Usai dikabarkan ditegur oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Ketum (Waketum) Gerindra Fadli Zon mendapatkan pembelaan dari Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah. Apakah ini arti sebenarnya dari dua sahabat yang selalu “berayun” bersama selamanya ke mana pun ayunan tersebut bertuju?
“Persahabatan bagai kepompong. Maklumi teman hadapi perbedaan” – Sind3ntosca, “Kepompong” (2007)
Seorang sahabat merupakan sosok individu yang sangat berarti. Bagaimana pun juga, sahabat lah yang akan selalu ada buat kita – entah dalam kondisi sulit maupun dalam kondisi bahagia.
Mungkin, arti sahabat yang seperti inilah yang kini tengah dibutuhkan oleh seorang Fadli yang tinggal di Negara Indonesia dalam alternate universe Bumi-45. Bagaimana tidak? Di saat situasi sulit yang dihadapinya, Fadli beruntung masih memiliki seorang sahabat yang senantiasa mendukungya.
Beberapa hari lalu, Fadli baru saja menghadapi sebuah masalah besar karena kebiasaannya yang suka me-spill di media sosial (medsos). Kabarnya, drama Fadli ini dimulai ketika dirinya me-mention Joko yang merupakan teman Bowo.
Bowo yang menjadi teman Joko pun tampaknya kesal ketika Fadli secara serampangan menyindir Joko di medsos Cuitter. Fadli yang sebenarnya sudah lama menjadi teman dengan Bowo pun sedih dan sempat tidak aktif di medsos dalam beberapa waktu.
Ya, namanya juga pertemanan. Pasti ada masa bahagianya dan masa susahnya. Mungkin, inilah yang kini menjadi pelajaran bagi Fadli dalam mengarungi kehidupan di Bumi-45.
Namun, Fadli pun tidak patah semangat karena dirinya sadar bahwa Bowo bukanlah teman dia satu-satunya. Bahkan, Fadli bisa merasa lebih tenang karena dirinya masih memiliki seorang sahabat yang mau saling menopang di saat-saat sulit. Dialah yang bernama Fahri.
Pada suatu hari, Fadli pun tidak sengaja bertemu dengan Fahri ketika berdiam diri dan merenungi nasibnya di sebuah taman. Sembari duduk di sebuah ayunan, Fadli terkejut bisa bertemu sahabatnya itu.
Fadli (dalam hati): Mengapa semua ini terjadi padaku? Padahal, maksudku juga baik. Namun, mengapa Bowo harus melabrakku? Apa Joko adalah segalanya buatnya? (sambil sedikit mengeluarkan air mata)
Fahri: Heh! Bengong aja! Entar kesambet lho!
Fadli: Eh, Ri. Kok di sini? (segera mengusap air matanya)
Fahri: Ya, mau di mana lagi? Kan di sini tempat saya bisa merasa tenang.
Fadli: Ini kan tempat kita biasa nongkrong, sambil main ayunan?
Baca Juga: Fahri-Fadli, Politik Jawa ala Jokowi?
Fahri: Ya itulah nama sahabat, tempat bagi kita untuk pulang dengan ikatan memori yang abundant. Kau ada masalah apa sih?
Fadli: Ini, kemarin aku habis dilabrak sama temanku, Bowo. Katanya, aku menyakiti hati temannya yang lain, Joko namanya.
Fahri: Lha, si Joko? Baru kapan itu aku ketemu Joko juga. Asyik kok anaknya.
Fadli: Jadi kamu juga temenan sama Joko? Hiks.
Fahri: Yaelah, jan sok posesif dah. Teman ya teman, bro. Emangnya nyakitin gimana?
Fadli: Itu, gara-gara dia posting lagi sunmori gitu. Kek nggak peka gitu lho. Padahal, ada teman-teman lain yang lagi kesusahan karena banjir.
Fahri: Hmm, kalau gitu, ya nggak masalah sih sebenarnya. Lagipula, nggak salah juga kok kalau kamu ngomentarin gitu. Kan, hak kita juga gitu lho buat berpendapat.
Fadli: Thanks, bro, udah mau dengarin ceritaku.
Fahri: Anytime, bro. Namanya juga sahabat pasti harus saling bantu juga. Kalau salah, ditegur. Kalau benar, ya harus didukung.
Fadli: Iya ya. Been missing you, bro.
Fahri: Udah, udah. Kuy main ayunan kayak kita di masa dulu, yuk! Eh, by the way, biar kamu nggak sedih terus, gimana kalau kau kapan-kapan nongkrong bareng circle-ku aja?
Fadli: Circle apa?
Fahri: Circle Gelora namanya. Biar bergelora gitu lho semangat kita. Haha.
Fadli: Hmm, iya nggak ya…?
THE END.
(A43)
Baca Juga: Masyarakat Rindu Fahri dan Fadlihttps://www.youtube.com/embed/PDze2eKoKKk
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.