HomeCelotehPrabowo dan Kucing-kucing Politik

Prabowo dan Kucing-kucing Politik

Siapa yang tidak suka dengan hewan berkaki empat yang biasa disebut sebagai kucing? Siapa saja pasti suka dengan kucing – tak terkecuali Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) RI.


PinterPolitik.com

“How we behave toward cats here below determines our status in heaven” – Robert A. Heinlein, penulis asal Amerika Serikat (AS)

Pada umumnya, ketika kita melihat profil-profil media sosial (medsos) para politisi dan pejabat, konten-konten yang muncul adalah video atau foto kegiatan yang mereka lakukan. Biasanya tuh, konten yang di-upload adalah acara blusukan atau potongan pidato yang tengah disampaikan.

Namun, sering nggak tuh kalian lihat unggahan politisi atau pejabat yang malah isinya adalah hewan peliharaannya. Siapa lagi kalau bukan Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto?

Pada akun Twitter miliknya, Pak Prabowo mengunggah foto kucingnya pada 25 Januari 2023 lalu. “Selamat pagi. Semoga sukses dan dilancarkan segala urusan. Aamiin,” ujar akun @prabowo sembari mengunggah foto kucing tersebut.

Hmm, bagi yang mengikuti dunia politik, Pak Prabowo sebenarnya bukanlah sosok yang asing dengan hewan-hewan peliharaan. Bisa dibilang, kedekatan sang Menteri Pertahanan (Menhan) pada anak-anak berbulu (anabul) adalah salah satu hal yang ditonjolkannya, termasuk ketika masih menjadi calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 silam.

Meski begitu, Pak Prabowo ini bukanlah satu-satunya politisi yang suka dengan anabul. Beberapa pemimpin dunia lainnya juga suka hewan peliharaan, termasuk kucing.

Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, misalnya, terkenal memiliki banyak kucing sebagai hewan peliharaannya. Beberapa di antaranya memiliki nama-nama seperti Leo, Tiger, Simba, dan Tiki.

Baca juga :  Trump atau Kamala, Siapa Teman Prabowo?

Nggak hanya Pak Ci Najib, ada juga mantan PM lain yang suka dengan anabul kucing. Namanya adalah Stephen Harper yang merupakan mantan PM Kanada. Harper memiliki kucing yang bernama Stanley yang sering kali terlihat bersamanya saat bekerja.

Uniknya, Harper pernah bilang kalau sebaiknya masyarakat memilih seseorang yang suka dengan kucing (cat person) karena mereka dianggap bisa melayani masyarakat. Gimana nggak? Melayani “majikan” kucing aja mau, apa lagi melayani rakyat? Ya, kan? Hehe.

Mengacu ke penjelasan Chantelle Ivanski dan rekan-rekannya di tulisan mereka Pets and Politics: Do Liberals and Conservatives Differ in Their Preferences for Cats Versus Dogs?, ada anggapan bahwa preferensi politik juga mempengaruhi preferensi terhadap hewan peliharaan.

Kata mereka sih, mereka yang suka anjing lebih patuh dan percaya terhadap pentingnya otoritas. Maka dari itu, orang yang cenderung konservatif biasanya lebih menyukai anjing.

Hmm, berarti, secara nggak langsung, apa yang dibilang Harper bener dong? Kalau mereka yang suka anjing lebih percaya pada otoritas, mungkin yang suka kucing justru lebih suka melayani.

Nah, apakah ini artinya Pak Prabowo adalah tipe orang yang juga suka melayani dan mendengarkan apa kata rakyat? Atau berarti ini Pak Prabowo juga sadar dengan sifat kucing yang akan mendatangi siapa saja yang membawa makanan? Hehe.

Ya, mungkin, saking ingin melayani rakyatnya, Pak Prabowo sampai tetap mau maju sebagai capres (lagi) tuh di Pilpres 2024. Mungkin, ini juga alasan mengapa Pak Prabowo tetap selalu menjadi Ketum Gerindra dari awal berdiri. Benar-benar ingin melayani, bukan? Hehe. (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Kenapa Pendukung Anies Pilih RK?

Para pemilih Anies Baswedan dinilai cenderung memilih pasangan calon Ridwan Kamil (RK)-Suswono di Pilkada Jakarta 2024. Mengapa demikian?

Siasat Prabowo Medical Check-up Gratis

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, berencana untuk melakukan kebijakan medical check-up gratis. Siasat apa yang mendasari rencana Prabowo?

Kasus Korupsi Bayangi Presiden?

Meskipun tidak terlibat langsung, seorang presiden bisa saja dianggap bersalah karena gagal mencegah. Ini disebut sebagai criminal omission.