Cross BorderJet Tercanggih AS "Dikalahkan" Meme?

Jet Tercanggih AS “Dikalahkan” Meme?

- Advertisement -

Jet F-22 milik Amerika Serikat (AS) jadi bahan becandaan warganet setelah menjatuhkan balon udara milik Rakyat Republik Tiongkok (RRT). Mungkinkah meme-meme yang muncul adalah bagian dari agenda politik?


PinterPolitik.com

Siapa di sini yang senang mengirimkan posting-an meme ke teman-temannya di Instagram atau Twitter? Dan buat kalian yang sedikit “hardcore”, kadang walau teman kita belum buka chat sekalipun, kita tetap mengirimkan puluhan meme, sampe akhirnya bertumpuk di dalam chat-nya.

Yap, tidak dipungkiri bahwa postinganpostingan meme di media sosial (medsos) memiliki nilai hiburannya tersendiri. Entah kenapa, terkadang meme yang hanya berupa satu foto sederhana ditambah beberapa tulisan hasil editan saja lucunya bisa membuat kita tertawa terpingkal-pingkal.

Dan yang menariknya, banyak pula meme-meme komedi yang topik bahasannya berputar pada topik yang cukup serius, dan bahkan mungkin berbahaya.

Meme tentang Perang Rusia-Ukraina misalnya, semenjak awal perang meletus, kita bisa temukan ratusan celotehan warganet yang membercandakan konflik tersebut, meski telah menelan ribuan korban jiwa. Akun pemerintah Ukraina di Twitter saja ketika awal perang sempat membuat meme tentang beratnya hidup bertetangga dengan Rusia.

Belum mereda panasnya ancaman perang, belakangan ini warganet juga membuat sejumlah meme tentang pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru saja menembak jatuh balon udara milik Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan pesawat tempur super canggihnya, F-22 Raptor.

Para diplomat masing-masing negara sudah tegaskan bahwa permasalahan ini bisa jadi sesuatu yang serius dan mencederai hubungan antara AS dan RRT, bahkan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken saja sampai membatalkan kunjungannya ke Negeri Tirai Bambu.

Kendati demikian, orang-orang masih saja membercandakan kejadian itu. Salah satu contohnya adalah kemunculan meme tentang jet F-22 yang mencatat balon jatuh RRT sebagai korban pertamanya selama belasan tahun bertugas di Angkatan Udara (AU) AS. Kalau dibandingkan dengan jet-jet tempur lain seperti F-15 dan F-16 yang sudah jatuhkan ratusan jet tempur, hal itu memang “menggelitik”.

Namun, seperti yang kita ketahui, segala aktivitas di media sosial kini semakin beririsan dengan kepentingan politik. Oleh karena itu, mungkinkah meme, hiburan yang selalu kita tertawakan dan nikmati, juga adalah bagian dari suatu agenda politik?

image 19

Motif Tersembunyi di Balik Meme?

Sebelum kita bahas lebih lanjut, mungkin beberapa dari kalian pernah ada yang bertanya-tanya, sebenarnya bagaimana sejarah istilah “meme”? Siapa yang pertama kali menciptakannya?

Well, kuat dugaannya orang pertama yang pertama kali menggunakan istilah meme adalah ahli biologi sekaligus influencer ateisme ternama, Richard Dawkins.

Dalam bukunya yang berjudul The Selfish Gene, yang terbit pada tahun 1976 Dawkins mengartikan meme sebagai “unit budaya” yang dibagikan dan diwariskan selama beberapa generasi, mirip dengan apa yang terjadi pada gen makhluk hidup dalam pengertian biologis.

Baca juga :  Kenapa Xi Jinping Undang Prabowo?

Beberapa tahun setelah itu, pengertian meme pun berkembang. Saat ini banyak pengamat yang mengartikan meme sebagai pesan dan atau iterasi yang disebarkan dengan cepat oleh anggota budaya digital.

Meme menyimpan makna lebih dari sekadar sebagai hiburan semata. L. Grundlingh dalam tulisannya Memes as speech acts, menilai bahwa di zaman sekarang meme telah menjadi speech act atau tindak tutur tersendiri di dunia maya. Apa yang diucapkan melalui sebuah meme terkadang jadi representasi dari sikap seseorang pada suatu isu, yang kemudian bisa dinilai dari seberapa populer meme tersebut.

Oleh karena itu, menurut studi yang dilakukan Adam Lonnberg dan kawan-kawan dalam artikel The growth, spread, and mutation of internet phenomena: A study of memes, suatu meme yang populer pada awalnya pasti hanya berangkat dari komunitas-komunitas tertentu saja.

Meme adalah representasi dari satu pandangan populer tentang suatu isu. Kalau kita mau cari contohnya, kita bisa lihat meme “one does not simply walk into Mordor”.

Pada awalnya, meme ini mungkin hanya bisa dilihat lucu oleh orang-orang yang sudah menonton Lord of the Rings saja. Akan tetapi, karena seiring waktu film itu semakin populer dan sering dibicarakan, lama-kelamaan konteks lucu yang tersimpan di meme tadi bisa dipahami banyak orang, meskipun mereka belum menonton Lord of the Rings.

Ini artinya, opini publik yang populer terhadap suatu hal bisa disebarkan dengan efektif hanya dengan penggunaan satu gambar meme saja.

Fenomena ini berkorelasi dengan teori strukturisasi yang digagas oleh pengamat politik Anthony Giddens dalam bukunya The Constitution of Society. Di dalamnya, Giddens memprediksi bahwa di era modern seperti sekarang, otonomi seseorang sangat bergantung dengan “struktur” yang berlaku, dan keberlangsungan struktur tersebut juga bergantung pada sesuatu yang disebut “agensi”.

