HomeCelotehMa’ruf Amin Yang Terbawa Banjir

Ma’ruf Amin Yang Terbawa Banjir

“Itu juga menjadikan animo umat ya karena yang menjadi nasabah umat Islam, apakah menimbulkan animo kepada masyarakat atau sebaliknya? Apalagi dengan respons dari Muhammadiyah kalau betul ingin menarik investasinya itu, lalu dirasakan (Wapres) memang tidak hadir”. – Siti Zuhro, Pengamat Politik Senior


PinterPolitik.com

Wapres Ma’ruf Amin boleh jadi adalah salah satu tokoh di pemerintahan yang cukup disorot dalam satu tahun terakhir pemerintahan Presiden Jokowi. Doi disorot karena jarang disorot. Eh, maksudnya jarang kelihatan kiprahnya.

Bukan tanpa alasan, sang kiai dianggap tak banyak berkontribusi dan membuatnya dicap AFK alias away from keyboard oleh para milenial. Tengok tuh di medsos. Padahal, scholar asal Australia, Greg Fealy pernah menyebut Ma’ruf sebagai ulama paling powerful di Indonesia.

Baca Juga: Jokowi dan Misteri Jack Ma

Wih, mungkin itu alasan Pak Jokowi setuju aja ketika pas Pilpres 2019 lalu dipasangkan dengan Pak Ma’ruf.

Tapi, boleh jadi juga ada alasan lainnya. Ini asumsi atau spekulasi aja loh ya. Bisa jadi Pak Jokowi memang “sengaja” setuju terhadap pilihan didampingi Pak Ma’ruf, soalnya udah yakin nggak banyak terganggu dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan usia yang sudah cukup senior, tentu akan lebih muda untuk “membatasi” kewenangan sang kiai. Kayak sekarang ini. Uppps.

Spekulasi ini bisa saja benar karena posisi wapres beberapa waktu terakhir – terutama di periode kedua kekuasaan Pak Jokowi – emang terkesan cuma jadi pelengkap kekuasaan aja. Mirip-mirip lah dengan di era kekuasaan Soeharto.

Sementara, pasca Soeharto, rata-rata wapres yang menjabat emang punya kewenangan yang diperhitungkan. Pak Jusuf Kalla misalnya, dua kali menjabat wapres dengan presiden yang berbeda, tapi posisinya terlihat cukup dominan, terutama di bidang ekonomi.

Baca juga :  Maruarar Sirait Resmi Gabung Gerindra?

Demikianpun dengan wapres-wapres yang lain, yang tetap terlihat perannya. Makanya, jangan heran jika banyak yang kemudian berkesimpulan bahwa Pak Ma’ruf Amin “sengaja dicuekkan”. Uppps. Lha cawapres pilihan Pak Jokowi dulu kan Mahfud MD yang sekarang jadi Menko Polhukam. Jadi udah bisa diprediksi lah gimana jadinya.

Selain itu, entah mengapa posisi politik Ma’ruf ketika sudah menjabat sebagai wapres juga perlahan berkurang kuatnya. Apalagi, ada yang bilang kondisi yang dialami oleh Pak Ma’ruf saat ini dikondisikan oleh elite tertentu. Wih.

Ibaratnya, doi bukan hanya melawan arus, melainkan banjir cuy – kalau benar demikian ya.

Hmm, semoga di tahun 2021 peran Pak Ma’ruf bisa menjadi lebih banyak. Minimal bisa tuh membujuk Muhammadiyah buat kembali ikut menggunakan Bank Syariah Indonesia alias BSI yang merupakan bank syariah gabungan 3 bank syariah BUMN. Kan ormas tersebut dikabarkan udah menarik dananya dari sana. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.