HomeHeadlineGibran Lebih Berani Dibanding Jokowi?

Gibran Lebih Berani Dibanding Jokowi?

Sosok Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dinilai memiliki keberanian yang lebih dibandingkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini dikarenakan secara psikologis sebagai anak muda Gibran memiliki kepribadian yang lebih frontal dan berani ambil risiko dalam mengambil keputusan. Benarkah demikian?


PinterPolitik.com

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang telah dipilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto dinilai memiliki keunggulan dalam mewakili kaum muda.

Sebagai sosok yang mewakili kaum muda, Gibran dinilai dapat mengakomodir keinginan dan kepentingan kalangan generasi muda.

Sebagai seorang pengusaha muda, dia mungkin membawa perspektif inovatif dan ide-ide kewirausahaan yang bisa dianggap sebagai aset dalam merumuskan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan kaum muda terkait lapangan kerja, peluang usaha, dan perkembangan ekonomi.

Dalam politik, kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan sosial, teknologi, dan kebutuhan masyarakat adalah hal yang penting.

Sebagai seorang yang aktif di dunia bisnis, kemampuan adaptasi ini mungkin menjadi salah satu kelebihan Gibran.

infografis gibran tancap gas program 2.jpg

Atas dasar itu, tak heran jika dalam survei yang dirilis Indo Barometer diambil dari tanggal 25-31 Oktober 2023, dan dilaksanakan di 38 provinsi dengan jumlah sampel sebanyak 1.230 responden. Gibran unggul sebagai cawapres yang merepresentasikan kalangan generasi muda.

Tak hanya itu, dalam survei terkait sosok yang pintar dan intelektual Gibran Rakabuming lebih unggul 37,6 persen dibanding Mahfud MD 23,3 persen dan Muhaimin Iskandar 18 persen.

Selain itu, terpilihnya Gibran sebagai cawapres Prabowo juga didasarkan pada analisis normatif, seperti, pertimbangan elektoral, teritori, dan regenerasi politik anak muda.

Lantas, faktor apa lagi yang membuat Gibran dinilai unggul sebagai sosok cawapres muda?

Gibran Sosok Pemberani?

Terpilihnya Gibran sebagai cawapres Prabowo tampaknya juga bukan hanya didasarkan pada keterwakilan kalangan kaum muda saja.

Baca juga :  Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Faktor keberanian Gibran yang selama ini dia tunjukkan dalam mengelola Solo kiranya juga menjadi sebuah pertimbangan. Keberanian itu dinilai beberapa pihak menjadi salah satu kelebihan Gibran dibanding sang ayah, Presiden Jokowi.

Ketika membahas keberanian, penting untuk melihatnya dalam konteks yang sesuai. Sebagai sosok muda, Gibran mungkin dianggap lebih berani dalam beberapa hal daripada Jokowi.

Hal itu bisa dilihat dalam konteks berani mengambil risiko di dunia bisnis atau mungkin dalam menyuarakan gagasan-gagasan yang lebih progresif.

Jokowi cenderung menerapkan pendekatan transaksional, fokus pada tugas-tugas praktis dan administratif, sementara Gibran mungkin memiliki keberanian untuk menggagas transformasi, menciptakan perubahan besar dalam bidang-bidang yang baru.

Selain itu, Gibran kiranya juga mewakili pemimpin yang lebih berani dalam menghadapi situasi yang belum teruji, sementara Jokowi telah menjadi pemimpin yang lebih berani dalam menangani tantangan-tantangan politik dan administratif di tingkat nasional.

Keberanian Gibran kiranya juga didukung oleh beberapa faktor, Gibran mungkin mewakili pemimpin yang lebih berani dalam menghadapi situasi yang belum teruji.

Faktor lain seperti usia, latar belakang, dan peran dalam masyarakat juga mempengaruhi persepsi tentang keberanian.

Gibran, sebagai generasi muda dengan ide-ide segar, mungkin lebih terlihat berani dalam eksperimen dan inovasi.

mungkinkah prabowo gibran kuasai jakarta

Gibran Pantas Cawapres

Sebagai sosok muda yang kiranya memahami demokrasi digital, Gibran adalah sosok yang tampaknya memang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.

Sosok muda seperti Gibran diyakini merepresentasikan inklusivitas. Anak muda dinilai sebagai kalangan yang mencerminkan pandangan, nilai, dan pengalaman yang beragam.

Pemimpin muda seperti Gibran akan lebih memahami persoalan-persoalan yang menjadi keresahan anak muda, seperti pendidikan, pekerjaan, perubahan iklim, dan inovasi teknologi.

Ini dapat memastikan bahwa kebijakan yang diusulkan lebih relevan dan merespons kebutuhan aktual masyarakat.

Baca juga :  Evolusi Komunikasi Politik Negara +62 Edisi 2024

Sosok muda seperti Gibran juga kiranya memiliki pemahaman yang lebih baik terkait bidang teknologi dan inovasi, yang nantinya akan bermanfaat dalam setiap kebijakan yang dirumuskan untuk kepentingan masyarakat.

Selain itu, Gibran juga telah mencerminkan mental kolaboratif yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam setiap perumusan kebijakan dalam kepemimpinannya di Solo.

Atas dasar itu, Gibran diyakini akan menerapkan mental yang sama dalam setiap kebijakan yang akan dia terapkan nantinya jika menjadi seorang wakil presiden.

Dalam menerapkan semua ide dan gagasan ke dalam sebuah kebijakan dibutuhkan sebuah keberanian dalam mendobrak sistem yang sudah ada sebelumnya.

Gibran pun dinilai memiliki keberanian itu karena pemimpin muda seperti dirinya dinilai akan lebih frontal dan blak-blakan agar setiap kebijakannya dapat berjalan dengan baik. Keberanian yang dimiliki Gibran pun sudah dia tunjukkan dalam masa kepemimpinannya di Solo.

Hal ini berkaitan juga dengan faktor psikologis anak muda yang cenderung lebih semangat dan berani ambil risiko dalam setiap keputusannya.

Well, menarik ditunggu apakah keberanian yang telah Gibran tunjukkan dalam kepemimpinannya di Solo akan dia terapkan jika nantinya terpilih menjadi RI-2. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Mengapa TikTok Penting untuk Palestina?

Dari platform media sosial (medsos) yang hanya dikenal sebagai wadah video joget, kini TikTok punya peran krusial terkait konflik Palestina-Israel.

Alasan Sebenarnya Amerika Sulit Ditaklukkan

Sudah hampir seratus tahun Amerika Serikat (AS) menjadi negara terkuat di dunia. Mengapa sangat sulit bagi negara-negara lain untuk saingi AS? 

Rahasia Besar Presidential Club Prabowo?

Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto disebut menggagas wadah komunikasi presiden terdahulu dengan tajuk “Presidential Club”. Kendati menuai kontra karena dianggap elitis dan hanya gimik semata, wadah itu disebut sebagai aktualisasi simbol persatuan dan keberlanjutan. Saat ditelaah, kiranya memang terdapat skenario tertentu yang eksis di balik kemunculan wacana tersebut.

Apa Siasat Luhut di Kewarganegaran Ganda?

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan agar kewarganegaraan ganda untuk diaspora Indonesia diperbolehkan. Apa rugi dan untungnya?

Budi Gunawan Menuju Menteri Prabowo?

Dengarkan artikel ini: Nama Kepala BIN Budi Gunawan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon menteri yang “dititipkan” Presiden Jokowi kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Hal...

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?