HomeCelotehSukmawati Baca AD-ART PKI?

Sukmawati Baca AD-ART PKI?

“Seluruh pekerjaan PKI didasarkan atas teori Marxisme-Leninisme dan karena Marxisme-Leninisme bukanlah dogma, melainkan suatu pedoman untuk aksi, maka dalam setiap aktivitasnya PKI berpegang teguh pada prinsip memadukan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek yang konkret daripada perjuangan revolusioner Indonesia”. – AD-ART Partai Komunis Indonesia


PinterPolitik.com

Putri ketiga Presiden Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri kini jadi salah satu sosok yang banyak dipergunjingkan oleh masyarakat Indonesia. Bukannya gimana-gimana ya, pernyataannya yang menyebutkan bahwa ideologi dari Partai Komunis Indonesia alias PKI adalah Pancasila emang melahirkan kritik di sana-sini.

Politikus Partai Gerindra Fadli Zon misalnya, menyebutkan bahwa dalam manifesto yang dibuat oleh pentolan PKI, Musso, jelas-jelas disebutkan bahwa ideologi PKI adalah Marxisme-Leninisme.

Komentar lebih keras juga datang dari Ketua PA 212 Slamet Maarif. Doi menyebut Sukmawati “ngawur” dan “harus belajar sejarah lagi”.

Buat yang belum tahu, pernyataan Sukmawati ini disampaikannya dalam acara Indonesia Layers Club yang tayang di TV One. Ia menyebutkan bahwa dari senior-senior PNI yang ia kenal, disebutkan bahwa ideologi PKI adalah Pancasila.

Hmm, beneran begitu ya? Kalau kita cek dari Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga alias AD-ART PKI Pancasila memang disebut di sana. Namun, kata Pancasila tersebut hanya satu kali tercantum. Itupun dengan kalimat yang tidak menolaknya, tidak mempertentangkannya, namun tidak menganggapnya sebagai asas partai.

Begini kira-kira bunyi lengkapnya:

“Karena PKI telah mengambil bagian yang sangat aktif dalam Revolusi Agustus 1945 dan terus akan mengambil bagian yang sangat aktif dalam menyelesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Agustus sampai ke akar-akarnya, maka asas dan tujuan PKI tidak bertentangan dengan asas dan tujuan negara Republik Proklamasi dan programnya tidak dimaksud untuk merombak asas dan tujuan negara tersebut”.

Kemudian dilanjutkan:

“PKI menerima dan mempertahankan UUD 1945 yang dalam Pembukaannya memuat Pancasila sebagai dasar-dasar negara dan bertujuan membangun suatu masyarakat yang adil dan makmur menurut kepribadian bangsa Indonesia”. 

Jika berkaca dari latar waktu bahwa AD-ART ini diambil dari Kongres Nasional Ke-VII (Luar Biasa) PKI yang diterbitkan pada tahun 1963, maka bisa disimpulkan bahwa konteks asas partai dalam dokumen ini adalah yang dipakai jelang tragedi 1965.

So, yeah, kalimat “asas dan tujuan PKI tidak bertentangan dengan asas dan tujuan negara Republik Proklamasi” jelas menunjukkan bahwa apa yang dicapai PKI berbeda dengan yang menjadi tujuan NKRI, sekalipun keduanya tidak bertentangan.

Artinya, menyebut PKI berideologi Pancasila ada benarnya dan ada salahnya. Namun, jika bicara konteksnya adalah latar waktu, maka bisa dipahami bahwa PKI sebetulnya sedang dalam mode pragmatis. Soalnya, musuh bersama yang ada saat itu adalah imperialisme.

Ini bagian lain bunyi AD-ART PKI:

“Tujan PKI dalam tingkat sekarang ialah mencapai sistem Demokrasi Rakyat di Indonesia, sedangkan tujuannya yang lebih lanjut ialah mewujudkan Sosialisme dan kemudian Komunisme di Indonesia”.

Kalimat itu jelas menunjukkan bahwa masyarakat sosialis-komunis adalah tujuan akhir dari PKI. Apakah itu Pancasila? Well, perdebatannya nggak akan habis kalau dilanjutkan.

Hmm, jadi makin menarik nih bahasannya. Yang jelas, apa yang dikatakan oleh Sukmawati itu sebetulnya menjadi ajakan bagi kita semua untuk mencoba menggali lebih dalam sejarah. Jadi buat Mendikbud Nadiem Makarim, jangan sampai deh pelajaran sejarah dihapuskan dari kurikulum. Uppps. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.