Pinter EkbisFilosofi “Mewahnya” Kesederhanaan Bubur Ayam

Filosofi “Mewahnya” Kesederhanaan Bubur Ayam


Bubur ayam, sebuah panganan yang sederhana namun mengandung sejarah yang mendalam, menjadi salah satu makanan favorit bagi banyak orang di Indonesia. Tidak hanya lezat, bubur ayam juga melambangkan sejarah budaya dan filosofi yang kaya.

Sejarah bubur sendiri telah dimulai sejak zaman kuno. Bubur beras sudah dikenal di berbagai kebudayaan di Asia, termasuk Tiongkok, India, dan tentunya, Indonesia. Bubur ayam khususnya, mungkin memiliki akar dari pengaruh percampuran antara tradisi lokal dengan pengaruh budaya luar, terutama dari Tiongkok.

Dalam tradisi Tiongkok, bubur nasi atau yang sering disebut sebagai congee telah lama menjadi makanan pokok. Congee ini bisa disajikan dengan berbagai variasi, ada yang dengan daging babi, ikan bahkan kodok, termasuk dengan daging ayam. Ketika pedagang-pedagang dan imigran Tiongkok datang ke Nusantara, mereka membawa serta tradisi masak dan adaptasi bahan-bahan lokal, termasuk menggabungkan bubur nasi dengan ayam.

Namun, kita tidak bisa mengesampingkan inovasi dan kreativitas masyarakat lokal. Bubur ayam di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari congee Tiongkok. Mulai dari bumbu, pelengkap, hingga teknik memasaknya. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.

Dibalik segala keunikannya, bubur ayam mengandung filosofi mendalam yang terkait erat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Kesederhanaan

Bubur, dengan teksturnya yang halus, melambangkan kesederhanaan. Dalam banyak tradisi, bubur sering disajikan saat ada yang sakit atau saat ritual keagamaan. Kesederhanaan ini mengajarkan kita untuk kembali kepada esensi kehidupan, mengesampingkan hiruk-pikuk dunia.

Kekayaan rasa

Meskipun tampak sederhana, bubur ayam memiliki kekayaan rasa dari bumbu-bumbu dan pelengkapnya. Ini menggambarkan bagaimana kehidupan yang tampak sederhana bisa kaya akan makna jika kita menambahkan “bumbu” yang tepat dalam hidup kita.

Baca juga :  Dunia: Let's Work Together, Prabowo!

Persatuan

Bubur ayam bukan hanya tentang bubur atau ayam, tapi juga tentang kerupuk, sambal, irisan daun bawang, dan lainnya. Semua komponen ini bekerja bersama untuk menciptakan rasa yang sempurna. Ini mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Indonesia tentang pentingnya kerjasama dan persatuan.

Kehangatan

Bubur ayam biasanya disajikan hangat, memberikan kehangatan bagi yang menyantapnya. Ini adalah simbol dari kehangatan hubungan antar manusia dan bagaimana makanan bisa menjadi alat yang menghubungkan orang-orang.

Bubur ayam, meskipun tampak sederhana, adalah cerminan dari sejarah dan filosofi masyarakat Indonesia. Dari sejarahnya yang kaya akan percampuran budaya, hingga filosofinya tentang kesederhanaan, kekayaan rasa, persatuan, dan kehangatan, bubur ayam mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan.

Dalam era modern saat ini, di mana makanan cepat saji semakin mendominasi, bubur ayam menjadi pengingat bagi kita untuk kembali kepada akar tradisi, merenung, dan menikmati setiap momen dengan kesederhanaan namun penuh makna. Bubur ayam bukan hanya makanan, tetapi juga sebuah filosofi yang mengajarkan kita tentang kehidupan.

Terakhir, kalian tim bubur aduk atau tim bubur tidak diaduk nih? He he.. (A49)

Exclusive content

Latest article

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Mari Elka Pangestu Shadowing Luhut?

Akankah RK Lampaui Ali Sadikin?

More article

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Mari Elka Pangestu Shadowing Luhut?

Akankah RK Lampaui Ali Sadikin?