HomeCelotehAnies-Ridwan Kamil, Duel atau Duet?

Anies-Ridwan Kamil, Duel atau Duet?

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil bermain sepak bola bersama dengan melakukan sejumlah tendangan penalti di Jakarta International Stadium (JIS). Mungkinkah duel ini berujung menjadi duet di tahun 2024?


PinterPolitik.com

Dunia ini selalu dipenuhi dengan dua sisi yang saling berseberangan. Mudahnya, ini biasa disebut sebagai dikotomi – seperti kiri vs. kanan, baik vs. buruk, pahlawan vs. penjahat, Real Madrid vs. Barcelona, dan lain-lain.

Dikotomi seperti ini pun terjadi di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45 – setidaknya antara Riduan Kemil (RK) dan Aniz Baswedan. Dua sosok ini merupakan striker (penyerang) utama dari klub sepak bola mereka masing-masing, yakni Maung Bandung FC dan Macan Kemayoran FC.

Meski mereka saling bermusuhan, ada satu hal yang mungkin sama bagi mereka. Prinsip mutual itu berbunyi, “bola adalah teman.” Setidaknya, itulah kata-kata mutiara yang banyak dipegang oleh banyak pemain sepak bola legendaris seperti Subasa Ozora dari negeri Nippon.

Maka dari itu, sudah menjadi hukum wajib bagi pemain seperti RK dan Aniz untuk mengantarkan “temannya” itu menuju tujuan (goal). Ini pun menjadi lebih baik bila goal mereka sejalan – misal untuk menjuarai Piala Nusantara 2024, di mana mereka berdua bertemu di pertandingan final.

Pertandingan final yang dilaksanakan di Jayakarta International Stadium (JIS) ini akhirnya berakhir seri. Untuk menentukan pemenangnya, mereka pun melakukan tendangan penalti antara Aniz dan RK sebagai striker dan kiper secara bergantian.


Aniz: Lihatlah tendanganku. Jurus tendangan Macan Kemayoran!

RKNani?!! (bola terselip dari tangan RK)

Aniz: Gol!!!

RK: Huh, ayo cepetan. Giliran saya sekarang.

Baca juga :  Puan-Mega, Ada ‘Perang Sipil’ PDIP? 

Aniz: Ya sudah. Ayo sini!


Baca Juga: Anies dan RK Saling Balas!


RK: Jurus tendangan Maung “Arsitek” Bandung!

Aniz: Buaah!! (bola terpental setelah menyentuh tangan Aniz)

RKNani?!! Dia bisa menepis tendanganku? Coba lagi lah! Tadi nggak fokus.

Aniz: Ya sudahlah. Silakan dicoba lagi. (RK pun menendang bola itu kembali)

RK: Gol!!!


Di selang upaya saling berbalas gol tersebut, tampak para komentator, mantan pelatih, dan pengamat sepak bola saling berbincang. Sosok-sosok tersebut adalah Thierry Henri Satrio, Dino Jalal, dan Girang Ganesh.


Henri: Sungguh sebuah pertandingan yang menyenangkan. Bisa jadi, ada dua MVP dalam pertandingan ini, yakni Aniz dan RK. Mereka berdua bisa jadi dream duo dalam sebuah dream team.

Dino: Iya, benar itu. Kemarin, saya ketemu mereka. Sungguh multi-talenta sekali. Sebelumnya, mereka jadi pembicara seminar, terus jadi pelatih, sekarang malah jadi striker dan kiper sekaligus.

Girang: Hmm. Multi-talenta sih multi-talenta. Tapi jangan jadi pembohong juga lah. Gimana bisa memimpin tim kalau pembohong?

Henri: Eh, yang mana ya maksud Mas Girang?

Girang: Yang itulah pokoknya. Pokoknya yang itu, Mas.

HenriHadeuh, repot nih. Ngomong-ngomong soal dream duo, kayaknya mereka keren sih kalau jadi satu tim. Apa sekalian aja ya mereka jadi dilatih jadi duo untuk nasib tim nasional negara kita bersama? Siapa tahu duet ini bisa memimpin dengan baik?


To be continued.

(A43)

Baca Juga: Indonesia Butuh Ridwan Kamil di 2024?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

Jokowi “Akuisisi” Golkar?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut ingin menempatkan orangnya menjadi ketum Golkar. Mungkinkah ini cara Jokowi "akuisisi" Golkar?