HomeCelotehRomantisme Cipayung di Omnibus Law

Romantisme Cipayung di Omnibus Law

“Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi” – Soe Hok Gie, aktivis asal Indonesia


PinterPolitik.com

Gengs, memang saat menghadapi musuh bersama atau common enemy tuh rata-rata semua kelompok siap untuk meminggirkan ego. Ya, sering kali berantem kembali setelahnya, menurut mimin, hal itu patut diapresiasi.

Selain karena nggak mudah menundukkan ego golongan, juga di mana-mana persatuan itu tampak romantis dan syahdu, cuy. Apalagi, kalau kelompok-kelompok yang bersatu tuh dulu pernah berada dalam satu keluarga dan mengalami peristiwa bombastis secara kompak.

Hal serupa kini tampaknya tengah dialami oleh kelompok Cipayung Plus nih. Kalian pasti menyimak kan dalam demonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker) atau omnibus law, Cipayung Plus sangat kompak di wilayah mana pun se-Indonesia.

Mulai dari Cipayung pusat sampai daerah seperti Makassar, mereka bersatu padu menyatakan sikap penolakan. Organisasi bersama yang didirikan oleh lima organisasi utama, yakni Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada 1972 tersebut nggak main-main soal komitmen menggagalkan omnibus law ini, sobat.

Bahkan sudah sejak 2019, mereka menggawangi aksi serupa saat omnibus law masih berbentuk rancangan mentah. Waduh, kok rasanya kayak mengulang romantisme saat era Orde Baru ya? Hehehe.

Dulu kan mereka juga kompak melawan rezim yang menyebabkan lahirnya era Reformasi toh. Sayangnya, kekompakan mereka mulai memudar seiring banyaknya kepentingan sektoral yang harus mereka perjuangkan. Ya, ditambah juga gesekan ideologis sihUpps.

Mimin jadi ingat dengan film Game of Thrones saat semua klan bersatu melawan White Walker aliaspasukan mayat hidup. Para klan yang berkumpul di Winterfell secara heroik berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Night Walker tersebut. Namun, bukan kesuksesan itu yang pengen mimin sampaikan, melainkan bagaimana para klan tersebut kompak dan sepakat meminggirkan ego kekuasaan masing-masing.

Padahal, saat itu hampir antara klan satu dengan klan lainnya berperang lhogengs. Ada yang pengen dapat kekuasaan di pusat kerajaan, ada yang berperang karena rebutan tanah, dan ada emak-emak yang saling cekcok.

Ya, meski akhirnya setelah peristiwa itu semuanya terlibat kembali dalam perseteruan antar satu sama lain, tetap saja mimin angkat topi buat para klan itu deh. Nah, mungkin memang itu yang sedang dirasakan oleh Cipayung Plus saat memutuskan untuk bersatu padu menjegal omnibus law.

Kita tunggu saja sih apakah heroisme Cipayung Plus yang pernah berhasil menjewer kekuasaan Orde Baru itu benar-benar berfokus pada bidikan apa cuma sekadar reuni. Soalnya nih, kala protes #ReformasiDikorupsi pada 2019 lalu, banyak yang bilang sebagian dari mereka absen lhoHmm. (F46)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Megawati Sukses “Kontrol” Jokowi?

“Extraordinary claims require extraordinary evidence” – Carl Edward Sagan, astronom asal Amerika Serikat (AS) PinterPolitik.com Gengs, mimin mau berlagak bijak sebentar boleh, ya? Hehe. Kali ini, mimin mau berbagi pencerahan tentang...

Arief Poyuono ‘Tantang’ Erick Thohir?

“Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata” – Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN PinterPolitik.com Gengs, kalian...

Sri Mulyani ‘Tiru’ Soekarno?

“Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya” – Soekarno, Proklamator Indonesia PinterPolitik.com Tahukah kalian, apa yang menyebabkan Indonesia selalu...