HomeCelotehMakkah-Beijing, Bukan ‘Kocak’ Biasa 

Makkah-Beijing, Bukan ‘Kocak’ Biasa 

“Kocak! Poros Makkah dan Beijing yang asli berkoalisi, tapi KW-nya di Indonesia mau bikin konfrontasi.” – Guntur Romli, Juru Bicara PSI


PinterPolitik.com

[dropcap]T[/dropcap]emenku punya ayah. Ayah temanku itu punya kakek. Kakeknya kakek temen ayahku punya kakek. Nah, buat temen kamu yang tidak punya kakek boleh deh kamu tanya, lebih dahulu ada ayam atau lebih dulu telur? Ahahha.

Intinya gengs, jauh dari generasi kakeknya kakek dari ayahnya temen aku itu, dan jauh ke generasi leluhurnya lagi, masyarakat Indonesia sudah memeluk agama Islam sebagai panduan menjalani kehidupan gengs.

Ajaran Islam masuk ke Indonesia bukan  dengan sendirinya. Namun, ajaran Islam hadir di Nusantara dibawa oleh para pedagang dan ulama pada zamannya yang akhirnya menyebar dan tumbuh indah mewarnai Nusantara.

Nyatanya, perdagangan yang terjadi di Nusantara tidak hanya dilakoni oleh bangsa Arab saja. Saat itu kemeriahan pasar dagang di Nusantara juga diisi oleh lakon Made in China yang turun–temurun berlangsung sampai hari ini.

Yang namanya pedagang, pastinya tidak melulu jualan dalam bentuk fisik, tapi juga bisa dalam bentuk jasa dan lainnya. Contohnya nih gengs seperti di tahun politik kaya gini. Waduh pada sibuk deh tuh muncul “pedagang” dadakan jualan di sana sini. Dagangan yang dijual pedagang ini unik- unik gengs.

Ada yang jualan kesejahteraan untuk masyarakat, ada yang jualan jalan tol, ada yang jualan kaos, ada yang jualan prestasi. Tapi jangan sampe aja jual pepesan kosong. Uppss…

Pedagang dadakan di tahun politik pada berebut mendapat pengaruh masyarakat untuk membeli barang daganganya. Contohnya nih gengs ada pedagang yang jualannya laku diborong oleh berbagai kalangan.

Nah nah nah, namanya juga jualan, enggak dapat selalu membuat pembelinya senang dengan barang yang dijualnya. Ya kayak pendapat Mas Guntur Romli ini nih. Menurut Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu, jualan isu “Poros Makkah-Beijing” adalah hal yang kocak.   Ibarat barang, maka isu itu adalah barang KW. Hmmm, murahan katanya dan jauh dari kata bagus hehehe.

Alasanya sih gengs, barangnya ngawur jauh sama barang orinya. Ibarat beli hp nih, beli Ipong X dapetnya Virgo V9 hehehe. Ya, balik lagi sih ya yang namanya selera gengs.

Ya bagaimanapun, mau KW  ataupun ori, yang penting hidup harus punya prinsip saling menghargai gengs. Seperti yang dibilang Nelson Mandela: “Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai, tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang lain.” (G11)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Rocky Gerung Seng Ada Lawan?

“Cara mereka menghina saja dungu, apalagi mikir. Segaris lurus dengan sang junjungan.” ~ Rocky Gerung PinterPolitik.com Tanggal 24 Maret 2019 lalu Rocky Gerung hadir di acara kampanye...

Amplop Luhut Hina Kiai?

“Itu istilahnya bisyaroh, atau hadiah buat kiai. Hal yang lumrah itu. Malah aneh, kalau mengundang atau sowan ke kiai gak ngasih bisyaroh.” ~ Dendy...

KPK Menoleh Ke Prabowo?

“Tetapi kenyataannya, APBN kita Rp 2.000 triliun sekian. Jadi hampir separuh lebih mungkin kalau tak ada kebocoran dan bisa dimaksimalkan maka pendapatan Rp 4.000...