HomeCelotehAbdul Somad vs Ma’ruf, Siapa Marquez?

Abdul Somad vs Ma’ruf, Siapa Marquez?

“Banyak yg cinta damai, tapi perang semakin ramai. Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa”. – Gigi, Perdamaian


PinterPolitik.com

[dropcap]G[/dropcap]elaran balap motor kelas paling bergengsi di dunia, MotoGP di sirkuit Austin, Texas beberapa hari lalu memberikan hasil yang mengejutkan.

Alex Rins, pebalap asal Spanyol dari tim Suzuki secara mengejutkan berhasil memenangkan balapan di sirkuit yang dalam 6 musim terakhir selalu dikuasai oleh tim Honda.

Ini juga menjadi hasil paling buruk yang dialami oleh pabrikan asal Jepang berlambang sayap itu dalam 37 tahun terakhir.

Pebalap utamanya, Marc Marquez harus mencium aspal saat balapan baru berjalan 8 putaran. Ia terjatuh saat sudah memimpin 4 detik dari Valentino Rossi akibat kehilangan kendali atas ban depan.

Tapi Rossi hanya bisa finish di posisi dua, sementara podium utama dikuasai oleh Rins.

Beh, apakah ini tanda-tanda juga buat Pilpres 2019 yang akan berlangsung beberapa jam lagi? Marquez kan juara bertahan, eh. Hehehe.

Bukan mau bikin konspirasi dan ramalan ala-ala cenayang sih. Para penggemar MotoGP juga pasti pada protes: “Woi, jangan politisasi MotoGP!”

Ibarat motor MotoGP, Prabowo udah dapat upgrade mesin, sasis atau kerangka bawah, dan semua kelengkapan elektroniknya. Click To Tweet

Iya sih pak, nggak politisasi. Tapi, itu rencana Indonesia jadi tuan rumah MotoGP 2021 di Mandalika nggak politis juga tuh? Jelang Pemilu loh diumuminnya. Uppss.

Kalau mau dianalogikan dengan MotoGP, emang saat ini race atau balapan antara Jokowi dan Prabowo udah masuk putaran-putaran penentuan. Jokowi emang lagi unggul kalau ngelihat hasil-hasil survei.

Tapi, Prabowo juga lagi dalam upaya menyusul loh. Dukungan dari Ustaz Abdul Somad (UAS) dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) adalah contohnya. Soalnya, keduanya itu tokoh agama yang sangat terpandang.

Baca juga :  Mengapa Peradaban Islam Bisa Runtuh? 

Survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada November 2018 lalu menyebut UAS adalah ulama yang dakwahnya paling banyak didengar oleh masyarakat. Sementara Aa Gym ada di posisi ke-4 dalam daftar tersebut.

Bisa dibayangin kan dampaknya kalau dua tokoh itu sudah memberikan endorsement politik. Itu belum ditambah dengan dukungan dari Habib Rizieq Shihab yang ada di posisi ke-5 dalam daftar tersebut.

Ibarat motor MotoGP, Prabowo udah dapat upgrade mesin, sasis atau kerangka bawah, dan semua kelengkapan elektroniknya. Bisa dipastikan mulai ngejar Jokowi nih yang udah melenggang jauh dan unggul secara tingkat keterpilihan.

Jokowi emang patut berbangga karena ada Ma’ruf Amin di kubunya yang oleh Greg Fealy dari Australian National University (ANU) disebut sebagai ulama paling powerful  di Indonesia.

Bahkan, beberapa teman yang berasal dari kelompok pemilih Islam tradisionalis bilang bahwa orang-orang tua mereka awalnya nggak suka Jokowi. Tapi karena ada Ma’ruf, beh langsung berubah pilihannya dan mendukung Jokowi sepenuh hati.

Jadinya, Jokowi emang lagi ngebut-ngebutan nih di jalan. Lha programnya aja dinamain Dilan kok. Itu kan nama yang identik dengan motor juga hehehe.

Hmm, tapi jangan ngebut-ngebut pak. Nanti malah jadi kayak Marquez, cium aspal dan akhirnya kalah. Soalnya, di balapan kayak gini, semuanya tinggal menunggu momentum. Siapa tau aja kalau motor Pak Jokowi jatuh dan mesinnya rusak, eh Pak Prabowo yang malah bisa melenggang mulus ke garis finis. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.