HomeNalar PolitikSandiaga Pasti Menang?

Sandiaga Pasti Menang?

Meski Pilpres 2019 belum resmi usai, banyak pihak sudah mulai berbicara soal sosok potensial di Pilpres 2024. Nama Sandiaga Uno  jadi salah satu sosok yang dibicarakan tersebut.


Pinterpolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]emungutan suara Pilpres 2019 telah berakhir dengan beragam kisah yang menyertainya. Meski belum resmi berakhir, banyak orang yang mulai berpikir jauh ke depan hingga ke tahun 2024. Mereka membayangkan sosok seperti apa yang akan melaju di Pilpres 2024.

Salah satu sosok yang dibicarakan adalah cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno. Beberapa media internasional menyebutkan bahwa Sandi menjadi sosok yang amat potensial untuk berlaga di Pilpres 2024.

Portal asal Australia The Intepreter menggambarkan hal ini dengan menyebut bahwa apapun yang terjadi di Pilpres 2019, Sandi akan tetap menjadi pemenang. Hal ini merujuk pada peluang Sandi yang terbuka lebar untuk melaju di Pilpres 2024. Istilah Sandi sebagai pemenang Pilpres 2019 juga digunakan oleh kantor berita asal Singapura, The Straits Times.

Terlihat bahwa Sandi dianggap sebagai sosok yang cukup diperhitungkan untuk suksesi kepemimpinan di tahun 2024. Lalu, mengapa Sandi bisa dianggap sangat potensial?

Peluang di Masa Depan

Para rival Sandi adalah orang yang sudah dipastikan tidak akan maju di 2024. Jokowi sudah masuk ke periode ke-2 jika menang nanti, dan dia juga tidak memiliki patron politik dari keluarga maupun koleganya.

Ma’ruf Amin kemungkinan besar sudah menapaki jenjang tertingginya hari ini jika dilantik nanti sebagai wakil presiden. Usianya sudah terlalu tua, dan nampak dengan sangat gamblang pesta demokrasi hari ini dia hanya digunakan sebagai bemper isu delegitimasi Islam.

Secara spesifik, peluang Sandi juga terjaga karena kiprahnya sebagai seorang pengusaha. Pendanaan Pilpres juga dikabarkan jauh banyak berasal dari Sandi, Bloomberg melaporkan sekitar Rp 1,4 triliun yang digelontorkan olehnya. Angka tersebut masih di bawah rata-rata dana satu kali putaran Pilpres untuk satu pasangan calon, yaitu Rp 7 triliun. Maka angka tersebut bisa jadi bisa berkembang lebih tinggi.

Hal itu menunjukkan bahwa Sandi tentu tidak membuang uangnya secara percuma, dengan otak sebagai pengusaha dia tahu kalkulasi yang sedang dia rumuskan, dan hal tersebut mungkin hasilnya tidak harus instan di 2019 ini, namun bisa jadi masih berlaku hingga 5 tahun lagi.

Modal Kekuatan Sandiaga Uno

Sandiaga menjadi super star di dunia politik semenjak dia menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta 2017 lalu. Slogan-slogan politiknya banyak dipakai oleh semua kalangan, bahkan sebelum gelanggang pilkada DKI ditutup.

Baca juga :  Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Tidak hanya melontarkan namanya, posisi tersebut sekaligus juga sebagai modal pengalaman, bahwa Sandi orang yang tahu pemerintahan, dia tahu bagaimana roda kerja dari sistem pemerintahan mulai dari tingkat yang cukup lokal dengan masalah kompleks seperti Jakarta.

Belum lagi dia adalah sosok pengusaha sukses Indonesia. Sebuah kualifikasi zaman yang sedang digandrungi, semua hal soal kewirausahaan menjadi tema sentral di anak muda Indonesia.

Narasi kewirausahaan ini masih ditopang dengan melimpahnya harta yang Sandi miliki, sehingga dia bisa membiayai seluruh usaha politiknya tanpa harus menengadah dan bernegosiasi idealisme dengan politisi dan oligark lain.

Berkat pencalonannya sebagai wakil presiden, Sandi sekarang menjadi elite politik dengan jejaring partai, setidaknya ada 4, Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat. Jejaring ini tentu akan terus membekas dan penting menapaki panggung politik Indonesia yang mengandalkan sistem kepartaian.

Sandi juga telah berkunjung ke 1.567 titik. Sandi tahu medan, tahu permasalahan, dan dia dekat dengan masyarakat. Dia menggunakan teknik blusukan seperti yang digunakan oleh Jokowi di tahun 2014.

Gaya kampanye yang dihadirkan juga berbeda, Sandi kerap mendapatkan bantuan dana dari masyarakat. Tanpa harus bertanya berapa kekayaannya, dengan kasat mata Sandi sudah nampak sebagai orang kaya. Namun besarnya antusiasme masyarakat dengan tetap menyumbangkan uang mereka adalah sesuatu yang baru di politik Indonesia.

Hal semacam ini disebut sebagai urun-dana, di Amerika dengan tingkat kemelekan politik tinggi, banyak politisi yang naik berkat hasil dari urun-dana masyarakat. Urun-dana menunjukkan tingkat partisipasi, dan kepedulian masyarakat terhadap politik.Modal utama yang dimiliki Sandi adalah usianya, masih 49 tahun, relatif muda untuk politik nasional Indonesia, dia masih punya masa depan yang panjang.

