HomeNalar PolitikKetika Panglima TNI Berpuisi

Ketika Panglima TNI Berpuisi

Kecil Besar

Saat menghadiri acara Rapimnas Golkar, Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengingatkan kembali mengenai nasionalisme. Terutama upaya untuk mempertahankan persatuan bangsa.


PinterPolitik.com

“Desa semakin kaya tapi bukan kami punya. Kota semakin kaya tapi bukan kami punya.”

[dropcap size=big]I[/dropcap]tulah sepenggal kalimat dari puisi berjudul “Tapi Bukan Kami” karya Denny JA yang dibacakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmatyo, saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Golkar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (22/5). Selain menyampaikan puisi berisi isu ketidakadilan sosial yang relevan dengan kondisi saat ini, Gatot juga memaparkan pidato bertema ‘Menjaga Keutuhan Bangsa dan Menghadapi Tantangan dan Ancaman’.

Dalam pidatonya tersebut, Gatot memaparkan bahwa partai politik mempunyai kewajiban untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Untuk itu, jangan sampai terprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan Indonesia terpecah belah. Mari kita jadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pemenang,” ujarnya dihadapan sekitar 640 kader Partai Golkar.

Menurutnya, Partai Golkar adalah salah satu partai yang tujuannya sama dengan TNI yaitu sebagai penjaga Pancasila. “Siapapun yang ganggu Pancasila akan berhadapan dengan TNI dan Partai Golkar,” ujarnya, disambut tepuk tangan para hadirin. Selain itu, ia juga mengingatkan kalau sumber daya alam nasional yang saat ini tidak dimiliki dan dikelola bangsa sendiri. Dia menyerukan Golkar untuk mengubah kondisi tersebut.

Gatot juga mengingatkan, bahwa Indonesia merupakan bangsa besar sehingga harus tetap mampu bersatu, jangan sampai terpecah belah. Kalau tidak, negara lain yang akan mengambil peluang atas kegaduhan soal suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), seperti yang terjadi saat ini. Ia menegaskan, kalau isu SARA merupakan isu yang paling mudah dipakai untuk provokasi Indonesia.

Baca juga :  Byurr! Pramono, Politik Banjir Kiriman?

“Saya mengajak pimpinan Partai Golkar seluruh Indonesia untuk selalu bersama bergandengan tangan, berjuang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mari sama-sama menghilangkan fitnah, saling menyudutkan, membuat berita-berita yang tidak benar karena semuanya itu dapat menyulut perpecahan bangsa,” seru Panglima yang juga mengingatkan kalau Indonesia bukan milik suatu golongan, agama, maupun suku. Namun NKRI milik semua rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

“Oleh sebab itu, Pancasila harus diamalkan, dikonkretkan dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar kehidupan sehari-hari tetap berjalan sebagaimana mestinya, dengan itu kita akan mempunyai pondasi yang kokoh,” tegasnya lagi. Harus diakui, lanjut Gatot, adu domba merupakan cara paling mudah untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Apalagi melalui sentimen agama dan kesukuan dengan metode provokasi serta hukum sudah tidak dihiraukan lagi.

Mengakhiri pidatonya, Gatot memutar sebuah lagu milik Pujiono, peserta ajang pencarian bakat di salah satu TV swasta, yang berjudul ‘Manisnya Negeriku’. Lirik lagu itu, ia jadikan sebagai pesan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga kebhinekaan. “Itu kesimpulan saya, Pak. Terima kasih semuanya. Selamat berjuang, jadikan Indonesia bangsa pemenang,” seru Gatot mengakhiri pidatonya.

Diiring dengan tepuk tangan dan standing applause para peserta, tiba-tiba terdengar teriakan ‘capres’ dari para hadirin. “Hidup sapta marga! Capres, capres!” teriak peserta, namun sepertinya Gatot tidak mendengar seruan tersebut, karena sibuk melakukan sesi foto bersama dengan beberapa petinggi Golkar di atas panggung. Golkar sendiri telah mendeklarasikan dukungan kepada Joko Widodo sebagai capres di Pemilu 2019 nanti.

(Berbagai sumber/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Gen Z is Going Corrupt?

Publik diramaikan dengan pembahasan tersangka kasus korupsi yang tengah diusut KPK atas nama Nur Afifah Balqis yang masih berusia 24 tahun.

AS-Tiongkok = Sasuke-Naruto? 

Hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok tidak sesederhana permusuhan atau persaingan semata. Di balik rivalitas yang sering muncul di permukaan, ada sejarah panjang kerja sama dan keterkaitan yang membentuk keseimbangan global. 

Trump dan Soccer Super Power?

Kehadiran Presiden Donald Trump di final FIFA Club World Cup 2025 kiranya bukan sekadar tontonan, tapi simbol ambisi Amerika Serikat menjadi kekuatan global baru di sepak bola. Dari Beckham di LA Galaxy, Messi di Inter Miami hingga Task Force Piala Dunia 2026, AS tampak serius membentuk identitas baru, soccer super power.

Filosofi Kopi Prabowo Subianto?

Presiden Prabowo Subianto dikenal dengan kebiasaannya meminum kopi hitam. Apa sebenarnya filosofi kopi ala Prabowo?

Prabowo’s International Political Dance

Prabowo bisa dibilang menjadi salah satu presiden yang paling aktif dalam politik internasional. Ini kontras dengan presiden sebelumnya, Jokowi, yang tak begitu getol dalam panggung internasional kecuali jika berhubungan dengan masalah ekonomi.

King Indo Linguistic Flex

Bahasa Indonesia agaknya makin mendominasi ruang digital negara lain, khususnya Malaysia, dari TikTok hingga ruang kelas. Fenomena ini tampaknya bukan sekadar soal bahasa, tapi ekspansi soft power Indonesia di Asia Tenggara. Apakah ini adalah gejala menuju lahirnya “King Indo Digital Empire”?

The Gibran’s Gambit?

Penugasan Wakil Presiden Gibran dalam percepatan pembangunan Papua membuka ruang analisis baru dalam dinamika kepemimpinan nasional. Di balik mandat kelembagaan ini, tersirat peluang pembentukan citra politik yang lebih otonom dan strategis.

Mythical Leaders from Gunung Lawu?

Gunung Lawu, menjulang gagah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, bukan sekadar gunung. Ia adalah jantung rahasia Jawa, tempat para leluhur dipercaya masih bersemayam, dan panggung abadi bagi narasi kepemimpinan yang tak lekang oleh waktu.

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...