HomeNalar PolitikNasdem Usung Emil-Dedi

Nasdem Usung Emil-Dedi

Setelah menggaet Ridwan Kamil sebagai calon gubernur, Partai Nasdem kemungkinan besar juga akan memasangkan Walikota Bandung ini dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, sebagai wakilnya.


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]R[/dropcap]espon positif masyarakat, terutama warga Jawa Barat yang memandang duet Ridwan Kamil (Kang Emil) dengan Dedi Mulyadi, sepertinya sampai ke telinga Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Partai pimpinan Surya Paloh ini sebelumnya resmi mendukung Kang Emil sebagai calon gubernur Jabar di Pilkada Jabar 2018 depan. Dan kini, mereka sepertinya siap untuk menetapkan pasangan bagi Walikota Bandung tersebut.

“Kami sudah mengusung Ridwan Kamil, kami kini bakal mengusung Dedi Mulyadi menjadi pasangan. Keduanya dianggap cocok untuk memimpin Jabar. Jika diduetkan bakal jadi kokoh. Keduanya tokoh perubahan di Jabar. Elektabilitasnya tinggi,” kata seorang sumber dari internal partai ini di Jakarta, Selasa (9/5).

Ia mengungkapkan, upaya untuk menduetkan Emil dan Dedi ini sudah dalam tahap lobi. “Kami diskusi dan lobi sedang berjalan, pokoknya kita mencari pasangan calon yang bagus untuk Jabar,” katanya, sambil menambahkan kalau beberapa waktu lalu Surya Paloh sudah bertemu dengan Dedi di Jakarta. “Ya, sambil ngopi. Pertemuannya berlangsung akrab,” katanya.

Setelah pertemuan tersebut, lanjutnya, partai Nasdem akan segera melobi Partai Golkar dan PDI Perjuangan. “Kita ingin satukan misi untuk Jabar,” tegasnya. Menurut sumber itu, Partai Nasdem memiliki mekanisme tersendiri dalam proses mengusung calon. Ada pun syarat yang harus dipenuhi antara lain, kepemimpinan, pengalaman, dan integritas.

“Tetapi yang terakhir pengukurannya melalui keterpilihannya. Kami melakukan survei, karena percuma mendukung kader hebat tapi keterpilihannya rendah,” akunya. Ia berharap, dalam Pilgub Jabar nanti masyarakat dapat memilih calon berdasarkan program, pengalaman, dan integritas tiap calon. “Berharap Pemilu Jabar adalah demokrasi rasional, bukan demokrasi identitas,” ucapnya.

Di tempat terpisah, Kang Emil sendiri mengaku tidak keberatan jika harus bersanding dengan Dedi Mulyadi. Ia mengaku tidak masalah berpasangan dengan siapa saja jika memiliki kesamaan visi dan misi. “Saya mah enggak masalah dengan siapa saja,” kata Emil di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum, Kamis (04/05).

Baca juga :  Triad, Grup Mafia Penguasa Asia?

Menurutnya, ada baiknya untuk dilakukan uji pasar untuk melihat penilaian dari masyarakat, sebagai salah satu jurus untuk bisa dikenal masyarakat yang akan memilih. “Jadi saya mah enggak suka anti-anti, enggak suka benci-benci. Tapi kalau dalam politik kan siapa dipasangkan dengan siapa kan harus di-testing ke pasar,” tutur Kang Emil sambil menjelaskan, tidak menutup kemungkinan posisinya bakal menjadi calon wakil gubernur jika hasil pemetaan secara ilmiah berbeda.

“Posisinya nomor 1 atau nomor 2 harus di-testing ke pasar. Itu bisa beda. Cocok pasangannya, pas urutannya digeser ya yang 2 jadi 1, yang 1 jadi 2 bisa beda. Jadi artinya enggak ada problem, tapi harus dicek secara ilmiah respons masyarakat seperti apa,” urainya. Namun Ketua DPW Partai Nasdem Provinsi Jawa Barat Saan Mustopa, yakin kalau Dedi punya potensi untuk mendampingi Kang Emil. “Dedi Mulyadi sukses membawa Purwakarta ke tingkat yang lebih baik dan layak mendampingi Kang Emil.”

Pemasangan Emil dan Dedi ini juga dianggap tepat oleh pengamat politik nasional Soeryawan Masangang, ia mengatakan bahwa memasangkan Emil dan Dedi dalam satu paket pencalonan adalah satu-satunya cara agar dapat mengalahkan dominasi Deddy Mizwar sebagai perwakilan dari penguasa Jabar hari ini. “Deddy Mizwar memegang uang dan masyarakat Jabar hari ini. Sekitar 90 persen akan diusung oleh Gerindra dan PKS. Ini berat,” ujar Soeryawan beberapa waktu lalu.

Memaketkan Emil dengan Dedi, lanjut Soeryawan, dapat terealisasi jika terdapat satu kepentingan bersama antara dua poros koalisi. Kepentingan yang tidak hanya berada di tingkat daerah namun juga di wilayah elit nasional. Mengingat pada tahun 2019 akan dilangsungkan Pemilu Presiden Indonesia.

Soeryawan mengasumsikan jika Emil dapat disimpan sebagai calon gubernur dan Dedi mendampingi menjadi calon wagub. Kemudian saat pemilu presiden berlangsung, Emil akan ditarik menuju Jakarta untuk menemani Joko Widodo sebagai Wakil Presiden Indonesia. “Kemudian Dedi Mulyadi naik sebagai Gubernur Jabar. Sebab kini, Emil telah jadi tokoh nasional yang popularitasnya hanya berada dibawah Jokowi dan Prabowo (Subianto),” pungkasnya. Bagaimana pendapatmu bila skenarionya seperti ini?

Baca juga :  Meraba Politik Luar Negeri Prabowo Subianto 

(Berbagai sumber/R24)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Anies Kalah Karena Tak Lawan Politik Identitas?

Pasangan Anies-Cak Imin harus mengakui keunggulan Prabowo-Gibran yang keluar sebagai pemenang Pilpres 2024. Di atas kertas, Anies yang secara track record dan citra publik begitu menjanjikan untuk jadi Presiden RI, nyatanya belum mampu meraih peruntungan di Pilpres kali ini. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Benarkah ini karena posisi Anies yang tak tegas melawan fabrikasi isu politik identitas yang kerap diarahkan padanya?

Benua Asia, Propaganda Terbesar Kolonialisme?

Benua Asia adalah benua terbesar dan terkaya di dunia. Namun, sebagai sebuah wilayah yang kerap dipandang homogen, Asia sebetulnya memiliki keberagaman yang begitu tinggi di antara kawasan-kawasannya sendiri. Mungkinkah lantas Benua Asia yang kita kenal bukanlah Benua Asia yang sesungguhnya?

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?

Strategi Erick Thohir Menangkan Timnas?

Timnas U-23 lolos ke babak semifinal di Piala Asia U-23 2024. Mungkinkah ini semua berkat Ketum PSSI Erick Thohir? Mengapa ini juga bisa politis?

Iran Punya Koda Troya di Bahrain? 

Iran sering dipandang sebagai negara yang memiliki banyak proksi di kawasan Timur Tengah. Mungkinkah Bahrain jadi salah satunya? 

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...