BerandaNalar PolitikCak Imin 'Nyontek' Guyonan Gus Dur?

Cak Imin ‘Nyontek’ Guyonan Gus Dur?

Ketua Umum (Ketum) PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) beberapa kali mengunggah konten bernada jenaka di akun media sosial (medsos) miliknya. Mungkinkah Cak Imin tengah meniru gaya Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur)?


PinterPolitik.com

“Laughin’, but the joke’s not funny at all” – Bon Iver, “exile” (2020)

Siapa sih yang tidak suka dengan cowok yang humoris? Banyak orang bilang bahwa cowok yang humoris adalah tipe semua orang. 

Bahkan, ada juga yang bilang bahwa cowok yang tampan akan kalah dengan cowok yang humoris bila disandingkan dalam sebuah kompetisi. Inipun tercatat dalam sejumlah penelitian.

Salah satunya datang dari jurnal Psychological Reports yang berjudul “en’s Sense of Humor and Women’s Responses to Courtship Solicitations: An Experimental Field Study”, cowok yang humoris dinilai memiliki kemampuan yang memikat di mata perempuan.

Wajar saja apabila cowok humoris selalu bisa membius hati perempuan. Sifat ini dianggap bisa membuat hubungan lebih berwarna dan dinamis.

Mungkin, karena itu pula, masyarakat juga mudah menyukai sosok-sosok politisi yang berjenaka. Boleh jadi, ini karena politisi yang humoris bisa terlihat lebih relatable (dekat) di mata masyarakat.

Di Indonesia, ada figur politikus demikian, yakni Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid. Sosok yang akrab dikenal dengan nama “Gus Dur” tersebut memang dikenang dengan kejenakaannya – sampai-sampai ada saja meme atau buku koleksi humor Gus Dur tersebar di masyarakat.

Meski Gus Dur sudah tiada, tampaknya ada politisi di masa kini yang berusaha mengikuti jejaknya. Sosok tersebut adalah Ketua Umum (Ketum) PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Bagaimana tidak? Dalam beberapa konten yang diunggah oleh Cak Imin di akun Instagram-nya, terdapat sejumlah parikan – pantun dalam Bahasa Jawa – dengan nada jenaka yang mengandung pesan–pesan politik.

Bagaimana memangnya parikanparikan dari Cak Imin? Mengapa bisa jadi Cak Imin masih ‘membutuhkan’ sosok Gus Dur? Mungkinkah ini semacam strategi komunikasi politik dari Cak Imin?

Cak Imin ‘Nyontek’ Gaya Gus Dur?

Jika kembali mengingat sosok Gus Dur, ada satu kalimat yang sering terlontarkan dari presiden keempat RI tersebut, yakni “Gitu aja kok repot.” Kalimat ini telah menjadi semacam trademark yang melekat pada sosok Gus Dur.

Namun, sebenarnya, kalimat pendek yang sering dilontarkan Gus Dur tersebut bukanlah hal yang selalu disengaja. Ajudan Gus Dur yang bernama Munib Huda Muhammad, misalnya, mengatakan bahwa kalimat itu bukanlah setting-an dan kerap kali dilontarkan secara spontan.

Spontanitas Gus Dur inilah membuat humornya termasuk dalam humor jenis topikal (topical jokes). Artinya, lelucon yang kerap dilontarkan Gus Dur adalah lelucon yang didasarkan pada topik yang sedang dibicarakan, misal topik rumitnya birokrasi yang akhirnya kerap memunculkan kalimat tersebut.

Mengacu ke Sigmund Freud dalam bukunya yang berjudul Jokes and Their Relation to the Unconscious, lelucon seperti ini biasanya bergantung pada topikalitas. Alasan jokes seperti ini bisa menjadi relatable adalah karena masih berkaitan dengan keadaan atau topik yang dibicarakan.

Cara yang sama mungkin juga tengah dilakukan oleh Cak Imin. Dalam video yang Cak Imin unggah ulang dari akun @voiceofpkb di Instagram pada 26 September, Cak Imin – mirip Gus Dur – secara spontan menjawab pertanyaan wartawan dengan plesetan.

Bukan tidak mungkin, dengan melakukan cara-cara humor ala Gus Dur, Cak Imin seperti ingin memproyeksi sosok Gus Dur pada dirinya. Apalagi, sosok Gus Dur masih sangat dihormati di kalangan Nahdliyin dan sebagain besar umat Islam di Indonesia.

Namun, benarkah hanya demikian? Apakah Gus Dur satu-satunya alasan Cak Imin untuk menggunakan humor dalam gaya komunikasi politiknya? Mungkinkah ada strategi dalam jangka lebih jauh?

Taktik Cak Imin untuk Anies?

