HomeCelotehGolkar Tak Ingin Ada Reshuffle?

Golkar Tak Ingin Ada Reshuffle?

“Saya sih enggak yakin ya, saya kira semua menteri masih terlihat kompak ya menunjukkan loyalitasnya kepada presiden dan saya enggak yakin (ada yang mau menggembosi)”. – TB Ace Hasan Syadzily, Ketua DPP Partai Golkar


PinterPolitik.com

Isu reshuffle kabinet memang masih bergerak liar beberapa waktu terakhir. Apalagi pasca Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengambil sikap tegas untuk memberlakukan kembali PSBB total. Soalnya, beberapa menteri di kabinet Presiden Jokowi terlihat “menolak” kebijakan tersebut.

Ada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto misalnya, yang mengkhawatirkan dampak PSBB total terhadap pasar saham. Begitupun dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang menyebutkan bahwa dirinya khawatir dampak kebijakan ini terhadap industri manufaktur.

Selain keduanya, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar juga terlihat kurang sependapat dengan kebijakan yang diambil oleh Anies. Well, ekonomi di atas kesehatan.

Makanya, nggak heran banyak pihak menilai penolakan-penolakan ini semacam menjadi pembuktian tidak sinkronnya kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah pusat.

Harus diakui, kebijakan yang diambil Anies merupakan sebuah keharusan, mengingat pertambahan jumlah pasien Covid-19 makin mengkhawatirkan dan membuat fasilitas kesehatan yang tersedia menjadi sangat terbatas.

Jika tidak ada langkah antisipatif macam kebijakan PSBB total, suatu saat rumah sakit menjadi penuh dan akibatnya justru orang-orang yang perlu mendapatkan pertolongan segera bisa makin banyak yang meninggal.

Makanya, banyak pihak kini menyoroti posisi para menteri Jokowi. Ada yang menyarankan agar sang presiden segera merombak kabinetnya seperti yang dijanjikannya dulu. Yess, reshuffle. Isu ini emang belakangan dianggap sebagai gertak sambal sang presiden. Ibaratnya kopi, awalnya panas dan nikmat, sekarang jadi dingin dan basi. Uppps. Itu kata orang-orang loh.

Baca juga :  Puan x Prabowo: Operasi Rahasia Singkirkan Pengaruh Jokowi?

Tapi, dari semua seruan reshuffle yang muncul, tampaknya tidak disetujui oleh Partai Golkar. Dalam salah satu pernyataan resminya, partai kuning tersebut justru meyakini bahwa para menteri sudah kompak dan menunjukkan loyalitas.

Hmmm, oke. Tapi, heloooww. Sudahkah dilihat bagaimana kebijakan-kebijakan penanganan Covid-19 yang seperti amburadul? Menteri Kesehatan berseteru dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Menteri Pendidikan kagok dengan kebijakan belajar online, Menteri Agama ribut-ribut soal sertifikasi penceramah dan pemotongan dana BOS, Menteri BUMN dihantui banyak perusahaan pelat merah yang berutang segungung, dan lain sebagainya.

Artinya, yes there are a lot of problems. Hmm, jadi kenapa Golkar against the idea of reshuffle? Mungkin karena para menteri dari partainya jugalah yang menentang PSBB totalnya Pak Anies? Uppps.

Hmmm, nggak boleh asal tuduh sih. Yang jelas, Golkar memang partainya pengusaha. Mungkin mengindari reshuffle adalah cara terbaik agar menjaga situasi politik tetap kondusif. Dan dengan demikian, persoalan ekonomi dan kesehatan bisa lebih terkontrol.

Well, yang jelas, kopi dingin pun masih bisa dinikmati kok. Kalau ditambah susu dan creamer, bisa jadi kopi botol yang mereknya ada angka 78 itu. Uppps. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.