HomeCelotehKetua MPR Suka Baku Hantam?

Ketua MPR Suka Baku Hantam?

“Saya tidak akan menarik pernyataan saya. Tugas saya memberi semangat. Bukan menjadi pengkhianat”. – Bambang Soesatyo, Ketua MPR


PinterPolitik.com

Isu konflik Papua memang selalu jadi pembahasan yang tak berujung. Berbagai cara telah diterapkan untuk menyelesaikan persoalan di bumi paling timur Indonesia ini. Mulai dari pendekatan pembangunan yang fokus pada perbaikan infrastruktur masyarakat di wilayah tersebut, hingga cara yang cenderung keras dalam menghadapi kelompok separatis.

Well, Papua itu “surga kecil yang jatuh ke bumi” – begitu kata Edo Kondologit dalam lagunya Aku Papua. Mungkin ini salah satu alasan banyak orang saling memperebutkan sumber daya alam yang ada di tanah Cendrawasih ini.

Baca Juga: Covid-19 Berkah Bagi Kelompok Super Kaya Indonesia?

Hingga saat ini telah banyak korban yang berjatuhan dalam aksi kontak senjata yang terjadi dengan kelompok bersenjata yang ingin Papua merdeka.

Yang terbaru, kontak senjata yang terjadi di wilayah tersebut melahirkan korban jiwa Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) daerah Papua, Mayjen I Gusti Putu Danny. Aksi ini kemudian melahirkan reaksi yang beragam di masyarakat. Tak sedikit yang mengutuk dan bahkan meminta pemerintah dan TNI/Polri untuk tegas menindak para penyerang ini yang disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Salah satu yang cukup keras bersikap adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo. Pak Bamsoet – demikian ia kerap disapa – bahkan meminta TNI dan Polri membabat habis kelompok ini tanpa perlu mempedulikan persoalan HAM. Ia menyebutkan bahwa masalah HAM bisa dipikirkan kemudian.

Belakangan kritik muncul dari berbagai pihak yang meminta Bamsoet menarik kata-katanya itu. Menurut mereka, pernyataan yang demikian ini tak pantas diucapkan oleh orang yang duduk di posisi Ketua MPR.

Baca juga :  Bersih-bersih Nama Mantan

Apalagi, dengan kondisi yang masih panas di Papua, pernyataan yang demikian ini bisa menyebabkan ekskalasi konflik yang tentu saja akan berdampak makin buruk.

Namun, Pak Bamsoet kukuh dan menolak menarik pernyataannya itu. Doi menyebutkan bahwa tugasnya adalah memberi semangat dan bukannya menjadi pengkhianat. Wih, ngeri juga nih kalau kata-katanya udah kayak gini.

Doi juga bilang bahwa negara tidak boleh tunduk pada aksi-aksi KKB di Papua. Menurutnya, aksi penembakan, pembunuhan, hingga perusakan fasilitas publik di Papua tidak boleh terjadi lagi di hari mendatang.

Hmm, iya juga sih. Tapi, ini jadi berasa kayak Ketua MPR lagi terpengaruh sama game-game online atau suka nonton channel Obrolan Panas yang taglinenya: “Kami suka baku hantam”. Atau gara-gara habis nonton film Mortal Kombal yang dibintangi oleh aktor kebanggaan Indonesia, Joe Taslim, yang terkenal dengan tagline: “Finish him!” Uppps.

Yang jelas, mungkin Pak Bamsoet perlu pikir-pikir lagi deh sebelum berucap. Ketua MPR itu pimpinan lembaga tinggi negara loh. Sama kayak Ketua DPR, Ketua DPD atau bahkan Presiden. Jadi kalau mengucapkan kata-kata yang demikian, bisa saja memang akan membuat persoalan semakin pelik di lapangan. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Politik Hukum Jokowi dan Sejahtera Hakim

Para hakim melakukan “mogok” bertajuk cuti bersama. Mereka menuntut pemerintah menaikkan tunjangan dan gaji yang tidak berubah sejak tahun 2012.

Puan Sudah Siap Ketuai PDIP?

Puan Maharani kembali terpilih sebagai Ketua DPR RI untuk periode 2024-2029. Jika mampu menyelesaikan kepemimpinan hingga tahun 2029, maka Puan akan tercatat sebagai anggota DPR dengan masa jabatan terlama dan memimpin dalam 2 periode.

Mungkinkah Jokowi Seperti Lee Kuan Yew?

Prediksi yang menyebut Jokowi akan tetap punya pengaruh dalam kekuasaan Prabowo Subianto – setidaknya dalam jangka waktu 1 tahun pertama – menjadi pergunjingan yang menarik di kalangan para pengamat politik.