HomeNalar PolitikPrabowo’s Men: Penyambung Lidah Presiden

Prabowo’s Men: Penyambung Lidah Presiden

Kecil Besar

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Presiden Prabowo Subianto menunjuk Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi sebagai juru bicara (jubir). Mengapa penyambung lidah presiden ini punya peran penting?


PinterPolitik.com

Dalam dunia politik internasional, pemimpin negara jarang berbicara langsung tanpa bantuan juru bicara (jubir). Kenny, seorang mahasiswa komunikasi politik, menemukan hal ini saat ia mengamati bagaimana Presiden Amerika Serikat hampir selalu diwakili oleh jubir Gedung Putih dalam berbagai konferensi pers penting.

Kenny mencatat bahwa pemimpin-pemimpin seperti Presiden Prancis atau Kanselir Jerman juga mengandalkan jubir untuk menyampaikan pesan yang sudah dirancang sedemikian rupa. Bahkan, Perdana Menteri Jepang menggunakan konferensi pers reguler yang dipimpin oleh juru bicara pemerintah untuk menjaga kesinambungan komunikasi dengan publik.

Dalam satu kuliah, Kenny belajar tentang bagaimana Dmitry Peskov bertahun-tahun menjadi wajah resmi Kremlin untuk menyampaikan kebijakan Presiden Vladimir Putin. Di sisi lain dunia, Kenny juga tertarik bagaimana Karine Jean-Pierre di AS atau Stéphane Séjourné dari Prancis memainkan peran sentral dalam membangun narasi pemerintah.

Kenny menyadari bahwa jubir bukan sekadar “penyampai pesan”, melainkan juga pelindung pemimpin dari jebakan pertanyaan yang bisa menimbulkan krisis politik. Dengan penguasaan bahasa tubuh, nada bicara, dan diksi yang terukur, jubir mampu menjaga citra pemimpin tetap utuh di hadapan publik dan media.

Mengapa peran jubir sangat penting dalam pemerintahan modern? Mengapa kesadaran ini juga perlu ditanamkan dalam pemerintahan Prabowo Subianto agar komunikasi politik Indonesia semakin efektif dan profesional?

Why Jubir Matters?

Dalam dunia komunikasi publik, peran juru bicara (jubir) sangatlah penting. Kenny, seorang mahasiswa komunikasi politik, membaca tulisan akademis oleh Andrei Constantin dan Irina Petrucă yang berjudul The Role of the Spokesperson in the Process of Public Relations. Mereka menjelaskan bahwa jubir adalah individu yang diberi wewenang untuk menyampaikan pernyataan resmi dari organisasi yang diwakilinya, dan setiap kesalahan dalam pernyataan bisa merusak hubungan dengan media.

Baca juga :  Beras Edition Harvest Heroes Prabowo?

Menurut Constantin dan Petrucă, jubir harus memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik dan kredibilitas yang tinggi, karena ia adalah wajah yang mewakili kebijakan organisasi. Sebuah organisasi harus memiliki satu jubir untuk menghindari kebingungan atau kontradiksi dalam pesan yang disampaikan, dan hubungan yang baik antara jubir dan manajemen sangat penting untuk memastikan pesan yang disampaikan selalu sesuai dengan kebijakan internal.

Sebagai contoh, Kenny melihat bagaimana banyak pemimpin dunia menggunakan jubir untuk menjaga komunikasi yang teratur dan terkoordinasi, terutama dalam situasi yang sensitif. Di banyak negara, jubir juga bertugas menjaga citra pemimpin di mata publik dengan memberikan penjelasan yang jelas dan tegas melalui media.

Di Indonesia, peran jubir sangat penting, terutama dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Sebagai pemimpin dengan visi besar, komunikasi yang tepat sangat diperlukan agar pesan pemerintah bisa sampai dengan jelas kepada masyarakat.

Lantas, siapakah yang cocok untuk menjadi jubir Prabowo, seseorang yang tidak hanya cakap dalam komunikasi, tetapi juga memiliki integritas tinggi dan pemahaman mendalam tentang kebijakan pemerintahannya?

Para Penyambung Lidah Prabowo

Dalam dunia politik, pemimpin memerlukan orang-orang yang dapat dipercaya untuk menjadi juru bicara (jubir), terutama dalam situasi yang sensitif. Kenny, yang sedang belajar tentang teori politik, teringat konsep presidential power yang dijelaskan oleh Richard Neustadt dalam bukunya Presidential Power and the Modern Presidents, di mana dia menggarisbawahi pentingnya kredibilitas dan kepercayaan untuk mendukung kebijakan seorang pemimpin.

