HomeCelotehKenaikan Tarif, Kontradiksi Sri Mulyani?

Kenaikan Tarif, Kontradiksi Sri Mulyani?

“Orang pintar tarik subsidi, mungkin bayi kurang gizi,” – Iwan Fals, Galang Rambu Anarki


Pinterpolitik.com

Pelambatan ekonomi di depan mata. Mungkin begitu kekhawatiran banyak orang tatkala melihat berita-berita ekonomi dan finansial mancanegara. Banyak yang melihat bahwa sekarang ini tengah terjadi gangguan ekonomi yang bisa saja berujung pada resesi. IMF bahkan sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3 persen.

Pelambatan ekonomi itu sebenarnya mungkin tak hanya jadi kekhawatiran masyarakat dunia saja. Di Indonesia, peluang terjadinya resesi global sepertinya juga mulai menarik perhatian pemerintah.

Sosok yang mulai siap-siap untuk menghadapi hal tersebut misalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kalau kata mantan Direktur Pelakasana Bank Dunia ini, pemerintah akan menjaga konsumsi domestik untuk mengadapi pelambatan ekonomi global itu.

Kalau diperhatikan konsumsi memang jadi penopang utama bagi perekonomian negeri ini. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) misalnya, 56 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga.

Hmmm, sepertinya Bu Ani ini sudah cukup menerawang ya kalau pelambatan ekonomi itu akan datang, sehingga udah mulai menyiapkan resep ampuh untuk menangkalnya.

Pertanyaannya, bakal seampuh apa sih resep dari Bu Ani ini dalam menghadapi pelambatan ekonomi itu?

Nah, coba kita pertemukan rencana menjaga konsumsi itu dengan berbagai rencana pemerintah yang akan bergulir jelang dan di tahun 2020. Kalau dilihat-lihat, tahun 2020 akan menjadi tahun yang penuh pengeluaran buat masyarakat. Karena apa? Karena tarif-tarif akan naik!

Mau jaga konsumsi, tapi tarif-tarif naik, apa gak kontradiktif? Click To Tweet

Di tahun 2020, pemerintah misalnya sudah memastikan akan menaikkan tarif jaminan kesehatan dalam BPJS. Selain itu, di akhir tahun tarif sejumlah ruas tol juga akan mengalami penyesuaian.

Baca juga :  Pilpres Studios

Kalau belum cukup, cukai rokok juga akan mengalami peningkatan di tahun 2020. Masih ada lagi, pemerintah  juga bakal mencabut subsidi listrik untuk 24,4 juta pelanggan 900 VA yang berarti tarif listrik berpotensi akan naik. Waduh, banyak juga ya.

Coba kalau kita sandingkan rencana kenaikan tarif tersebut dengan rencana pemerintah menjaga konsumsi, mungkin gak sih masyarakat akan tetap banyak melakukan konsumsi kalau ditimpa banyak kenaikan harga? Bukannya masyarakat akan menahan diri kalau harus dihadapkan hal-hal seperti itu?

Hmmm, mungkin aja strategi Bu Ani dalam menghadapi pelambatan ini akan berlangsung kontradiktif kalau melihat rencana pemerintah untuk menaikkan beberapa kebutuhan masyarakat.

Ya, tapi gak tahu juga sih, mungkin aja Bu Ani yang memang lebih berpengalaman punya senjata lain kalau melihat kontradiksi itu. Meski demikian, susah sih membayangkan orang mau konsumsi lebih banyak kalau dia khawatir gak mampu bayar listrik atau ke rumah sakit. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...