Oleh karena itu, dia adalah sosok yang segar, dan tidak memiliki keterkaitan juga sejarah politik di masa lalu. Hal tersebut menguntungkan bagi Sandi, dia bersih dari kasus politik dan HAM apapun, tidak seperti para politisi lain yang memiliki jejak di kekuasaan sebelumnya.

Tak hanya itu, citranya juga kerap ditiru dan digugu oleh kalangan muda. Sandi muda, sukses dan energik. Sandi banyak disorot kamera, Sandi adalah media darling, sebab dia ramah, murah senyum, lucu, dan berparas menawan.

Belum lagi Sandi sering mengeluarkan gimmick politik yang mudah menjadi pemberitaan. Usianya yang masih muda juga menjadikan dia memiliki frekuensi dan cara bicara yang bisa diterima anak-anak muda.

Baca juga :  Budiman Sudjatmiko, Skenario Brilian Prabowo?

Isu yang dibawa oleh Sandi juga senada dengan perkembangan dunia, soal ekonomi yang makin tidak menentu dan adanya gempuran teknologi. Isu yang konsisten ini menjadikan satu merek tertentu yang melekat pada Sandi.

Dengan latar belakang dia sebagai lulusan kampus Amerika, pendidikan menjadi modal penting bagi Sandi, dia adalah sosok yang cerdas dan terdidik. Dan Sandi juga sering menggunakan sisipan bahasa Inggris juga menjadi satu magnet tersendiri, di era di mana semua anak muda kerap menggunakan slogan-slogan bahasa Inggris.

Canggihnya, Sandi bisa bertarung bersama Prabowo Subianto di Pilpres, tanpa identitas otentiknya tergerus oleh figur Prabowo.

Hasil analisis peta pemilih Prabowo-Sandi juga menjadi modal tersendiri, bagaimana generasi Z dan generasi Y muda menunjukkan pilihannya di margin lebih besar ke Prabowo-Sandi.

Sandiaga adalah pemenang pilpres 2019 yang sesungguhnya Click To Tweet

Menggenggam 2024

Merujuk pada kondisi-kondisi tersebut, terlihat bahwa momentum politik Sandi tengah tinggi-tingginnya setelah melalui proses Pilpres di tahun ini. Ada banyak energi dan kebaruan lainnya yang dihadirkan oleh mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Momentum di dalam politik in tergolong penting. Patrick J. Kenney dan Tom W. Rice  dalam The Psychology of Political Momentum menggambarkan bagaimana momentum itu bisa mempengaruhi perilaku memilih.

Menurut Kenney dan Rice, antusiasme dalam momentum itu membuat masyarakat memberikan dukungan kepada suatu kandidat tanpa bersikap kritis. Selain itu, ada pula yang memberikan dukungan kepada kandidat tersebut karena ingin mendukung sosok yang difavoritkan.

Pada titik tersebut, Pilpres 2019 sejauh ini tampaknya  berhasil menimbulkan momentum yang baik bagi Sandi. Oleh karena itu, anggapan orang bahwa Sandi adalah sosok yang potensial di 2024 itu boleh jadi ada benarnya. Ia hanya perlu menjaga momentumnya saat ini selama lima tahun agar kansnya  tetap terjaga.

Seluruh gelontoran kapital sandi tidak akan menjadi angin lalu, beserta jejaringnya akan tetap tergenggam hingga Pilpres 2024 nanti. Dari sanalah bahwa pemenang dari kompetisi 2019 sudah terbaca, siapapun yang terpilih, Sandi pemenangnya, dan sejak pijakan pertama kampanye Sandi sudah menatap 2024.

Tentu, idealnya Sandi bersama Prabowo berharap bahwa di tahun ini mereka sudah bisa merengkuh kursi Istana secara bersama-sama. Meski demikian, dengan momentum Sandi yang tengah menanjak, jika terjadi hal yang tak ideal padanya, ia masih bisa berjuang untuk memaksimalkan potensinya  di 2024 nanti. (N45)

spot_imgspot_img

#Trending Article

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Sembako Siap Melambung Akibat Iran? 

erang Iran-Israel diprediksi akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Mengapa demikian? 

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

More Stories

Politik Kebahagiaan Sandiaga Uno

Sandiaga Uno kerap menampilkan aktivitas politik yang menyenangkan, penuh dengan canda tawa, penuh dengan energi positif. Sandiaga membangun narasi politik kebahagiaan dalam dirinya. PinterPolitik.com Sedari...

Tito Berpeluang di Pilpres 2024?

Keberhasilan Polisi menangani kerusuhan di demo 22 Mei menaikkan nama Tito Karnavian sang Kapolri. Namanya masuk di radar Pilpres 2024, akankah Tito berhasil membidik...

Demo 22 Mei, Proyek Demokrasi Bayaran?

Demo 22 Mei di Bawaslu berakhir ricuh, banyak yang menduga disusupi provokator. Polisi menangkap 257 tersangka dengan barang bukti uang, batu, bom Molotov, serta...