HomeCelotehKisruh Demokrat, PKS Dapat Untung?

Kisruh Demokrat, PKS Dapat Untung?

“Jumlah yang tak puas dengan kinerja pemerintah, memang bukan mayoritas. Tapi cukup besar, sekitar 30 persen. Ini adalah lahan cukup luas untuk membesarkan PKS”. – Saiful Mujani, Pengamat Politik


PinterPolitik.com

Drama yang terjadi di Partai Demokrat emang menjadi bahan pemberitaan utama dalam beberapa hari terakhir ini. Selain karena melibatkan Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Presiden (KSP), isu ini memang menarik karena Demokrat sendiri adalah partai yang punya sejarah kejayaan saat tokoh utamanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjabat sebagai presiden.

Ibaratnya kayak Lightning McQueen di film Cars yang di awal-awal film yang pertama digambarkan sebagai salah satu mobil paling kuat dan kencang di lintasan balap. Namun, di seri film yang ketiga, ia mulai kesulitan bersaing dengan mobil-mobil baru dan akhirnya memutuskan untuk pensiun. Syedihh emang.

Baca Juga: Di Balik Jokowi dan Pengusaha Batu Bara

Nah, kondisi inilah yang dianggap mirip-mirip dengan yang terjadi pada Partai Demokrat, yang seiring bergantinya kekuasaan dari SBY pun akhirnya mulai melemah.

Menariknya, beberapa pihak menyebutkan bahwa kisruh yang terjadi pada Demokrat ini sebetulnya justru menguntungkan partai politik oposisi yang lain, terutama PKS.

Pasalnya, jika pada akhirnya pemerintah nanti mengesahkan kepemimpinan hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, maka besar kemungkinan si biru berlambang Mercy itu akan dibawa masuk ke gerbong koalisi pendukung pemerintah.

Kondisi ini tentu akan menguntungkan partai lain di kubu oposisi – dalam hal ini PKS – karena ceruk pemilih anti pemerintah akan menjadi lebih mudah digarapa dan diusahakan untuk meningkatkan perolehan suaranya.

Hal ini salah satunya diungkapkan oleh pengamat politik, Saiful Mujani. Ia menilai kisruh Partai Demokrat membawa berkah tersendiri bagi PKS. Menurutnya, jumlah masyarakat yang tidak puas dengan kinerja pemerintah memang bukan mayoritas, tapi cukup besar. Persentasenya mencapai sekitar 30 persen.

Baca juga :  Jokowi Ngapain Aja Pasti Salah?

Menurutny,a ini adalah lahan cukup luas untuk membesarkan PKS. Pendiri Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) ini juga menjelaskan karakteristik PKS yang selama ini berpolitik dengan narasi Islam. Dengan posisi PKS sebagai oposisi tunggal, maka seolah-olah PKS menjadi wakil umat Islam berhadapan dengan pemerintah.

Ini menyebabkan polarisasi politik di Indonesia juga diprediksi akan semakin dalam. Pasalnya, politik identitas akan mendapatkan kembali tempatnya karena status PKS sebagai partai agama yang menjadi satu-satunya oposisi.

Wih. Tapi, emang harus diakui sih, saat ini PKS emang tengah mendapatkan momentumnya. Dengan strategi baru untuk fokus menggarap anak muda dan perempuan, partai ini memang makin pragmatis dalam menjalankan visinya.

Mungkin, ini akan jadi tonggal partai putih ini untuk menunjukkan kekuatannya yang lebih besar di Pemilu mendatang. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Politik Hukum Jokowi dan Sejahtera Hakim

Para hakim melakukan “mogok” bertajuk cuti bersama. Mereka menuntut pemerintah menaikkan tunjangan dan gaji yang tidak berubah sejak tahun 2012.

Puan Sudah Siap Ketuai PDIP?

Puan Maharani kembali terpilih sebagai Ketua DPR RI untuk periode 2024-2029. Jika mampu menyelesaikan kepemimpinan hingga tahun 2029, maka Puan akan tercatat sebagai anggota DPR dengan masa jabatan terlama dan memimpin dalam 2 periode.

Mungkinkah Jokowi Seperti Lee Kuan Yew?

Prediksi yang menyebut Jokowi akan tetap punya pengaruh dalam kekuasaan Prabowo Subianto – setidaknya dalam jangka waktu 1 tahun pertama – menjadi pergunjingan yang menarik di kalangan para pengamat politik.