HomeCelotehIndonesia Tak Butuh Ma’ruf Amin?

Indonesia Tak Butuh Ma’ruf Amin?

“Diamnya  atau tidak berfungsinya wapres dalam banyak kasus Kesra dalam negeri, seperti memberikan sinyal jika sesungguhnya negara ini tidaklah membutuhkan jabatan setingkat wapres”. – Andi Yusran, Pengamat Politik Universitas Nasional


PinterPolitik.com

Wakil presiden. Posisi yang satu ini emang kadang kala disebut sebagai jabatan nanggung. Digolongkan sebagai jabatan yang tinggi di eksekutif, namun kedudukannya bukan yang paling tinggi. Selain itu kadang kala jabatan wapres tertutupi oleh bersinarnya sang presiden yang memang menjadi tokoh utama dalam pemerintahan.

Makanya, tak heran jika banyak wakil presiden yang di kemudian hari justru menjadi presiden selanjutnya. Contohnya, wakil presiden pertama Amerika Serikat, John Adams adalah presiden kedua negara tersebut. Ketika John Adams jadi presiden, Thomas Jefferson jadi wakilnya. Nah, Thomas Jefferson kemudian menjadi presiden selanjutnya.

Baca Juga: UU Ciptaker, Awal Plutokrasi Indonesia?

Yang terbaru, Joe Biden yang jadi wakil presidennya Obama, kini jadi presiden AS menggantikan Donald Trump. Hmm, emang sakti ya para wakil presiden yang berhasil ini.

Tapi, narasi yang berbeda justru kini tengah diarahkan pada Wakil Presiden Indonesia, Ma’ruf Amin. Pasalnya, banyak pihak menyoroti tidak terlihatnya kinerja Ma’ruf sepanjang perjalanan periode kedua kekuasaan Presiden Jokowi.

Bahkan, tidak sedikit yang menyebutkan bahwa apa yang terjadi ini membuktikan bahwa Indonesia tak  butuh sosok wakil presiden. Duh, sampai segitunya.

Habisnya Ma’ruf Amin emang nggak banyak terlihat kiprahnya dalam pemerintahan Presiden Jokowi, hampir dalam semua bidang. Ada yang kemudian berspekulasi bahwa justru Presiden Jokowi-lah yang menghendaki hal tersebut karena tak ingin Ma’ruf dominan. Apalagi, calon wakil presiden yang menjadi pilihan hati Jokowi adalah Mahfud MD yang saat ini jadi Menko Polhukam.

Bisa dibilang kalau mau ditanya siapa wapres sesungguhnya saat ini, mungkin publik akan bilang sosok itu Mahfud MD atau Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Ini tentu jadi refleksi terbesar bagi pelaksanaan demokrasi dan tata pemerintahan di Indonesia. Mungkin Ma’ruf Amin baru akan besar perannya kalau – ini kalau loh ya – sesuatu yang buruk terjadi pada Presiden Jokowi. Tapi agaknya hal tersebut akan sangat sulit terjadi.

Tapi, sebetulnya Ma’ruf Amin ini jadi korban permainan politik sih. Soalnya, partai-partai politik di koalisi Jokowi memang terlihat tidak ingin sang presiden punya wakil yang masih punya potensi untuk jadi capres di 2024. Bayangkan jika Pak Mahfud yang jadi wapres, bisa-bisa di 2024 doi akan maju jadi capres. Bisa buyar agenda partai-partai yang lain.

Menarik untuk ditunggu gimana kelanjutannya kisah Pak Ma’ruf Amin ini. (S13)


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.