HomeCelotehNasdem Berani Coret Davin?

Nasdem Berani Coret Davin?

“Harga suara 20 ringgit, pasaran dirusak jadi 50 ringgit. Akibatnya jadi musuh bersama”. – Sumber hasil investigasi CNN Indonesia


PinterPolitik.com

[dropcap]J[/dropcap]oseph Stalin mungkin jadi salah satu pemimpin paling kejam sepanjang sejarah. Total sekitar 23 juta orang tewas selama era kekuasaannya.

Namun, dalam konteks jelang Pemilu 2019, sepertinya perlu bagi kita untuk melihat beberapa pernyataan pemimpin Uni Soviet itu.

Salah satu pernyataan Stalin yang paling terkenal berbunyi: “Those who vote decide nothing. Those who count the vote decide everything”.

Mereka yang menggunakan hak pilihnya tak memutuskan apa pun, tetapi mereka yang menghitung suaralah yang menentukan segalanya. Demikian terjemahan acakadul-nya.

Nah, kata-kata Stalin itu tampaknya yang kini sedang terlihat dalam kasus surat suara yang sudah tercoblos saat pemungutan suara di dapil luar negeri.

Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, disebutkan bahwa surat suara tersebut tercoblos untuk pasangan nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, serta untuk caleg dari Partai Nasdem.

Salah satu nama caleg yang sudah tercoblos itu adalah Davin Kirana, caleg muda berusia 22 tahun dari Partai Nasdem. Caleg yang balihonya terpampang di banyak wilayah di Jakarta Selatan itu adalah putra dari Dubes Indonesia untuk Malaysia sekaligus pendiri maskapai Lion Air, Rusdi Kirana.

Beh, ramai lah sudah pergunjingan yang timbul setelah video itu tersebar.

Dapil ini juga jadi yang paling kaya di seluruh Indonesia. Caleg-calegnya juga nggak main-main. Nama-nama seperti Tsamara Amany, Hidayat Nur Wahid, Liliana Tanoesoedibjo, Davin Kirana, dan Masinton. Click To Tweet

Tak ketinggalan komentarnya juga datang dari Masinton Pasaribu, caleg PDIP – partainya paslon nomor urut 01. Menariknya, Masinton justru bilang bahwa memang ada pemain alias sindikat yang terlibat dalam jual beli suara.

Baca juga :  Kenapa PDIP PDKT ke Khofifah?

Katanya, doi bahkan ditawari oleh sindikat itu dengan harga 15 ringgit per suara atau Rp 40-50 ribu – kalau kata CNN Indonesia bahkan ada yang sampai 50 ringgit harganya. Masinton bilang sih tawaran itu ditolak. Ah, yang bener nih bang? Hehehe.

Harga Rp 50 ribu itu lumayan juga loh. Buat caleg yang nggak banyak modal mah mana sanggup.

Tapi, masuk akal juga sih. Soalnya, wilayah luar negeri ini kan masuk Dapil II DKI Jakarta yang diikuti oleh 105 caleg untuk memperebutkan 7 kursi. Jadi pertarungannya pasti berdarah-darah.

Dapil ini juga jadi yang paling kaya di seluruh Indonesia. Caleg-calegnya juga nggak main-main. Nama-nama seperti Tsamara Amany dari PSI, Hidayat Nur Wahid dari PKS, Liliana Tanoesoedibjo dari Perindo, mantan artis Puput Novel dari Golkar, Davin Kirana dari Nasdem, dan tentu saja Masinton sendiri dari PDIP.

Jadi, udah pasti super berat lah ini pertarungannya. Nggak heran kalau isu jual beli suara jadi hal yang lumrah. Apalagi kata Masinton, tiap Pileg hal itu pasti terjadi.

Hmm, kalau sudah kayak gini, masyarakat bisa apa? Itu hitungannya udah kejahatan Pemilu. Apalagi Panwaslu di Malaysia udah bilang kalau suara yang tercoblos itu asli yang diterbitkan oleh KPU.

Emang jadi nggak adil sih, apalagi kalau tuduhan-tuduhan yang beredar benar. Kan kasihan untuk caleg yang benar-benar berjuang secara fair. Masinton aja harus nempelin posternya di mana-mana, bahkan sampai di gorong-gorong pun ada. Nggak lagi minta “tikus” buat milih kan, Bang? Uppss, bercanda Bang hehehe.

Pedagang-pedagang pecel lele di pinggir jalan bahkan gantiin spanduk menu makanannya sama mukanya Masinton. Terus pas hari pemungutan suara malah Masinton kalah dari mereka-mereka yang beli suara. Sakitnya tuh kayak ditinggal mantan pas lagi sayang-sayangnya. Hahaha.

Harapannya sih kasus ini cepat dapat kebenarannya, biar terang benderang dan agar Pemilu bisa berjalan dengan aman dan damai. Kalaupun calegnya benar-benar terlibat, partainya harus tanggung jawab. Tapi, hayooo, emang Nasdem berani? (S13)

Baca juga :  Prabowo-Megawati Bersatu, Golkar Tentukan Nasib Jokowi?
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.