HomeNalar PolitikDebat Perdana, Pepesan Kosong!

Debat Perdana, Pepesan Kosong!

Debat perdana Pilpres yang seyogyanya menjadi katarsis penting bagi pemilih, namun direduksi dengan adanya kesepakatan yang dibuat oleh dua kubu.


PinterPolitik.com 

[dropcap]D[/dropcap]ebat perdana Pilpres sering disebut akan memberi dampak nyata terhadap pergeseran elektabilitas kandidat. Apalagi selama ini kampanye substantif yang dibangun oleh kedua kubu tidak begitu terlihat. Wacana di ruang publik hanya berisi pemberitaan hoaks dan saling fitnah.

Adanya debat memainkan peran untuk menguji sejauh mana para capres-cawapres paham dan memiliki komitmen terhadap isu tertentu. Salah satu cara untuk menguji hal itu misalnya dengan melihat jawaban atau tanggapan spontanitas dari masing-masing kandidat atas pertanyaan lawannya.

Namun, bagaimana jika ternyata debat tersebut sudah ada kesepakatan yang dibuat oleh para kandidat untuk tidak menyerang hal spesifik tertentu?

Setidaknya hal itu terlihat dalam pernyataan yang disampaikan oleh Juru Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ledia Hanifa yang mengatakan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk tidak membahas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu dalam debat perdana yang akan berlangsung hari ini.

Lebih lanjut, Ledia menegaskan bahwa semua pihak sepakat tak akan mengungkit isu-isu HAM masa lalu yang kerap disasarkan kepada Prabowo. Sebaliknya, Prabowo pun tak akan menyerang Joko Widodo (Jokowi) dengan isu-isu pelanggaran HAM.

Seperti diketahui bahwa isu HAM selalu menyerang Prabowo di tiap gelaran Pilpres. Sejak pencapresannya di tahun 2009, 2014 dan 2019, sang jenderal dituding terlibat dan turut bertangung jawab terhadap kasus penculikan sejumlah aktivis tahun 1998. Isu ini seperti momok bagi Prabowo.

Sementara Jokowi, dihimpit oleh isu karena rezimnya saat ini berlumuran kasus HAM, mulai dari penculikan aktivis di Papua hingga kasus Novel Baswedan yang tidak kunjung terungkap.

Atas dasar ini, patut diduga bahwa kesepakatan untuk tidak mengungkit HAM masa lalu memang sengaja dibuat agar tidak menyudutkan keduanya.

Dalam kadar tertentu, beberapa pihak menilai isu HAM ini lebih menyudutkan Jokowi. Apalagi, Prabowo yang sudah berkali-kali dituding bertanggung jawab terhadap pelanggaran di masa lalu hingga kini belum dibawa ke pengadilan militer.

Oleh karena itu, pertanyaannya kemudian adalah mengapa pihak Jokowi mau untuk melakukan kesepakatan “gencatan senjata” tersebut? Dan apakah dengan demikian maka debat perdana hari ini akan kehilangan substansinya?

debat perdana pepesan kosong
debat perdana pepesan kosong

Gencatan Senjata

Dalam perang, gencatan senjata dimungkinkan untuk menunda perang atas dasar alasan tertentu. Gencatan senjata dilakukan untuk menegosiasikan kepentingan dua belah pihak. Kesepakatan-kesepakatan itu dibicarakan, terlepas hasilnya akan mendapatkan win-win solution atau malah deadlock.

Dalam konteks politik, hal ini seringkali terjadi. Politik di Pilpres misalnya tidak hanya berbicara tentang pertarungan antara dua kepentingan yang berbeda kutub. Namun, adakalanya kutub-kutub itu saling mendekat dan merundingkan permasalahan yang ada.

Baca juga :  Anies-Ganjar Harus Cegah Tragedi 2019 Terulang

Dalam hal ini, Jokowi sepertinya sedang melakukan gencatan senjata dengan kubu Prabowo. Karena, bagaimanapun juga isu HAM ini sangat mungkin lebih merugikan dirinya. Apalagi, pada saat kampanye Pilpres 2014 lalu, Jokowi merupakan pihak yang mengkapitalisasi isu HAM dalam kampanyenya.

