HomeCelotehIjtima Ulama Berani Lawan Ma’ruf?

Ijtima Ulama Berani Lawan Ma’ruf?

“Di masa lalu, pemimpin adalah bos. Namun kini, pemimpin harus menjadi partner bagi mereka yang dipimpin”. – Eric Fromm, filsuf dan psikolog


PinterPolitik.com

[dropcap]R[/dropcap]ibut-ribut setelah Pemilu 2019 emang nggak berhenti-berhenti juga. Sehari yang lalu misalnya, berlangsung Ijtima Ulama III yang merupakan episode ketiga dari seri Ijtima di sekitaran kontestasi elektoral di tahun ini.

Ijtima ini memang menjadi bagian dari konsolidasi dukungan terhadap pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Makanya Prabowo juga menyempatkan hadir dalam acara ini.

Nah, pertemuan kali ini menghasilkan beberapa rekomendasi terkait kecurangan yang disebut masif, terstruktur dan sistematis yang terjadi sepanjang gelaran Pemilu 2019. Beberapa poin di antaranya bahkan juga meminta KPU dan Bawaslu untuk mendiskualifikasi pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Beh, ngeri-ngeri sedap.

Kalau kata para pendukung Jokowi-Ma’ruf sih, Ijtima Ulama III ini “ugal-ugalan dan akal-akalan”. Apalagi ini udah jilid ketiga Ijtima ini dilakukan, berasa kayak sinetron yang berepisode-episode aja. Hmm, ini nggak takut dikutuk ya ngomong kayak gitu? Kualat loh ngomongin ulama.

Ujung-ujungnya emang ketegangan politik ini masih akan berlangsung lama. Film Avengers: Endgame aja sampai 3 jam kok lamanya. Click To Tweet

Tapi, bener juga sih. Soalnya kan ulama yang paling berkuasa di Indonesia – menurut Profesor Greg Fealy dari Australian National University (ANU) – adalah Ma’ruf Amin yang jadi pendampingnya Jokowi.

Doi adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan mantan Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU). Nggak ngeri-ngeri sedap tuh kan jabatannya.

Gara-gara itu, jubir kubu Prabowo-Sandi, Ustaz Haikal Hassan mengatakan bahwa tokoh-tokoh Ijtima Ulama III harusnya datang dan berkunjung ke Ma’ruf Amin. Doi yakin Ma’ruf masih bisa diajak bermusyawarah dan melihat berbagai persoalan ini.

Baca juga :  MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Hmmm, tapi yakin Ma’ruf Amin mau mendengarkan hal-hal tersebut? Ini ibaratnya seorang komandan pasukan tempur Kekaisaran Romawi ingin bertemu Julius Caesar dan memintanya untuk turun dari kekuasaannya .

Usulannya pasti didengerin sih. Tapi habis itu langsung deh kepala sang komandan dipenggal. Uppps. Eh, bukan berarti Ma’ruf bakal beneran menggal kepala ya.

Maksudnya mana mungkin usulan itu akan didengarkan. Lha kata Thomas Hobbes: “Homo homini lupus est”. Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Kalau berhubungan dengan kekuasaan mah semua orang bisa saling sikut cuy.

Lagian, Ustaz Haikal pasti tahu bahwa Ma’ruf Amin dipilih sebagai cawapres ya salah satu alasannya untuk membendung efek politik yang seperti ini. Kalau udah kayak gini mah susah.

Ujung-ujungnya emang ketegangan politik ini masih akan berlangsung lama. Film Avengers: Endgame aja sampai 3 jam kok lamanya. Itu juga merupakan kelanjutan dari Avengers: Infinity War.

Kalau mau cepat ya lewat jalan tol. Yang proyeknya dibangun dari pinjaman utang. Yang kalau gagal bayar bisa disita asing.

Ah, republik macam apa ini? (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.