HomeCelotehEdhy Prabowo Tak Dengarkan Prabowo?

Edhy Prabowo Tak Dengarkan Prabowo?

“Isu utama di Indonesia saat ini adalah maraknya perilaku korup. Korupsi di sana (Indonesia) saya melihatnya sudah seperti kanker stadium empat”. – Prabowo Subianto, saat menjadi pembicara di acara The World in 2019 Gala Dinner di Singapura, pada November 2018


PinterPolitik.com

Sejarah korupsi setua sejarah manusia itu sendiri. Dinasti pertama di Mesir kuno yang berkuasa antara tahun 3100 SM hingga tahun 2700 SM mencatat korupsi dalam judiciary atau sistem peradilan mereka.

Sementara di era Tiongkok kuno, korupsi juga menjadi bagian dari perangkat hukum, agama dan mitologi di era tersebut. Orang-orang Tiongkok kuno misalnya, percaya terhadap Kitchen God atau Dewa Dapur yang sering dinamakan Zao Jun, Zao Shen atau Zhang Lang.

Dewa ini adalah pelindung perapian atau tungku dan keluarga itu sendiri, yang diyakini juga mengawasi tingkah laku para anggota keluarga tersebut. Seminggu sebelum perayaan Imlek, Dewa Dapur dipercayai akan pergi ke khayangan dan membuat laporan tahunan kepada penguasa khayangan, sang Jade Emperor alias Kaisar Giok atau Yu Huang Da Di.

Nah, agar laporan ke Kaisar Giok itu baik, orang-orang di Tiongkok kemudian “menyuap” Dewa Dapur itu dengan cara mengoleskan kue yang terbuat dari gula dan madu ke gambar Dewa Dapur yang mereka punyai, sebelum membakarnya. Pembakaran itu sendiri adalah cara agar sang dewa bisa pergi ke khayangan, sementara olesan kue gula dan madu diharapkan membuat laporan kepada Kiasar Giok adalah yang baik-baik saja.

Well, pesan moral dari kisah itu adalah dewa saja bisa disuap, apalagi manusia. Uppps.

Sosok dan kasus menyuap manusia itulah yang kini tengah jadi pergunjingan publik karena menimpa Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Buat yang nggak ngikutin berita, ceritanya Pak Edhy ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus dugaan suap terkait perizinan tambak, usaha, dan atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya.

Baca juga :  Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Yang bikin ini jadi kasus yang berbeda adalah bahwa Edhy Prabowo merupakan politisi dari Partai Gerindra, yang dipimpin oleh Prabowo Subianto. Konteksnya menjadi menarik karena Prabowo dikenal karena kata-katanya yang sangat keras terhadap segala bentuk korupsi.

Ia misalnya pernah menyebutkan bahwa korupsi di Indonesia sudah seperti kanker stadium 4. Kini, kasusnya malah terjadi pada bawahannya di partai sendiri.

Hmm, jangan-jangan Pak Edhy emang kurang dapat briefing nih dari Pak Prabowo? Uppps. Atau kurang menjiwai gagasan dan pemikiran-pemikirannya Pak Prabowo? Soalnya, kalau benar-benar mendengarkan doi, pasti nggak bakalan tuh ada perilaku korupsi kayak gitu.

Well, mungkin kali ini Kaisar Giok-nya lagi sangat teliti. Sehingga tahu kalau foto Dewa Dapur-nya terlalu banyak dioleskan kue gula dan madu. Akibatnya jejaknya masih tercium. Hehehe. Ampun dah kalau soal korupsi kayak gini. (S13)


Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.