HomeNalar PolitikDjarot, Garasi, dan Polisi

Djarot, Garasi, dan Polisi

“Mobil kan harganya mahal, masak bikin atau sewa garasi saja nggak bisa.”


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]S[/dropcap]indiran agak sinis dari Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, kalau dipikir-pikir ada benarnya. Masa iya, seseorang yang ingin membeli mobil tidak memikirkan terlebih dulu bagaimana cara menyimpan benda mahal yang harganya sampai ratusan juta bahkan miliaran tersebut di tempat yang layak? Layak di sini tentunya yang memungkinkan kendaraan roda empatnya tersimpan aman dari segala yang dapat mengganggu atau merusak secara sengaja maupun tidak.

Tapi herannya, di Jakarta sepertinya mobil sudah tidak termasuk barang mahal atau mewah lagi. Lihat saja, tidak sedikit kendaraan roda empat yang di parkir sembarang di pinggir jalan. Masih mending kalau di pinggir jalan besar, kebanyakan malah di jalan-jalan kecil yang untuk masuk dua mobil saja jalannya harus gantian. Fenomena ini yang membuat Djarot ngotot kalau kebijakan yang mewajibkan para pemilik mobil memiliki garasi dalam Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 2014 harus segera dilaksanakan.

Sebagai pimpinan ibukota yang terkenal paling macet sedunia ini, tentu Djarot ingin meninggalkan kesan baik ketika meletakkan jabatan pada Oktober mendatang. Sehingga, ia mengingatkan kembali masyarakat yang ingin membeli mobil untuk lebih memikirkan dengan seksama di mana kendaraannya akan diparkir. Selain rentan kejahatan kriminal, baik perusakan maupun kemalingan, meninggalkan mobil di pinggir jalan pun menghalangi kelancaran perjalanan kendaraan lain. Setujukan?

Masalahnya, bagaimana dengan warga yang kebetulan sudah memiliki kendaraan tapi belum punya garasi? Bagaimana bila di dekat rumahnya tidak ada lahan kosong atau penyewaan garasi? Apakah terpaksa harus menjualnya? Ataukah aturan ini hanya berlaku untuk kepemilikan kendaraan baru? Bila iya, maka tentu masyarakat akan merasa peraturan tersebut tidak adil. Terlebih lagi, surat pernyataannya pun harus didapatkan hingga ke kelurahan. Selain dianggap menyusahkan, situasi ini memungkinkan timbulnya kongkalikong, pungli, dan kecurangan lainnya.

Baca juga :  Meraba Politik Luar Negeri Prabowo Subianto 

Bukan hal yang mengherankan pula bila kepolisian, dalam hal ini Polda Metro Jaya, menolak memberlakukan ketentuan surat pembuktian garasi dalam pengurusan STNK. Walau Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Halim Pagarra beralasan kalau kewajiban pemilikan garasi tidak diatur dalam UU nomor 22 tahun 2009 maupun Peraturan Kapolri nomor 5 tahun 2012. Polisi juga tentu enggan diserahi tanggung jawab kepemilikan garasi para pemohon STNK, karena tak mungkin mereka mendatangi lokasi pemohon satu persatu untuk membuktikannya kan? Ah, masalah Jakarta memang begitu ruwet bin mumet ya! (R24)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Kelompok mafia tidak hanya ada di negara-negara Barat, di Asia, sebuah kelompok yang disebut Triad kerap disamakan dengan mafia-mafia ala Italia. Bagaimana sejarahnya?

Manuver Mardiono, PPP “Degradasi” Selamanya?

Kendati belakangan berusaha tetap membawa PPP eksis di kancah perpolitikan nasional dengan gestur merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, Muhamad Mardiono agaknya tetap akan cukup sulit membawa PPP bangkit jika tak membawa perubahan signifikan. Mengapa demikian?

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...