Neustadt menjelaskan bahwa kekuasaan seorang presiden tidak hanya tergantung pada kekuatan formal, tetapi juga pada kemampuannya untuk meyakinkan dan mengendalikan opini publik. Seorang jubir yang dapat dipercaya memainkan peran krusial dalam membangun dan menjaga citra tersebut. Kenny melihat contoh nyata dari hal ini ketika pemimpin negara berhadapan dengan masalah publik, dan jubir harus tampil dengan sikap yang jelas dan tegas.

Baca juga :  Prabowo’s Power School

Kenny juga menyadari bahwa salah satu contoh yang cukup kontroversial adalah polemik yang melibatkan Hasan Nasbi, yang sempat memberikan respons yang tidak tepat saat menghadapi kasus pengiriman kepala babi ke seorang jurnalis. Responsnya yang meremehkan masalah tersebut, “dimasak saja,” menunjukkan bahwa seorang jubir harus paham akan pentingnya sensitivitas dalam berkomunikasi. Hal ini mengarah pada pemilihan Prasetyo Hadi sebagai jubir Prabowo, seorang figur yang lebih bijaksana dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang situasi publik.

Kesimpulannya, memilih orang yang terpercaya dan bijak sebagai jubir adalah langkah penting untuk menjaga kredibilitas dan kekuatan politik pemimpin. Ini adalah pelajaran yang harus diperhatikan oleh Prabowo Subianto, agar komunikasi pemerintahannya tetap terjaga dengan baik. Bukan begitu? (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

“Original Sin”, Indonesia Harusnya Adidaya Antariksa? 

Di era Orde Lama dan awal Orde Baru, Indonesia pernah meluncurkan roket buatan sendiri dan dipandang sebagai kekuatan teknologi yang menjanjikan. Namun, menjelang Reformasi, semangat itu memudar.  

Utut, The Next Grandmaster PDIP?

Grandmaster catur yang bertransformasi menjadi elite PDIP, Utut Adianto menjadi nama menarik dalam bursa Sekretaris Jenderal PDIP andai benar-benar dilepaskan dari Hasto Kristiyanto. Lalu, mengapa nama Utut muncul dan diperhitungkan?

“A Desert Storm” Bayangi Kemenkeu?

Dinamika dan beberapa variabel substansial mengenai penerimaan negara di bawah Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus berkembang. Terbaru, penunjukan Hadi Poernomo sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Penerimaan Negara menjadi salah satu variabel menarik yang memantik interpretasi mengenai keterkaitannya dengan kinerja Kementerian Keuangan serta masa depannya. Mengapa demikian?

Rahasia Banyaknya Anak Pemimpin dalam Sejarah Timur

Di dalam sejarah, banyak pemimpin bangsa dari kultur Timur menjadi pemimpin dengan jumlah anak terbanyak. Kira-kira apa alasannya? 

East Java Simmetry of Authority

Peta politik Jawa Timur saat ini seolah menggambarkan spektrum politik yang sangat beragam, unik, dan berbeda dengan wilayah lainnya. Khofifah Indar Parawansa yang mengampu kekuasaan periode pamungkasnya dinilai meninggalkan legacy dan ruang tersendiri bagi kekuatan politik lain dan dinilai bisa memengaruhi kontestasi 2029. Benarkah demikian?

Prananda The Unwanted Crown Prince

Seiring makin senjanya usia Megawati, nama Prananda Prabowo kerap dibahas dalam konteks kandidat yang dinilai cocok untuk meneruskan tampuk kepemimpinan di partai.

Menkes Budi dan Ironi Tarung Elite Kesehatan

Alih-alih menyelesaikan akar permasalahan aspek kesehatan masyarakat Indonesia secara konstruktif, elite pembuat keputusan serta para elite dokter dan tenaga kesehatan justru saling sindir. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin seolah masih belum menemukan ritme selaras, utamanya dengan asosiasi profesi kesehatan Indonesia yang bisa saja berbahaya bagi kepentingan kesehatan rakyat. Lalu, ada apa sebenarnya di balik intrik tersebut?

Prabowo’s Power School

Presiden Prabowo berencana membangun sekolah khusus untuk anak-anak cerdas-pandai dari kelompok masyarakat miskin: Sekolah Rakyat.

More Stories

Politik “Siuman” Megawati?

Megawati Soekarnoputri mengakui PDIP “babak belur” dalam rangkaian Pemilu 2024 lalu. Mengapa akhirnya Megawati mengakuinya sekarang?

MBG = “Mangsa” Bill Gates?

Bill Gates kunjungi Indonesia dan tinjau program MBG bersama Presiden Prabowo Subianto. Mengapa ini tunjukkan bahwa MBG berperan penting?

no na dan Mimpi Besar Indonesian Pop

Debut girl group Indonesia, no na, menandai babak baru dalam perkembangan I-pop. Mungkinkah soft power dan diplomasi budaya Indonesia siap?