Hal itu turut dilihat oleh para pejuang HAM, sehingga mereka merapat ke Jokowi. Sementara Prabowo sangat dirugikan dengan adanya komodifikasi isu tersebut. Namun, setelah 5 tahun berjalan, apa yang dijanjikan Jokowi itu nampaknya masih jalan di tempat.

Terlebih, saat ini Jokowi malah disorot karena pemerintahannya diduga melakukan pelanggaran HAM. Sebut saja misalnya kasus Novel Baswedan. Sejak penyidik senior KPK itu mengalami penyiraman air keras dua tahun lalu, hingga kini kasus itu masih tidak jelas penyelesaiannya.

Tentu publik bertanya-tanya, kenapa kasus itu seolah dibiarkan oleh kepolisian? Nampaknya memang pemerintahan Jokowi tidak cukup serius menangani hal tersebut.

Selain itu, adanya dugaan pelanggaran HAM di Papua turut mewarnai pemberitaan negatif terhadap Jokowi. SETARA Institute mencatat pada 2016 saja terdapat 107 pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat. Mereka menilai bahwa Jokowi mengenyampingkan penegakan HAM dan persoalan konflik sosial.

Di lain pihak, meskipun Prabowo masih diliputi oleh kasus yang masih gelap keberadaannya – terkait tuduhan keterlibatannya di tragedi 1998 – namun ia terlihat lebih kebal terhadap isu tersebut.

Hingga saat ini, keterlibatan Prabowo dalam kasus itu masih tidak jelas. Tim investigasi bentukan TNI terlihat mandek menangani permasalahan tersebut.

Dalam hal ini, kasus penculikan aktivis tersebut justru merugikan Jokowi.Karena, jika memang Prabowo terlibat seperti isu yang dikembangkan, faktanya hingga saat ini Jokowi belum bisa “menyentuh” Prabowo, setidaknya katakanlah membentuk tim untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Baca juga :  Jokowi Makin Tak Terbendung?

Artinya, justru Jokowilah yang gagal menuntaskan kasus HAM. Pada titik ini, Jokowi bisa dituduh tidak memiliki keinginan untuk melakukan upaya penegakan HAM, baik kasus 1998 maupun yang lainnya. Banyak catatan miring oleh berbagai kelompok pegiat HAM yang memang menilai Jokowi tidak punya itikad itu.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa alasan tersebut sangat mungkin membuat Jokowi mau melakukan kesepakatan atau dengan kata lain menyepakati gencatan senjata pada debat nanti.

Di Bawah Ekspektasi

Debat merupakan sesutau yang fundamental dalam Pilpres. Dalam debat publik dapat menguji konsep yang dibawa oleh capres-cawapres secara mendasar.

Namun, dengan adanya kesepakatan untuk membatasi pembahasan kasus HAM masa lalu, maka bisa dikatakan debat Pilpres dengan tema HAM seolah tidak lagi relevan. Sebab, nampak tidak ada niat – dari dua belah pihak – untuk menyelesaikan permasalahan yang fundamental yang juga merupakan amanat dari reformasi dan konstitusi.

Kesepakatan yang dibuat dalam debat jadi kurang makna. Click To Tweet

Hal ini sejalan dengan pendapat Dylan Matthews dalam tulisannya di The Washington Post yang menyebut bahwa meski debat dalam kadar tertentu bisa memberikan ukuran bagi pemilih, namun hal itu tidak akan terlalu berpengaruh ketika kandidat yang bertarung tidak menampilkan performa maksimalnya.

Dengan kata lain, pembatasan pembahasan topik tertentu akibat adanya kesepakatan mereduksi fungsi deban dan membuatnya sangat mungkin tidak akan berpengaruh terhadap preferensi pemilih.

Dengan adanya kesepekatan, maka terkesan bahwa tidak ada keseriusan dalam debat nanti. Padahal publik menunggu-nunggu seperti apa perdebatan yang timbul jika isu HAM masa lalu ditampilkan di hadapan masyarakat. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap penampilan capres maupun cawapres.

