HomeCelotehPercepat Kongres, PDIP Panik?

Percepat Kongres, PDIP Panik?

“Berita mengatakan dunia penuduhan membabi buta, sebaris senantiasa ada makna konspirasinya”. – Bunkface, Panik


PinterPolitik.com

Panik. Satu kata penuh makna, yang bikin orang yang mendengarnya atau mengucapkannya akan membayangkan kondisi chaos dan keadaan yang tak terkendali.

Ternyata, kata panik atau dalam bahasa Inggris panic, berakar dari nama Pan, yang merupakan sebutan untuk salah satu dewa dari mitologi Yunani Kuno.

Dewa Pan adalah dewa alam liar, para gembala, pegunungan, hingga para nimfa. Istilah terakhir adalah sebutan untuk peri atau makhluk yang umumnya berwujud perempuan yang mendiami wilayah tertentu.

Dewa Pan ini wujudnya separuh manusia dan separuh kambing. Nah, karena dia bertanduk dan berkuku belah, tidak jarang banyak orang yang mengidentikkan Pan dengan setan.

Kata “panik” itu sendiri berasal dari ketakutan yang muncul ketika bertemu dengan Pan. Ini beda lagi loh dengan Pan yang merupakan cucu dari Son Goku di serial kesukaan banyak orang, Dragon Ball. Beda juga dengan PAN alias Partai Amanat Nasional yang adalah partai politik – walaupun salah satu politisi seniornya suka mengeluarkan pernyataan yang bikin PAN-ik. Hehe.

Nah, kini perasaan seperti yang muncul ketika orang bertemu dengan Dewa Pan, tengah melanda si banteng PDIP – setidaknya menurut analisis beberapa pihak ya. Untungnya Dewa Pan itu separuh kambing ya, kalau separuh banteng kan bisa jadi cocok banget. Upppss. Hehehe.

Adalah wacana PDIP untuk memajukan waktu kongresnya yang jadi persoalan. Semula, kongres PDIP – yang biasanya punya agenda untuk pemilihan Ketua Umum – baru akan dilaksankan pada tahun 2020 mendatang. Hal ini juga sejalan dengan jabatan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP yang baru akan berakhir di tahun depan.

Baca juga :  Megawati Menulis: Etika Presiden Penting!

Rencananya, kongres partai tersebut akan dilangsungkan pada bulan Agustus 2019. Kader-kader PDIP yang ditanya terkait alasan percepatan kongres ini tak ada yang menjawab secara jelas.

Yang menimbulkan pertanyaan tentu saja pemilihan bulannya. Kenapa nggak di akhir tahun aja ya kongresnya, misalnya di November atau Desember gitu?

Eh, baru keinget ya, kan pelantikan presiden kemungkinan besar akan terjadi di bulan Oktober nanti. Jadi milih kongres sebelum bulan pelantikan presiden ya? Soalnya habis pelantikan kan presiden harus milih menteri. Hehehe.

Nah, argumentasi yang menyebut PDIP panik adalah terkait dengan dinamika politik nasional saat ini. Sebagai partai utama pengusung Jokowi, PDIP harus dihadapkan dengan manuver banyak partai lain.

Wacana cohabitation atau pembentukan pemerintahan bersama dengan kubu Prabowo misalnya, tentu saja membuat posisi PDIP cukup terganggu. Soalnya, kalau kubu Prabowo juga mendapatkan kursi menteri, wah bisa perang saudara. Hehe.

Yang jelas, hanya PDIP yang tahu alasannya kenapa kongres dipercepat. Terus kalau mau ganti ketua umum, kandidatnya siapa nih? Puan Maharani? Prananda Prabowo? Atau jangan-jangan Jokowi?

Siapa pun itu, yang penting jangan panik lama-lama deh. Biar lambang partainya tidak berubah nantinya. Berubah jadi apa, silahkan dipikirkan sendiri ya. Upppss. Hehe. (S13)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?