HomeHeadlineThe Tale of Budi Gunawan

The Tale of Budi Gunawan

Kecil Besar

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Kehadiran Budi Gunawan dalam pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu lingkar elite yang berpengaruh. Menjabat sebagai Menko Polkam di kabinet Prabowo, BG juga menjadi tangan Megawati di pemerintahan – hal yang juga jadi penegas pentingnya posisi mantan Kepala BIN itu.


PinterPolitik.com

Suasana Lebaran 2025 masih juga kental terasa, namun politik nasional sudah mulai kembali berdinamika. Adalah pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, yang jadi menu utamanya.

Pertemuan ini menarik perhatian publik, terutama karena kehadiran sosok Menko Polkam Budi Gunawan yang dikenal memiliki kedekatan dengan Megawati sejak lama. Bukan kali pertama, namun kali ini sorotan terhadapnya semakin kuat karena posisinya tak lagi sekadar menteri semata, melainkan sebagai figur yang ikut menjembatani komunikasi antara dua tokoh penting bangsa yang kerap berada di sisi berseberangan politik.

Keberadaan Budi Gunawan dalam pertemuan tersebut menimbulkan berbagai spekulasi mengenai perannya dalam dinamika politik nasional. Meskipun bukan kader PDI Perjuangan, BG dikenal memiliki hubungan dekat dengan Megawati sejak menjabat sebagai ajudannya pada tahun 1999, saat Megawati masih menjadi Wakil Presiden RI.

Partai Gerindra, melalui Ketua Harian Sufmi Dasco Ahmad, mengonfirmasi bahwa dalam pertemuan itu, Megawati didampingi oleh BG. Hal ini semakin mempertegas posisi strategisnya sebagai figur yang dipercaya oleh elite di kedua belah pihak.

PDIP sendiri buru-buru menegaskan bahwa Budi Gunawan bukan bagian dari internal partai. Namun, mereka juga tidak menampik kedekatan yang telah terbangun lama antara BG dan Megawati. Di sisi lain, kubu Gerindra justru menyebut kehadiran Budi Gunawan sebagai representasi dari “pihak sana,” mengisyaratkan bahwa keberadaannya diakui sebagai bagian dari orbit politik Megawati, meskipun secara administratif bukanlah kader partai berlambang banteng.

Pertanyaannya adalah apa yang bisa dimaknai dari kehadiran BG pada momen pertemuan ini?

The Peacemaker

Peran strategis Budi Gunawan tak hanya tercermin dari kehadirannya di pertemuan elite, tapi juga dari reputasinya sebagai “The Peacemaker.” Setelah Pilpres 2019 yang penuh ketegangan, BG disebut-sebut sebagai sosok kunci dalam rekonsiliasi antara Presiden Joko Widodo dan rival lamanya, Prabowo Subianto.

Meski tak tampil di panggung depan, sepak terjangnya dikenal luas di kalangan elite politik. Ia tidak hanya membangun komunikasi, tetapi juga menciptakan ruang-ruang kompromi yang diperlukan agar konflik politik tidak berujung pada instabilitas nasional.

Baca juga :  Prabowo and Trump in the Same Boat?

Untuk memahami peran dan pengaruh Budi Gunawan dalam peta politik Indonesia, menarik untuk membacanya melalui kacamata teori elite dan konsep broker politik.

Dalam sosiologi politik, nama Vilfredo Pareto dikenal luas sebagai penggagas teori elite yang menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat, kekuasaan sejatinya dikendalikan oleh segelintir orang yang disebut elite. Elite ini terbagi menjadi dua: mereka yang memerintah (governing elite) dan mereka yang memengaruhi dari luar kekuasaan langsung (non-governing elite).

Meskipun Budi Gunawan memegang jabatan formal sebagai Menko Polkam, yang termasuk dalam struktur negara, pengaruhnya tidak hanya datang dari jabatan itu, tetapi juga dari hubungan personal dan jaringan informalnya dengan para pemegang kekuasaan.

Pareto juga mengemukakan konsep “sirkulasi elite,” yaitu gagasan bahwa elite dalam suatu masyarakat selalu mengalami perputaran: elite lama digantikan oleh yang baru, namun kekuasaan tetap berada di tangan segelintir orang.

Dalam konteks ini, Budi Gunawan adalah figur yang berhasil bertahan dan bahkan memperluas pengaruhnya lintas rezim. Dari era Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo dan kini Prabowo Subianto, ia tetap berada di pusat pusaran kekuasaan. Ini menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dalam lanskap politik yang terus berubah dan mengonsolidasikan pengaruh dengan pendekatan yang tidak selalu terlihat publik.

