HomeCelotehGanjar Perlu Kalkulasi Lagi di 2024?

Ganjar Perlu Kalkulasi Lagi di 2024?

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mencoba kuliner khas di Rawon Kalkulator ketika berkunjung ke Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Apa yang perlu dipelajari oleh Ganjar dari Rawon Kalkulator?


PinterPolitik.com

“Seru banget kayak main game. Aku ke-seneng-an.” – Jerome Polin Sijabat, YouTuber asal Indonesia

Sebagian besar pasti sudah kenal dengan kuliner khas Jawa Timur (Jatim) yang bernama rawon. Sup berisikan daging yang dimakan bersama nasi dan kerupuk udang ini memiliki keunikan tersendiri – yakni kuahnya berwarna hitam.

Nah, kemarin, ada salah satu politikus sekaligus kepala daerah yang nyobain makanan ini ketika berkunjung ke Surabaya, Jatim. Pada hari Minggu, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memutuskan untuk berkunjung ke Rawon Kalkulator di Taman Bungkul – sebuah taman yang berlokasi di Jl. Raya Darmo, Surabaya.

Hari itu juga bertepatan dengan pelaksanaan car free day (CFD) yang secara rutin digelar setiap hari Minggu pagi. Akhirnya, Ganjar pun melakukan olahraga pagi sebelum mengunjungi tempat rawon itu.

Tapi, tahu nggak sih kenapa tempat rawon itu disebut sebagai Rawon Kalkulator? Jawabannya adalah karena penjualnya mampu menghitung jumlah harga yang perlu dibayarkan setelah pelanggan selesai makan tanpa bantuan alat hitung apapun dan di luar kepala, yakni hanya dengan mulut mereka sembari mengucapkan harga per item-nya.

Waduh, YouTuber Jerome Polin Sijabat yang terkenal dengan kemampuan matematikanya pun sampai ke-seneng-an waktu berkunjung ke sana. Saking senangnya tuh, Jerome sampai battle matematika sama mas-masnya. Hmm, kalau Pak Ganjar sampai battle juga nggak ya? 🤔

By the way, kehadiran Rawon Kalkulator ini membuktikan bahwa matematika dan hitung-hitungan gini juga dipakai di banyak aspek kehidupan. Dan, bukan nggak mungkin, matematika dan kalkulasi juga diperlukan dalam menentukan langkah politik – misal nih untuk menentukan keputusan maju atau tidak seseorang di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024

Baca juga :  Anomali Jokowi
Ada Jagoanmu 2024

Hal inilah yang coba dijelaskan oleh Alan D. Taylor dan Allison M. Pacelli di buku mereka Mathematics and Politics: Strategy, Voting, Power and Proof. Taylor dan Pacelli pun mencontohkan beberapa hal yang memperlukan kalkulasi dalam politik, seperti seberapa kekuasaan yang dipegang oleh pejabat, seberapa jauh demokrasi mampu menyuarakan suara masyarakat, hingga kompetisi antar-entitas politik.

Dalam kasus Ganjar nih, kita mungkin bisa menggunakan dalam Teori Pemilihan Sosial (Social Choice Theory) yang ngebahas soal gimana menyatukan pilihan banyak individu menjadi satu pilihan yang sama. Nah, dalam Teorem May, pemilihan berbasis mayoritas menjadi kuncinya.

Namun, hal ini belum tentu berlaku di PDIP. Soalnya nih, kita semua tahu kalau Teorem May bukanlah hal yang bisa diamini di PDIP. Mungkin, di partai politik (parpol) itu, hal yang lebih dikenal adalah Teorem Megawati tuh. Hehe.

Hmm, kalau gitu, siapa tahu Pak Ganjar perlu belajar nih sama mas-mas Rawon Kalkulator? Kan, nggak bisa dipungkiri juga kalau Pak Gubernur Jateng butuh kalkulasi politik selain Teorem May dalam menuju 2024 – kalau memang ingin maju sebagai calon presiden (capres) ya.

Mungkin, Pak Ganjar mulai perlu mempertimbangkan kalkulasi yang didasarkan pada konflik nih – mengingat ada sejumlah saingan tuh di PDIP untuk jadi capres yang diusung. Boleh jadi, Pak Ganjar bisa pakai game theory (teori permainan) untuk menghitung keuntungan dan kerugian yang dimiliki – misal bila ingin konfrontasi ke Mbak Puan Maharani. 👀 (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

Jokowi “Akuisisi” Golkar?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut ingin menempatkan orangnya menjadi ketum Golkar. Mungkinkah ini cara Jokowi "akuisisi" Golkar?