstui oleh Presiden Jokowi. “Sangat mungkin nanti yang bertanding itu all Jokowi’s men,” ungkap pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno pada 9 Januari 2023.

Pandangan serupa juga dilontarkan oleh Founder Cyrus Network Hasan Nasbi. “Saya sudah dari tahun lalu bilang bahwa nanti pilpres akan diisi oleh all the president’s men,” ungkap Hasan pada 16 Juni 2022.

Melihat peta dan relasi para kandidat, prediksi Adi dan Hasan tampaknya akan terwujud. Sejauh ini Presiden Jokowi telah berulang kali memberikan sinyal dukungan. Yang paling kentara adalah kepada Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Erick Thohir.

Untuk Sandi, pada 15 Januari 2020, ketika menghadiri dan melantik Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2019-2022, Presiden Jokowi menyebut Sandi adalah sosok yang bisa menggantikan dirinya.

Untuk Ganjar, pada 21 Mei 2022, ketika menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Jawa Tengah (Jateng), Presiden Jokowi menyebut yang kita dukung ada di sini. Banyak pihak menyebut pernyataan ditujukan kepada Ganjar yang hadir dalam acara. Apalagi, pernyataan itu disambut teriakan, “hidup Pak Ganjar”.

Baca juga :  Why Always Bahlil?

Ada pula pernyataan Presiden Jokowi soal “rambut putih” ketika menghadiri acara Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada 26 November 2022. Ganjar langsung meresponsnya dengan mengunggah foto berambut hitam.

Untuk Prabowo, pada 2 November 2022, dalam acara Indo Defence 2022, Presiden Jokowi  menegaskan sudah sejak awal memberikan dukungan kepada Prabowo. Kemudian, pada 7 November 2022, ketika menghadiri HUT ke-8 Partai Perindo, Presiden Jokowi mengatakan pada 2024 nanti mungkin adalah jatahnya Prabowo.

Untuk Erick, pada 4 Januari 2023, ketika berkunjung ke Pasar Bawah, Kota Pekanbaru, Riau, Presiden Jokowi menyebut Erick merupakan menteri andalannya.

Sekelumit pernyataan dan gestur itu sekiranya adalah simbol dukungan Presiden Jokowi. Seperti dijelaskan Kimly Ngoun dalam What Southeast Asian Leaders Can Learn from Jokowi, Presiden Jokowi memiliki kemampuan memainkan simbol-simbol politik yang sangat baik.

Menurut Ngoun, kemampuan itu bahkan menjadi pembeda Presiden Jokowi dengan pemimpin-pemimpin lain di Asia Tenggara.

Sekarang kita akan melihat pemetaannya. Ganjar dan Prabowo adalah sosok yang paling kuat dikaitkan menjadi capres. Sedangkan Sandi dan Erick disebut akan menjadi cawapres.

Namun, jika Sandi memilih keluar dari Partai Gerindra untuk bergabung dengan PPP, peluang Sandi menjadi capres akan terbuka lebar. Dengan demikian, Presiden Jokowi sudah mengantongi tiga nama kandidat capres potensial.

Terkait partai yang mendukung, yang paling pasti saat ini adalah Prabowo bersama Partai Gerindra. Ganjar masih berjudi dengan PDIP. Peluang Ganjar akan lebih besar jika berani keluar dari partai banteng. Lalu Sandi, ini tergantung dari berhasil tidaknya PPP membangun poros kekuatan.

Yang tersisa mungkin soal Anies. Meskipun sudah dideklarasi NasDem sebagai bakal capres, kans Anies masih terbilang 50:50. Masih ada kemungkinan NasDem gagal mendapatkan rekan koalisi, sehingga harus bergabung dengan poros kekuatan lain.

Jika skenario ini berjalan, maka Pilpres 2024 akan berisi pertarungan all Jokowi’s men. Kita lihat saja. (R53)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Apapun Intriknya, Benarkah Jokowi Pemenangnya?

Spill Presiden Prabowo Subianto mengenai eksistensi upaya pemisahan dirinya dengan Joko Widodo (Jokowi) menyiratkan makna tertentu. Utamanya, terkait interpretasi akan dinamika relasi dengan Megawati Soekarnoputri, PDIP, dan di antara para aktor terkait yang muaranya memunculkan Jokowi sebagai pihak yang lebih aman. Mengapa demikian?

Jokowi dan Misteri “Kepunahan” Kelas Menengah 

Perbincangan seputar berkurangnya kelas ekonomi menengah Indonesia belakangan tengah ramai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkinkah ada kesalahan sistemik di baliknya? 

Creative Destruction Efisiensi Prabowo

Efisiensi anggaran negara yang tengah didorong Presiden Prabowo nyatanya mendapatkan gejolak dan tentangan.

Balada Rakyat Ekonomis dan Pejabat Hedonis

Pameran kemewahan pejabat, seperti patwal Raffi Ahmad, perdalam kecemburuan rakyat. Mengapa ini perlu jadi perhatian pemerintahan Prabowo?

Why Always Bahlil?

Upaya penertiban dan penataan subsidi LPG 3 Kg entah kenapa malah jadi resistensi dan mengarah langsung ke Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Padahal, terlepas dari eksekusi di awal yang harus diakui kurang rapi, kebijakan tak populer ini memiliki esensi sangat positif. Hal itu memantik interpretasi mengenai “perlawanan” kuat yang bisa saja terorkestrasi. Benarkah demikian?

IKN House Has Fallen!

Pemblokiran anggaran IKN Nusantara lemahkan pengaruh Jokowi, membuka peluang bagi Megawati untuk perkuat posisinya dalam politik Prabowo.

Ini Jurus Rahasia Trump “Perkasakan” Amerika? 

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berniat mendirikan sovereign wealth fund (SWF). Keputusan ini dinilai jadi keputusan yang sangat besar dan berdampak ke seluruh dunia, mengapa demikian? 

Prabowo dan The Intra-Elite Enemy

Masalah penataan distribusi gas LPG 3 kilogram menjadi sorotan terbaru publik pada pemerintahan Prabowo.

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...