Seseorang mungkin bisa tetap merasa dirinya bebas, tapi akan selalu ada dorongan untuk menyesuaikan diri dengan struktur agar bisa memahami apa yang dibicarakan oleh orang-orang. Sebagai timbal baliknya, Giddens juga menilai ada peran besar dari sekelompok orang yang mempertahankan atau justru membentuk struktur itu sendiri, mereka-lah yang disebut sebagai agensi.

Dengan demikian, kita bisa artikan bahwa komunitas-komunitas awal pengembang meme yang populer berperan layaknya agensi yang menjaga struktur tetap ada, dan meme yang muncul sebagai struktur yang pada akhirnya diikuti oleh orang-orang lain.

Namun, sistem meme ini tidak berhenti di situ. Bertahun-tahun setelah internet semakin tersebar, penggunaan meme telah berkembang begitu pesat, yang tadinya hanya digunakan untuk hal-hal yang sifatnya hiburan, kini meme juga bisa digunakan untuk berbagai topik politik.

Dan kalau kita berpegang pada teori strukturisasi tadi, di balik populer dan digemarinya suatu fitur yang muncul dalam internet, entah itu review film atau meme, bisa diduga kuat bahwa ada semacam “mesin” di belakangnya yang ingin pandangannya tentang topik tertentu bisa diketahui dan diamini oleh banyak orang.

Baca juga :  Modi Mustahil Kalahkan Xi Jinping?

Lantas, bagaimana kita membawa pandangan ini ke persoalan F-22 yang dicemooh karena menembak balon RRT?

image 20

Meme adalah Propaganda?

Seiring perkembangan zaman, internet dan media sosial semakin terikat dengan kehidupan kita, dan tentunya sudah jadi hal yang alamiah bila politik berhasil merayap masuk ke bentuk kekuatan baru yang ditawarkan kecanggihan teknologi.

Tidak sulit membayangkan meme-meme cemoohan yang dilontarkan pada jet F-22 dengan propaganda politik anti-Barat, tapi sebelumnya, kita perlu punya pandangan yang sama tentang kenapa meme ini bisa menyakiti harga diri Paman Sam.

Pertama, jet F-22 adalah jet tempur tercanggih andalan AS untuk saat ini. Saking berharganya, AS sampai saat ini tidak pernah menjual jet tersebut ke negara lain, bahkan ke sekutu terdekatnya sekalipun, tujuannya tentu adalah agar keunggulan yang dimiliki F-22 hanya bisa dimiliki oleh AS.

Menurut media Business Insider, kekuatan tempur F-22 yang luar biasa bahkan disebut bisa menangani lima jet F-15 -jet tempur andalan AS sebelumnya- secara sekaligus.

Kedua, karena ketangguhannya tadi, F-22 dipandang sebagai the face and pride of United States Air Force, atau kebanggaan Angkatan Udara (AU) AS. Meski tidak mutlak, moralitas pasukan udara AS berkutat pada harga diri F-22, tentu akan memberikan dampak mental yang negatif bila jet tersebut dicemooh oleh orang-orang.

Ketiga, meski sering diagung-agungkan, F-22 sampai saat ini belum pernah terbukti menjatuhkan pesawat musuh di medan pertempuran. Akibatnya, “musuh-musuh” AS belum memiliki alasan yang mutlak untuk menakuti F-22, karena toh belum pernah dibuktikan.

Nah, dari tiga pandangan tadi, bisa kita simpulkan bahwa sangat mungkin bila ada mesin politik tertentu di belakang layar yang mendorong meme cemoohan F-22 tersebar dengan cepat di media sosial. Dengan menciptakan citra bahwa F-22 hanya bisa menjatuhkan balon udara, para musuh AS bisa membuat Negeri Paman Sam layaknya sebuah negara adidaya yang mulai kehilangan “taringnya”.

Terlebih lagi, seperti yang pernah dibahas dalam video PinterPolitik.com berjudul Inikah Alasan Sebenarnya Netizen Indonesia Pro-Rusia?, kuat dugaannya sampai saat ini perang dalam mendapatkan simpati publik di dunia maya antara kubu Barat dan kubu Timur masih terjadi.

Dari sini, kita bisa belajar bahwa semakin banyak hal dalam kehidupan kita yang perlu kita kritisi, karena saat ini hampir tidak ada sesuatu di internet yang terbebas dari bias politik.

Karena itu juga bisa jadi meme-meme yang kamu sebarkan ke temanmu di Instagram atau Twitter sebenarnya juga bagian dari propaganda suatu agenda politik. (D74)

spot_imgspot_img

More from Cross Border

Nuklir Oppenheimer Justru Ciptakan Perdamaian?

Film Oppenheimer begitu booming di banyak negara, termasuk Indonesia. Menceritakan seorang Julius Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika yang berperan penting pada Proyek Manhattan, proyek...

Oppenheimer, Pengingat Dosa Besar Paman Sam?

Film Oppenheimer baru saja rilis di Indonesia. Bagaimana kita bisa memaknai pesan sosial dan politik di balik film yang sangat diantisipasi tersebut?  PinterPolitik.com  "Might does not...

Zelensky Kena PHP NATO?

Keinginan Ukraina untuk masuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendapat “hambatan” besar. Meski mengatakan bahwa “masa depan” Ukraina ada di NATO, dan bahkan telah...

Eropa “Terlalu Baik” Terhadap Imigran?

Kasus penembakan yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian terhadap seorang remaja imigran telah memicu protes besar di Prancis. Akan tetapi, kemarahan para demonstran justru...

More Stories

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Sembako Siap Melambung Akibat Iran? 

erang Iran-Israel diprediksi akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Mengapa demikian? 

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.