HomeCelotehBudiman vs Pandji di Persimpangan

Budiman vs Pandji di Persimpangan

“Pernyataan Pandji sangat mudah dibantah dan harus dibantah. Sangat retoris dan menunjukkan keberpihakan-nya secara sadar. Meski mengutip pendapat orang lain, dia sudah mengambilnya sebagai pendapatnya juga. Itu haknya. Sebaiknya dibantah. Tapi tak usah diadukan ke polisi”. – Budiman Sudjatmiko, politikus PDIP 


PinterPolitik.com

Ketersinggungan. Itulah kata-kata yang sering digunakan oleh Pandji Pragiwaksono dalam kebanyakan lawakan tunggal atau stand-up comedy yang ia bawakan. Utamanya doi bicara tentang bagaimana materi-materi yang ia buat bisa membuat penonton tertawa, namun tidak menyinggung orang-orang tertentu.

Pandji sendiri menjadi wajah dari dunia komedi Indonesia yang belakangan memang bertransformasi makin cepat ke arah model komedi tunggal dengan semakin banyaknya komedian yang lahir dari ajang pencarian bakat.

Sayangnya, kini konteks ketersinggungan yang sering digembar-gemborkan Pandji itu menimpa dirinya sendiri. Pasalnya, doi membuat pernyataan terkait pembubaran Front Pembela Islam alias FPI yang justru menyinggung ormas Islam lain, dalam hal ini Nahdlatul Ulama atau NU dan Muhammadiyah.

Baca Juga: UU Ciptaker, Awal Plutokrasi Indonesia?

Pernyataan kontroversial itu dilontarkan Pandji dalam sebuah perbincangan virtualnya dengan komedian lain di media sosial.

Dalam perbincangan itu, Pandji menyebutkan bahwa langkah pembubaran FPI tidak tepat karena akan muncul para simpatisan FPI dalam bentuk ormas yang berbeda. Okay, tak ada masalah dengan pernyataan itu. Eits, nggak sampai di situ saja, masih ada kelanjutannya.

Nah, Pandji kemudian membandingkan FPI dengan Muhammadiyah dan NU dengan mengutip pernyataan yang pernah disampaikan sosiolog Thamrin Amal Tomagola yang menyebut ada banyak simpatisan FPI di kalangan bawah karena ormas yang sudah dinyatakan bubar itu selalu ada ketika masyarakat meminta bantuan.

Sementara NU dan Muhammadiyah disebutnya sudah makin elitis. Iyess, makin elitis cuy.

Baca juga :  Budiman Sudjatmiko, Skenario Brilian Prabowo?

Nggak heran setelah pernyataan itu, banyak orang tersinggung dan marah pada Pandji, terutama dari dua ormas tersebut. Kalau baca kolom komentar Instagramnya Pandji, isinya penuh dengan kritikan terhadap sang komedian. Banyak yang membandingkan sejarah panjang NU dan Muhammdiyah serta kontribusinya untuk negara ini, dibandingkan dengan FPI yang baru muncul kemarin sore.

Nah, menanggapi pernyataan kontroversi Pandji tersebut, politisi PDIP Budiman Sudjatmiko meminta publik, khususnya kader dari ormas Muhammadiyah dan NU yang tersinggung untuk tidak mengadukan Pandji ke polisi. Apalagi, pernyataan Pandji ini sangat mudah untuk dibantah.

Hmm, iya sih, mungkin yang perlu dilakukan adalah debat terbuka kali ya antara Pandji vs Budiman. Sama kayak debat Budiman vs Dandhy Laksono dulu soal Papua. Jadi masyarakat bisa mendapatkan pencerahan.

Lagian Bang Pandji, minta maaf aja kali. Biar cepat beres masalahnya. Kan jadi ribut terus nih kalau dibiarin. Kasihan itu kolom komentarnya jadi penuh hujatan. Uppps. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.