HomeCelotehAher Hanya Jadi Cadangan AHY?

Aher Hanya Jadi Cadangan AHY?

“Di antara dua nama, Aher (Ahmad Heryawan) dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), jauh lebih siap dalam skema Pilpres adalah AHY.” – Dedy Kurnia Syah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO)


PinterPolitik.com

Siapa bilang memilih lebih mudah dibandingkan menjadi orang yang dipilih? Dilema dari realitas sehari-hari ini juga terwujud dalam situasi politik – tepatnya saat seorang bakal calon presiden (capres) dituntut untuk memilih bakal calon wakil presiden (cawapres)? 

Hal ini terlihat pada sosok bakal capres Partai NasDem Anies Baswedan yang belum menentukan pilihan siapa yang akan menjadi bakal cawapres untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. 

Langkah Anies seolah mulai lambat dalam konteks memilih cawapres. Padahal, sudah ada dua tokoh yang digadang-gadang akan mendampinginya, yaitu Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher). 

Bahkan, di awal deklarasi, Ketua Umum (Ketum) NasDem Surya Paloh memberi keleluasaan kepada Anies untuk memilih pendamping – dengan harapan Anies bisa menemukan pasangan yang bisa berkontribusi baik untuk pemenangan maupun pada saat bila terpilih sebagai presiden. 

image 131
AHY-Anies, Duet Luar Lingkaran Kekuasaan?

Merespons hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedy Kurnia Syah mengatakan bahwa AHY jauh lebih menguntungkan Anies dibandingkan maju berdampingan dengan Aher. 

Bagi Dedi, AHY berpeluang lebih besar untuk menyumbangkan suara bagi Anies dalam kontestasi Pilpres 2024. Tentu, peluang AHY ini diikuti perannya yang bisa menjadi vote-getter bagi Anies. 

Jika kita sandingkan keuntungan AHY sebagai vote-getter dengan kriteria cawapres Anies yang pernah disampaikan – yakni seorang yang mampu berkontribusi dalam proses kemenangan, maka, dengan menggunakan logika marketing politik, posisi AHY sangatlah menjual dibandingkan Aher. 

Baca juga :  Sikap Capres Setelah Pengumuman KPU

Jennifer Lees-Marshment dalam bukunya Political Marketing: A Comparative Perspective memberikan gambaran bahwa logika marketing menjadi napas dari sebuah strategi sampai keputusan politik seorang kandidat. 

Political marketing tidak hanya terbatas pada bagaimana menjual produk/gagasan saja. Lebih dari itu, pemasaran politik dengan logika pasar dapat menjadi kompas untuk kandidat dapat memenangkan persaingan. 

Anyway, sebenarnya PKS tidak kalah penting dibandingkan dengan Demokrat dari kontribusi suara, apalagi kader PKS sering disebut sebagai kader politik yang paling loyal terhadap partainya. 

Namun, pertumbuhan loyalis PKS cenderung melambat ditambah lepasnya sebagian kader yang saat ini membentuk Partai Gelora. Sebaliknya, Partai Demokrat bisa mendatangkan dukungan pemilih yang tak terjangkau PKS karena fleksibilitas partai yang berasaskan nasionalis. 

Hmm, jangan-jangan munculnya dua bakal capres dari Demokrat dan PKS ini hanyalah bagian dari strategi agar koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS terkesan dinamis. 

Kesan dinamis ini diperlihatkan dengan munculnya capres dari NasDem yakni Anies, Begitu juga nama-nama bakal cawapres dari Demokrat – yaitu AHY – dan PKS dengan nama yang muncul belakangan – yaitu Aher. Wajar jika sebagian menilai nama Aher hanya pajangan karena nama cawapres hampir pasti ke AHY. 

Tiba-tiba keinget aturan sepakbola terkait laga tidak dapat bermula atau berlanjut apabila sebuah tim mempunyai kurang dari tujuh pemain di lapangan, termasuk penjaga gawang. 

Dalam sebuah laga kompetisi resmi, ditetapkan jumlah pemain cadangan sebanyak tiga hingga 12 orang. Biasanya ada cadangan mati yang sengaja dipilih hanya untuk memenuhi kuota pemain. 

Nah, agak sedih juga ya kalau Aher seolah-olah hanya dijadikan “cadangan mati” untuk memenuhi kuota pemain agar bisa sebuah klub bisa berlaga. Semoga strategi untuk membuat koalisi ini seolah dinamis tidak berujung pada blunder. Uppss. Hehehe. (I76)

Baca juga :  Logis Anies Dirikan Partai Sendiri?

Perang Dunia 3 akan Meletus di Arktik?
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Ganjar Punya Pasukan Spartan?

“Kenapa nama Spartan? Kita pakai karena kata Spartan lebih bertenaga daripada relawan, tak kenal henti pada loyalitas pada kesetiaan, yakin penuh percaya diri,” –...

Eks-Gerindra Pakai Siasat Mourinho?

“Nah, apa jadinya kalau Gerindra masuk sebagai penentu kebijakan. Sedang jiwa saya yang bagian dari masyarakat selalu bersuara apa yang jadi masalah di masyarakat,”...

PDIP Setengah Hati Maafkan PSI?

“Sudah pasti diterima karena kita sebagai sesama anak bangsa tentu latihan pertama, berterima kasih, latihan kedua, meminta maaf. Kalau itu dilaksanakan, ya pasti oke,”...