HomeCelotehJanji Anies untuk Prabowo Palsu?

Janji Anies untuk Prabowo Palsu?

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki sebuah perjanjian dengan Ketua Umum (Ketum) Gerindra Prabowo Subianto. Apakah perjanjian tersebut hanya jadi ‘janji palsu’ dalam politik?


PinterPolitik.com

“You get used to someone – start to like them, even – and they leave. In the end, everyone leaves” – Rachel Ward, Numbers (2009)   

Dunia memang kejam. Se-enggak-nya, hampir semua orang bisa sepakat dengan kalimat tersebut. Gimana nggak? Sering kali, dunia tidak berjalan sesuai harapan dan apa yang diinginkan. Ya, memang, realitas adalah penghapus harapan bagi banyak orang.

Matinya harapan ini kerap terasa di kehidupan sehari-hari. Kala, bermain aplikasi pencarian jodoh (dating apps) semacam Tinder dan Bumble, misalnya, harapan sering kali muncul ketika menemukan sosok yang sangat disukai.

Namun, harapan itu malah berujung sirna di saat sosok yang sangat disukai itu hilang begitu saja tanpa kabar. Laman percakapan instan dengan sosok itupun seperti berkata, “Selamat! Anda telah di-ghosting.”

Padahal nih, ya, sosok idaman itu sudah mengucapkan kata-kata cinta. Bahkan, tidak jarang, sosok idaman itu juga mengirimkan berbagai foto – biasa disebut sebagai PAP (post a picture) soal kegiatannya sehari-hari.

Nah, ternyata, “kegiatan” ghosting seperti ini tidak hanya terjadi di dunia dating apps lho, melainkan juga di dunia politik. Kalau nggak percaya, coba tanya aja ke Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Kalau kita ingat, pada tahun 2009 tuh, ada lho janji-janji dan “ucapan manis” yang disepakati antara Pak Prabowo dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, yakni Perjanjian Batu Tulis. Di situ, tertulis bahwa PDIP akan menyokong pencalonan Pak Prabowo sebagai calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Baca juga :  Top 10 Relawan Prabowo-Gibran Paling Berpengaruh

Namun, yang terjadi justru berbeda. Malahan, PDIP mengusung Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi capres pada Pilpres tersebut.

Misteri Janji Prabowo dan Anies

Nah, di tahun 2023 ini, “janji manis” di dunia politik kembali terungkit tuh. Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno menyebutkan ada sebuah perjanjian yang disepakati antara Anies Baswedan – capres yang diusung oleh Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS – dengan Pak Prabowo, tanpa memperinci isinya apa.

Menurut berbagai pihak, janji itu berisi kesepakatan agar Anies tidak maju di Pilpres jika Prabowo juga maju. Tapi nih, ada yang bilang kalau janji itu untuk Pilpres 2019 alias sudah tidak berlaku di Pilpres 2024. Hmmm. 

Well, terlepas dari apa isi janji itu, menanggapi pernyataan Pak Sandi, PKS pun ikut mengungkit “janji manis” dari Gerindra. Kata PKS sih, Gerindra dulu juga sempat menjanjikan posisi Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta setelah huru-hara Pilpres 2019 berakhir.

Waduh, banyak banget ya “janji manis” yang berujung hampa di dunia politik. Gimana tuh rasanya di-ghosting dari janji-janji palsu itu? I would probably feel sad though. ☹

Namun, banyak sih yang bilang kalau janji-janji politik semacam ini kerap berujung jadi harapan palsu semata. Buktinya, banyak tuh janji kampanye cuma jadi bunyi-bunyian saja. 👀

Tentunya, banyaknya “janji manis” yang akhirnya terabaikan ini bisa mempengaruhi tingkat kepercayaan di antara aktor politik. Inilah yang juga Margaret Levi dan Laura Stoker coba jelaskan dalam tulisan mereka yang berjudul Political Trust and Trustworthiness.

Kepercayaan (trust) muncul ketika pihak A bersedia menjadi rapuh (vulnerable) terhadap pihak B yang memiliki kapasitas untuk mengkhianati pihak A. Sementara, tingkat kepercayaan (trustworthiness) dapat dipahami sebagai atribut yang dimiliki pihak A yang mampu meyakinkan pihak B bahwa pihak A tidak akan mengkhianatinya.

Baca juga :  Puan x Prabowo: Operasi Rahasia Singkirkan Pengaruh Jokowi?

Nah, kalau para aktor politik ini nggak bisa menjaga trustworthiness mereka, bukan nggak mungkin rakyat yang menonton bakal jadi makin nggak percaya pada para politisi yang jelas akan mengisi pemerintahan. Wajar aja kalau kepatuhan (compliance) terhadap etika politik dan pemerintahan makin menurun – dan bisa saja ngancam demokrasi kita.

Hmm, kalau begini iklim politiknya, lama-lama jadi apa tuh demokrasi Indonesia? Apakah negara ini bakal jadi “demokrasi Tinder” yang ujung-ujungnya banyak ghosting-an? 👀 (A43) 


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Puan Maharani ‘Reborn’?

Puan Maharani dinilai tetap mampu pertahankan posisinya sebagai ketua DPR meski sempat bergulir wacana revisi UU MD3. Inikah Puan 'reborn'?