Apalagi, pembahasan kasus-kasus spesifik pelanggaran HAM ini dibutuhkan untuk memperlihatkan kemampuan menyampaikan pandangan sekaligus menunjukkan bahwa mereka mampu menyelesaikan kasus pelanggaran HAM.

Oleh karena itu, sangat mungkin kesepakatan ini membuat debat yang sedianya memberikan informasi fundamental bagi publik, menjadi kehilangan esensinya. Meski debat itu sendiri penting, tapi dengan adanya pereduksian isi dari debat itu sendiri akan menjadikan debat kurang bermakna.

Lalu, bagaimana jalannya debat nanti malam? Menarik untuk ditunggu. (A37)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Iran vs Israel, PD III Sudah Dimulai?

Ketakutan akan Perang Dunia III mencuat bersamaan dengan serangan yang dilakukan Iran ke Israel. Mungkinkah kita sudah berada di awal Perang Dunia III?

Airdrop Gaza Lewati Israel, Prabowo “Sakti”?

Prabowo Subianto disebut berperan besar dalam pemberian bantuan kemanusiaan pemerintah Indonesia ke Gaza melalui penerjunan dari udara oleh pesawat TNI-AU. Lobi Prabowo dan aksi-reaksi aktor-aktor internasional dalam merespons intensi Indonesia itu dinilai sangat menarik. Utamanya, proyeksi positioning konstruktif dan konkret Indonesia dalam konflik Israel-Palestina, beserta negara-negara terkait lainnya.

MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Pendapat menarik diungkapkan oleh Denny Indrayana yang menyebut Mahkamah Konstitusi (MK) bisa saja hanya mendiskualifikasi Gibran dan tetap mensahkan kemenangan Prabowo sebagai presiden.

Puan Maharani ‘Reborn’?

Puan Maharani dinilai tetap mampu pertahankan posisinya sebagai ketua DPR meski sempat bergulir wacana revisi UU MD3. Inikah Puan 'reborn'?

Puan x Prabowo: Operasi Rahasia Singkirkan Pengaruh Jokowi?

Megawati disebut menugaskan sang putri, Puan Maharani, untuk melakukan lobi dan pendekatan ke kubu Prabowo sebagai pemenang Pemilu.

Tiongkok Kolonisasi Bulan, Indonesia Hancur? 

Tiongkok diduga berniat melakukan penambangan mineral di Bulan melalui perusahaan-perusahaan dirgantara dan antariksanya. Bila hal ini sudah dilakukan, bagaimana dampaknya bagi Indonesia? 

Prabowo-Megawati Bersatu, Golkar Tentukan Nasib Jokowi?

Kendati baru sebatas rencana, probabilitas rekonsiliasi setelah pertemuan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri kelak menguat. Hal itu meninggalkan interpretasi bahwa relevansi dan nasib Joko Widodo (Jokowi) pasca kepresidenan kiranya hanya tinggal bergantung satu akar gantung yang ada di Partai "Beringin" Golkar.

More Stories

Unikop Sandi Menantang Unicorn

Di tengah perbincangan tentang unicorn, Sandi melawannya dengan konsep Unikop, unit koperasi yang memiliki valuasi di atas Rp 1 triliun. Bisakah ia mewujudkannya? PinterPolitik.com  Dalam sebuah...

Emak-Emak Rumour-Mongering Jokowi?

Viralnya video emak-emak yang melakukan kampanye hitam kepada Jokowi mendiskreditkan Prabowo. Strategi rumour-mongering itu juga dinilai merugikan paslon nomor urut 02 tersebut. PinterPolitik.com Aristhopanes – seorang...

Di Balik Tirai PDIP-Partai Asing

Pertemuan antara PDIP dengan Partai Konservatif Inggris dan Partai Liberal Australia membuat penafsiran tertentu, apakah ada motif politik Pilpres? PinterPolitik.com  Ternyata partai politik tidak hanya bermain...