HomeCelotehDPR Nggak Pernah Naik KRL?

DPR Nggak Pernah Naik KRL?

Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Evita Nursanty, mempertanyakan urgensi PT KAI untuk impor kereta bekas dari Jepang. Evita malah menyinggung chaos di lebaran dan tahun baru yang lekat dengan kereta jarak jauh, bukan KRL.


PinterPolitik.com

Will someone come to rescue us?Train to Busan (2016)

Setidaknya, penularan virus zombi hanya ada dalam film nih. Kebayang nggak ketegangan yang dirasakan orang-orang yang ingin berjuang mempertahankan hidup tapi berada saat dalam perjalanan di kereta? 

Film Train to Busan memberikan sensasi ketegangan tersebut bagi para penonton lantaran berbagai aksi menegangkan yang dilakukan untuk bisa bertahan hidup dari penyebaran virus zombi yang menular.

Diperankan oleh aktor ternama Gong Yoo, Seok Woo menjadi sosok ayah yang berjuang untuk melindungi anaknya. Alur utamanya adalah perjalanan ayah dan anaknya yang hendak ke Busan menggunakan kereta tujuan dari Seoul. 

Tapi, tidak disangka ternyata dalam kereta tersebut sudah ada satu penumpang yang terkena wabah zombi — mayat hidup yang mampu menginfeksi dan memakan sesama manusia. Alhasil, kepanikan mencekam terjadi di dalam kereta tersebut. Lebih parahnya, ketika kereta sudah berjalan, kondisi di luar sudah lebih buruk – membuat mereka harus bertahan di dalam kereta.

Ngomong-ngomong soal suasana mencekam dan perjuangan yang dirasakan saat berada dalam kereta di film Train to Busan, agaknya mirip-mirip seperti yang dirasakan pengguna transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline nih.

Setiap hari di jam-jam sibuk ibu kota, KRL Commuterline selalu mengalami kepadatan penumpang. Tentunya, ini membuat para penumpang harus berjuang masuk ke dalam gerbong kereta yang penuh dan padat setiap harinya untuk bekerja selama pulang-pergi.

Baca juga :  Gelengan Kepala Puan soal Hak Angket

Mungkin, bagi pengguna KRL Commuterline, Train to Busan terasa relateble ya? Bedanya, bukan berjuang melawan zombi, tapi berjuang untuk bisa bertahan di dalam gerbong yang penuh karena harus berdesakan.

Kereta Cepat Luhut Sibuk Sendiri

Karena kepadatan ini, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku penyelenggara mengusulkan untuk menambah kereta guna keperluan operasional. Caranya adalah dengan melakukan impor atas kereta bekas dari Jepang.

Menariknya, terdapat sorotan netizen pada saat rapat dengar pendapat (RDP) DPR di Senayan, Jakarta Pusat, pada beberapa waktu lalu. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Evita Nursanty, malah mempertanyakan urgensi impor rangkaian KRL Commuterline dari Jepang.

Nah, Evita justru menyebut rangkaian impor tidak diperlukan karena kepadatan hanya terjadi pada saat lebaran dan tahun baru saja. Hmm, sepertinya, Evita blunder nih. Kan, impor ini ditujukan untuk mengurai kepadatan KRL Commuterline terjadi di setiap jam kerja.

Padahal, kalau mengacu pada tulisan Thomas Kolawole O. yang berjudul Quality of public transport service: an integrative review and research agenda, pemangku kebijakan menjadi aktor utama yang memiliki peran untuk memastikan layanan transportasi publik yang berkualitas.

Standar yang baik dalam menyediakan pelayanan transportasi bagi publik semestinya menjadi peran penyedia layanan secara langsung, khususnya untuk peningkatan kualitas layanan transportasi bagi pengguna.

Namun, jika melihat Evita sebagai anggota DPR notabene-nya wakil rakyat yang memiliki peran sebagai pemangku kebijakan, menjadi pertanyaan apabila malah tidak bisa mengetahui apa yang benar-benar menjadi urgensi transportasi KRL Commuterline bagi para pengguna. 

Ya wajar sih, guys, kalau Evita jadi kena serang emosi netizen. Pasalnya, pernyataan yang dilontarkan malah terlihat seperti tidak mendasar. Hehe

Baca juga :  Puan Maharani 'Reborn'?

Mungkin Bu Evita belum pernah merasakan harus bertahan desak-desakan di dalam KRL Commuterline – seperti harus bertahan dari serangan zombi di dalam kereta? Apa perlu Bu Evita mencoba sensasi berdesak-desakan dalam kereta ala Train to Busan? Hehe. (S85) 


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Anas Urbaningrum: Anti-villain SBY?

Anas Urbaningrum telah bebas setelah jalani hukuman. Apakah Anas akan menjadi anti-villain setelah akhirnya bergabung ke PKN?

Sandiaga Akan Kembali ke Prabowo?

Sandiaga Uno telah pamit dari Partai Gerindra. Mungkinkah Sandiaga bertemu Prabowo Subianto kembali di masa depan?

Jokowi-Ganjar Makin Mesra?

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengunggah momen kebersamaan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat duduk satu mobil ketika sedang kunjungan kerja ke Boyolali,...