HomeCelotehMenag-FPI, Benci Tapi Rindu?

Menag-FPI, Benci Tapi Rindu?

“Benci, benci, benci, tapi rindu jua. Memandang wajah dan senyummu sayang,” – Ratih Purwasih, Antara Benci dan Rindu


PinterPolitik.com

Drama soal perpanjangan izin Front Pembela Islam mungkin akan segera berakhir. Akhirnya ya, setelah berbulan-bulan terjadi tarik-ulur antara pemerintah dan ormas Islam tersebut, drama itu mungkin akan berakhir dalam waktu dekat. Eh tapi apa ya yang membuat titik terang mulai ada?

Sebelumnya, izin FPI di Kemendagri kan habis pada Juni 2019 lalu. Ormas yang didirikan oleh Rizieq Shihab itu kemudian sempat mengajukan perpanjangan kepada Kementerian Dalam Negeri. Tapi perpanjangan ini terganjal karena mereka belum mendapat rekomendasi dari Kemenag.

Nah, beberapa waktu yang lalu Menteri Agama Fachrul Razi menyatakan kalau dirinya memberikan rekomendasi rekomendasi perpanjangan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI. Gak tanggung-tanggung, mantan Wakil Panglima TNI ini mengaku kalau dirinyalah yang pertama mendorong agar izn FPI diperpanjang.

Hal ini boleh jadi langkah putar balik nih dari Pak Menag, dan mungkin negara secara keseluruhan. Pak Fachrul misalnya mengakui kalau dirinya sempat terpikir untuk tidak memperpanjang izin FPI karena kerap mengritik Pancasila dan melanggar hukum. Wah, kok jadi putar haluan begini ya?

Menurut Pak Fachrul, FPI ini sudah melakukan perjanjian dengan Kemenag untuk tidak lagi meragukan Pancasila. Selain itu, ada juga syarat agar ormas Islam tersebut gak lagi melakukan pelanggaran hukum.

Nah, berdasarkan hal-hal tersebut apakah mungkin ada love-hate relationship antara negara dan FPI? Dengan kata lain, apakah ada hubungan benci tapi rindu antara negara dan FPI?

Pertanyaan itu bisa aja muncul karena kan FPI ini seperti jadi salah satu oposisi utama pemerintah. Selain itu, seperti disebutkan sebelumnya,  FPI ini sempat terkatung-katung perkara izinnya padahal sudah habis berbulan-bulan yang lalu.

Ya gak tahu juga sih hubungan pastinya antara FPI dan negara itu seperti apa. Meski demikian, kalau dari sejarahnya, unsur negara tuh emang lumayan ada rasa cinta, atau setidak-setidaknya mau menjalin hubungan dengan ormas Islam tersebut.

Di tahun 1998 misalnya, FPI ini disebut-sebut memiliki kedekatan dengan orang-orang di sekitar Soeharto dan juga petinggi militer era itu. Nah, kemampuan FPI membangun kedekatan itu terus berlanjut hingga sekarang di mana banyak pejabat yang lumayan mesra dengan ormas itu.

Pada akhirnya, kalau untuk kasus yang sekarang ini, belum tahu sih hubungan antara pejabat negara seperti Menag dengan FPI itu seperti apa. Yang jelas sih, publik pasti ada yang keingetan istilah benci tapi rindu melihat perubahan sikap dari Pak Fachrul ini. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...