HomeCelotehBanyak Yang Mendera Anies Baswedan?

Banyak Yang Mendera Anies Baswedan?

“Semua dusta, sekarang apa yang ia tolak justru dikerjakan dengan retorika-retorika manis khas Anies Baswedan, hal ini kita bisa lihat kebohongan dan pengabaian terhadap janji adalah bukti kegagalan dalam memimpin”. – Muhamad Farhan, Presidium Barometer Jakarta


PinterPolitik.com

Seiring makin dibukanya keran-keran aktivitas ekonomi, memang membuat masyarakat jadi nggak takut-takutnya lagi sama Covid-19. Yang muda-muda udah pada mulai nongkrong-nongkrong bareng lagi, yang tua-tua juga pada sepedaan bareng lagi, dan yang bocah-bocah udah kayak “bodo amat dah ama nih virus” sejak sebelum-sebelumnya hingga sekarang.

Makanya, nggak heran, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB memasuki masa transisi, angka penderita positif Covid-19 justru meningkat. DKI Jakarta misalnya, selama PSBB transisi ada 6.748 kasus baru. Angka ini disampaikan langsung oleh Gubernur Anies Baswedan loh ya.

Nah, peningkatan jumlah kasus ini jadi semacam pukulan tersendiri buat Pak Anies. Soalnya, di samping tarik menarik dengan pemerintah pusat terkait kebijakan new normal – yang istilahnya kini diganti jadi adaptasi kebiasaan baru – doi juga harus berhadapan dengan isu lain saat ini, yakni terkait reklamasi teluk Ancol.

Emang sih, isu yang satu ini dianggap sebagai pengingkaran terhadap janji kampanye Anies sebelum Pilkada 2017 lalu yang anti reklamasi.

Namun, seperti biasa, Anies menggunakan kemampuan komunikasinya untuk mempersuasi masyarakat bahwa reklamasi ini adalah jalan untuk mencegah banjir di wilayah Jakarta Utara dan juga pemanfaatannya juga akan digunakan untuk kepentingan masyarakat, salah satunya dalam bentuk pembangunan Museum Nabi terbesar di luar Arab Saudi.

Baca juga :  Anies-Ganjar dan Mereka yang "Geruduk" MK

Tapi, tetap aja isu ini jadi bumerang untuk doi. Soalnya, tetap ada masyarakat yang melaksanakan demonstrasi untuk menentangnya, termasuk dari kelompok mahasiswa. Makanya, jadi tambah pusing lagi kan Pak Anies buat mikirin gimana caranya agar nggak terus didemo.

Secara keseluruhan, situasi politik di ibu kota emang tengah memanas. Potensi ribut-ribut di tengah penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) misalnya, terus juga terjadi – walaupun nuansanya memang lebih sarat politik nasionalnya.

Makanya nih, Pak Anies kayak didera banyak isu belakangan ini. Jadi ujian nih buat Pak Anies kalau memang beneran berniat maju di Pilpres 2024. Soalnya, kudu bisa menghadapi soal-soal pengolahan isu kayak gini.

Mungkin Pak Anies perlu belajar sama Pak Jokowi soal yang satu ini. Pemerintah yang sekarang emang handal mengelola isu. Contohnya saat menaikkan iuran BPJS, momennya persis setelah masyarakat diributkan dengan video marah-marahnya Pak Jokowi terkait kinerja menteri.

Yang disorot tentu saja soal reshuffle kabinet. Soal BPJS? Lewat bagai angin lalu. Padahal, sebenarnya isu yang lebih mengena ke masyarakat tentu saja BPJS.

Nah, mungkin Pak Anies perlu meniru-niru strategi yang kayak gini. Saat mau mutusin reklamasi, coba deh cari-cari isu lain buat pengalih. Misalnya, marah-marah sama kepala dinas, atau mandi-mandi di Bundaran HI, dan lain sebagainya. Kan jadi menarik perhatian masyarakat kan? Uppps. Hehehe. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.