Selain teori elite, konsep broker politik juga relevan untuk menjelaskan posisi Budi Gunawan. Dalam literatur politik, broker politik adalah individu atau kelompok yang berperan sebagai penghubung antara kelompok-kelompok berbeda dalam masyarakat atau antara elite dan massa.

Kata broker memang kerap dipandang negatif, tetapi sesungguhnya menunjukkan posisi penting sebagai mediator yang mengelola kepentingan yang beragam dan sering kali bertentangan. Dalam konteks Indonesia yang plural dan penuh fragmentasi politik, keberadaan broker menjadi penting untuk menjembatani berbagai poros kekuasaan.

Budi Gunawan memainkan peran itu dengan sangat efektif. Ia bukan hanya perantara dalam arti teknis, tetapi juga penyambung makna dan bahasa antar elite yang memiliki sejarah panjang konflik politik.

Perannya sebagai broker terlihat nyata dalam beberapa momen penting sejarah politik Indonesia pasca-Reformasi. Misalnya, ketika hubungan antara Jokowi dan Prabowo yang semula panas membeku menjadi kolaboratif pasca-Pilpres 2019, banyak pihak yang menyebut Budi Gunawan sebagai dalang di balik layar rekonsiliasi tersebut.

Baca juga :  Nadir Pariwisata: Kita Butuh IShowSpeed

Dengan kapasitas intelijen yang dimilikinya, ia bukan hanya memantau perkembangan politik, tapi juga memiliki kapabilitas untuk mengintervensi dan mengarahkan proses-proses negosiasi di belakang layar.

Dalam posisi seperti itu, Budi Gunawan bukan sekadar pelaksana tugas negara, melainkan aktor politik penuh yang memahami anatomi kekuasaan, distribusi sumber daya, serta psikologi para pemegang keputusan. Ia tahu kapan harus muncul dan kapan harus menghilang dari pemberitaan. Namanya sering tak disebut, namun kehadirannya terasa dalam berbagai keputusan penting.

What’s Next for Pak BG?

Pertanyaannya kemudian adalah ke mana arah langkah Budi Gunawan selanjutnya? Apakah ada motif politik yang lebih tinggi yang ingin dikejar BG? Akankah ia punya ambisi katakanlah untuk maju sebagai calon presiden atau wakil presiden pada pemilu berikutnya? Atau justru ia akan tetap menjadi aktor di balik layar, mengendalikan arah politik tanpa perlu duduk di kursi eksekutif?

Dari berbagai indikator yang ada, tampaknya kecil kemungkinan Budi Gunawan akan mengambil jalur kandidat publik. Karakter dan perannya selama ini menunjukkan bahwa ia lebih memilih untuk menjadi kingmaker ketimbang menjadi king. Ia sudah memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan politik dan ekonominya, termasuk kedekatan yang luar biasa erat dengan Megawati Soekarnoputri. Dalam banyak hal, ia adalah perpanjangan tangan Megawati untuk membaca dan mengintervensi peta kekuasaan nasional.

Namun, bukan tidak mungkin ia akan menyiapkan regenerasi politik melalui jalur lain. Bisa jadi BG akan mendorong figur-figur baru yang berasal dari lingkaran kepercayaannya untuk maju dalam kontestasi politik. Atau, jika konstelasi politik memaksanya, ia bisa saja menampilkan diri lebih terang dan terbuka—tentu tetap dengan gaya khasnya: tenang, tak banyak bicara, namun “mematikan” dalam pengaruh.

Akhirnya, The Tale of Budi Gunawan adalah cerita tentang kekuasaan yang bekerja secara sunyi. Sebuah narasi tentang bagaimana seseorang bisa begitu berpengaruh tanpa harus tampil di podium, bagaimana ia bisa menentukan arah angin tanpa harus meniup layar kapal. Dalam dunia politik yang penuh sorotan, Budi Gunawan justru menguasai seni paling sulit: menjadi bayangan yang memengaruhi cahaya. (S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo’s Men: Penyambung Lidah Presiden

Presiden Prabowo menunjuk Mensesneg Prasetyo Hadi sebagai juru bicara (jubir). Mengapa penyambung lidah presiden ini punya peran penting?

Berebut Kursi Gibran: Menuju 2029?

Perebutan kursi cawapres 2029 semakin panas dengan manuver politik. Mampukah Gibran mempertahankan posisinya di tengah permainan ini?

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

More Stories

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Aguan dan The Political Conglomerate

Konglomerat pemilik Agung Sedayu Group, Aguan alias Sugianto Kusuma, menyiapkan anggaran untuk program renovasi ribuan rumah.