HomeCelotehSandiaga Uno Terima Hukuman

Sandiaga Uno Terima Hukuman

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno terlambat 15 menit dalam menghadiri Webinar Kewilayahan Perwira Reguler LX Sesko AD beberapa waktu lalu. Sandiaga pun melakukan hukuman push-up sebanyak 15 kali.


PinterPolitik.com

Gaesmimin punya cerita unik nihgaes. Jadi, waktu baru masuk sekolah tingkat menengah atas (SMA) dulu, mimin dikagetkan oleh sistem orientasi yang diterapkan oleh kakak-kakak senior.

Bukan maksud untuk mengatakan  masa orientasi sekolah (MOS) itu buruk ya, kakak-kakak senior. Tapi nih, setelah mimin pikir-pikir, dulu itu minim juga ya esensi dari kebiasaan dimarah-marahi ala perpeloncoan.

Mimin pun bertanya-tanya, “Kok semua-semua jadi salah ya? Salah satu orang, semua yang kena hukuman?” Sampai-sampai nih, kakak-kakak pendamping siswa baru juga kena salah dan menerima hukuman pushup. Pokoknya, nggak habis pikir deh.

Namun, di samping banyaknya orang yang nggak suka menerima hukuman push-up – seperti mimin yang nggak bisa push-up, ada lho yang rela memberikan hukuman kepada dirinya sendiri kala salah. Hmmgentleman banget ya?

Sosok tersebut adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Gimana nggak? Karena terlambat menghadiri sebuah webinar, Bang Sandi ini langsung meminta maaf, mengaku salah, serta memberikan hukuman kepada dirinya sendiri berupa push-up 15 kali – mengacu pada keterlambatan 15 menit.

Widih, kalau misalnya semua koruptor di Indonesia bisa mengaku salah dan memberikan hukuman sendiri, kira-kira, negara ini bisa bebas dari korupsi nggak ya? Apa mungkin malah dikurang-kurangin karena pertimbangan tertentu – misal karena pertimbangan gender? Hehe.

Baca Juga: Menuju Airlangga-Sandiaga 2024?

Ganjar dan Sandi Senasib

Ya, mungkin nih, apa yang dilakukan Bang Sandi ini patut jadi contoh tuh buat masyarakat Indonesia pada umumnya. Hayoo, siapa nih yang punya kebiasaan ngaret? Bahkan, nggak jarang lho bilangnya udah berangkat meskipun baru mau mulai mandi. Hehe.

Eitstapi, yang perlu dicontoh dari Bang Sandi bukan keterlambatannya ya, melainkan kemauannya untuk menggantikan kerugian pihak lain yang menunggu beliau. Patut tuh diacungi jempol.

Mungkin, para pejabat perlu juga nih mencontoh sikap Bang Sandi. Ya, meskipun sering kali terlambat karena banyak yang diurusin, kan, perlu juga tuh “mengobati” hati pihak-pihak lain yang telah menanti. Ceilah, mengobati hati. Hehe.

Boleh lah Bang Sandi ini mengajari pejabat-pejabat seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi) nih. Setahu mimin nihnggak jarang juga lho Pak Jokowi datang terlambat ke suatu kegiatan.

Kala datang ke pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI) di Hotel Raffles, Jakarta, pada tahun 2019 silam, misalnya, Pak Jokowi datang terlambat lho. Katanya sih, Pak Presiden waktu itu terjebak macet selama 30 menit.

Hmm, maklum sih kalau terlambat karena macet. Namanya aja Jakarta. Kepadatan lalu lintas adalah makanan sehari-hari buat warga Jakarta dan sekitarnya.

Tapi nihgaes, tahu nggak sih kalau alasan macet hingga ban pecah ini kerap digunakan oleh kita-kita sendiri. Hayoongaku kalian! Ya, terlepas dari itu semua, yang penting kita harus berusaha sebisa mungkin agar nggak ngaret. Kalau ngaret, ya, minimal kita obati hati mereka-mereka yang menunggu kita. Ceilah. (A43)

Baca Juga: Sandiaga Uno Khas ‘El Matador’?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?