Bukan tidak mungkin, gaya komunikasi politik Cak Imin yang menggunakan lelucon bukan hanya mengambil citra ala Gus Dur, melainkan juga bertujuan untuk melengkapi strategi kampanye pasangan bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) Anies Baswedan dan Cak Imin.

Boleh jadi, gaya komunikasi politik Cak Imin adalah salah satu cara untuk melengkapi sosok Anies. Pasalnya, mengacu ke tulisan Amanda Vitoria Lopes yang berjudul The Best of Two Worlds: Selection Strategies for Vice-Presidential Candidates, sosok kandidat wakil presiden (wapres) adalah sosok yang mampu mengisi kekurangan sang kandidat presiden – berkaca dari pemilihan umum (pemilu) di Brasil.

Bukan rahasia lagi bahwa Anies merupakan sosok bacapres yang bernada serius. Narasi-narasi yang dilontarkan Anies kerap bersifat langsung dan membahas persoalan-persoalan serius – seperti isu demokrasi yang memburuk yang kerap disuarakan oleh Anies.

Citra yang dimiliki Anies juga merupakan citra intelektual dan akademisi – membuat Anies terlihat kaku di mata para pemilih. Gaya komunikasi politik Cak Imin yang lebih ceplas-ceplos dan berjenaka bisa saja membuat pasangan Anies-Imin lebih relatable ke para pemilih yang tidak berasal dari kalangan intelektual.

Well, pada akhirnya, menjadi humoris adalah sebuah pilihan taktis yang diambil oleh Cak Imin – entah disengaja atau tidak. Selain bisa mendapatkan citra mirip Gus Dur, Cak Imin-pun pada akhirnya bisa melengkapi gaya komunikasi politik Anies. 

Pekerjaan rumah (PR) Cak Imin sekarang – layaknya seorang komedian – adalah bagaimana caranya agar tetap bisa lucu dan relevan di mata masyarakat. Jangan sampai seperti lirik Bon Iver di lagu Taylor Swift yang berjudul “exile” (2020) seperti yang dikutip di awal tulisan. (A43)


Baca juga :  Anies vs Prabowo, Perang Wibu 2024?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Kritik Megawati, Bumerang Hantam PDIP?

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri seolah mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti era Orde Baru (Orba). Namun, kritik ini tampaknya justru menjadi...

Siapa Capres Dukungan CIA di 2024?

Isu tentang kepentingan Amerika Serikat di sekitaran Pilpres 2024 memang menjadi salah satu perdebatan yang menarik di Indonesia. Secara spesifik, poin perbincangannya membawa-bawa nama...

Pemilih Bimbang Perlu Belajar Machiavellianisme?

Swing dan undecided voters masih menghantui Pemilu 2024. Tidak sedikit di antara mereka yang bingung memilih karena melihat semua kandidat “sama buruknya”. Bagaimana kita bisa merubah pola pikir yang seperti ini? 

Tetap Pede, Jokowi’s Anomaly?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) unggah foto artikel koran berjudul "Indonesia Builds Superpower Dreams". Menjelang 2024, Jokowi tetap pede?

Gemoy Effect Prabowo Seperti Bongbong Marcos di Filipina?

Kata “gemoy” menjadi istilah yang tengah naik daun dalam beberapa waktu terakhir, utamanya dikaitkan dengan kampanye Prabowo Subianto. Demam gemoy membuat citra Prabowo menjadi...

Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?

Salah satu pendiri CSIS Jusuf Wanandi menyebut Pilpres 2024 akan diisi oleh dua paslon. Dengan PDIP secara terang-terangan menginginkan dua paslon, apakah pernyataan Jusuf...

Apa Itu Contract Farming Yang Dipakai Anies Lawan Jokowi-Prabowo?

Anies mengusung gagasan menarik terkati persoalan pangan. Ia menyebutnya sebagai contract farming. Program ini disebutnya akan menggantikan food estate yang menjadi program andalan Presiden...

Yenny Wahid, Kembalinya Trah Gus Dur?

Putri Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, menyatakan siap untuk jadi bacawapres di Pilpres 2024. Apakah ini awal kembalinya trah Gus Dur?

More Stories

PAN PAN PAN, Paling Prabowo-Gibran?

PAN berubah dari parpol yang identik dengan intelektualitas Muhammadiyah menjadi parpol gemoy. PAN sudah jadi yang paling Prabowo-Gibran?

Ridwan Kamil, The Future President?

Prabowo Subianto menyebut Ridwan Kamil berpotensi jadi tokoh di buku sejarah Indonesia. Mungkinkah jadi the future president di masa depan?

Tetap Pede, Jokowi’s Anomaly?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) unggah foto artikel koran berjudul "Indonesia Builds Superpower Dreams". Menjelang 2024, Jokowi tetap pede?