HomeCelotehHiburan Surga Muhadjir Effendy

Hiburan Surga Muhadjir Effendy

“Saya agak yakin, bahwa orang yang pertama masuk surga itu adalah guru.” – Muhadjir Effendy


 PinterPolitik.com

Muhadjir Effendy sebentar lagi akan melepas jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam pidato menjelang perpisahannya, ia pun ingin mendengar suara guru-guru Indonesia. Dan di penghitungan final countdown-nya ini biar saya yang bersuara.

Pak Muhadjir, benar memang guru merupakan profesi mulia yang jasanya akan terus membekas dalam setiap generasi. Dan benar pula ganjaran dari kemuliaan mendidik generasi penerus adalah surga. Namun, janganlah menjadikan surga sebagai kambing hitam dari sistem penggajian guru honorer yang zalim.

Bapak mungkin lupa kalau surga itu ada di akhirat dan yang bisa menentukan siapa yang masuk surga ya hanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Problem adalah bapak agaknya tidak sadar bahwa para guru yang disebut ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ sekalipun butuh penghidupan yang layak.

Gaji guru honorer ini kan masih ada yang ratusan ribu per bulan. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup dengan layak jika hanya memiliki pemasukan sebesar itu per bulannya? Malah ada yang sampe tinggal di sekolah karena gak bisa menyisihkan gaji super irit itu untuk biaya tempat tinggal.

Menjadikan surga sebagai balasan dari keletihan mengajar sama saja memberikan candu untuk sesuatu yang korosif. Apakah Pak Muhadjir ini sedang melatih jiwa masokis para guru honorer supaya mereka tidak protes dengan sistem penggajian yang seperti ini. Entah.

Tapi dengan pernyataan seperti itu, guru terutama yang honorer sudah bukan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ melainkan ‘pahlawan tanpa tanda apa-apa’. Ini mah sama saja Pak Muhadjir melepaskan kewajiban negara untuk menjamin kehidupan yang layak bagi tenaga pengajar, terutama guru honorer.

Baca juga :  Pilpres Studios

Hiburan surgawi tentu merupakan misteri bagi insan yang masih bernapas. Dibanding itu sebaiknya negara memberikan hiburan yang lebih konkret, seperti misalkan sumber pangan, sandang dan papan yang memadai.

Hal ini pun sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bapak harusnya lebih tahu. Entah dari kebijakan yang lebih perhatian terhadap nasib guru honorer atau sistem penggajian yang lebih manusiawi. Tapi, sudahlah toh bapak sudah mau turun jabatan. Semoga bapak kalau terpilih lagi atau pengganti bapak lebih realistis, semoga. (M52)

 

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...