HomeCelotehYakin Pak Luhut “Tobat” Impor?

Yakin Pak Luhut “Tobat” Impor?

“Sekarang kita sudah bisa buat obat paracetamol, selama ini kita impor dan sekarang kita sudah punya. Selain itu, presiden memutuskan kita jangan impor-impor lagi, maksimalkan anggaran belanja untuk digunakan dalam negeri”. – Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi


PinterPolitik.com

Isu impor adalah salah satu komoditas isu yang bergeser konteks pembahasannya, dari yang semulanya murni ekonomi, kini cenderung menjadi sangat politis. Bukannya gimana-gimana ya, kebijakan ini sering kali dianggap sebagai upaya tidak langsung unguk mematikan produsen dalam negeri.

Petani padi misalnya, gara-gara ada beras impor yang harganya lebih murah, saat musim panen mereka justru merugi besar. Pemasukan nggak sesuai dengan pengeluaran. Begitupun dengan komoditas lainnya.

Nah, gara-gara ekonomi lagi susah akibat Covid-19, Presiden Jokowi kini menginstruksikan agar belanja difokuskan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Tujuannya agar ekonomi nasional bisa terus berputar.

Instruksi Pak Jokowi ini diungkapkan secara langsung oleh Menko Kemaritiman dan Investasi alias Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Kata Pak Luhut, beberapa jenis obat seperti paracetamol misalnya, sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Sehingga, nggak perlu diimpor lagi.

Selain itu, alat rapid test untuk Covid-19 yang akurasinya 99 persen sudah bisa dibuat oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi alias BPPT. Menurut Pak Luhut, kondisi ini memungkinkan kita nggak perlu impor-impor lagi. Kan udah jadi rahasia umum kalau banyak alat-alat kesehatan yang berkaitan dengan Covid-19 kebanyak diimpor dari luar, terutama dari Tiongkok.

Hmmm, jadi Pak Luhut udah “tobat” impor nih pak? Tapi apa yakin Indonesia bisa berhenti impor? Soalnya komisinya gede loh. Uppps.

Eh, maksudnya, kan udah umum dalam sistem ekonomi bahwa ketika satu negara tidak bisa memproduksi barang tertentu dengan efisien – maksudnya biaya produksinya murah – maka impor adalah jalan keluar bagi negara tersebut untuk mencukupi kebutuhan dalam negerinya.

Kalau nggak salah konsepsi ini sering dikenal sebagai teori keunggulan komparatif atau comparative advantage theory  yang dikemukakan oleh David Ricardo. Jadi bakal sulit deh Indonesia stop impor secara penuh, termasuk untuk alat-alat kesehatan dan obat yang belum bisa diproduksi sendiri.

Tapi, ada satu jenis impor yang mungkin Pak Luhut bisa berhentiin. Yaitu, jeng jeng jeng, impor tenaga kerja. Hehehe.

Yoi pak, emang Pak Luhut nggak capek didemo pagi siang malam sama warga di Sulawesi Tenggara terkait tenaga kerja asing asal Tiongkok yang masih terus berdatangan?

Kalau beneran tobat impor, Pak Luhut bisa dong menghentikan yang satu ini juga? Hayooo. Uppps. Pizz pak, hehehe. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Anies Menuju Mendikbud Prabowo atau Gubernur Jakarta?

Pasca kalah di Pilpres 2024, banyak pertanyaan muncul terkait jabatan politik apa yang akan diduduki Anies Baswedan.

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.