HomeCelotehTarung “Karate” Jokowi vs Anies

Tarung “Karate” Jokowi vs Anies

“It’s funny how someone else’s success brings pain. When you no longer involved, that person has it all” – Drake, penyanyi rap asal Kanada


PinterPolitik.com

Mungkin, bagi banyak orang, kabar baik selalu mendatangkan rasa bahagia – entah kabar itu datang dari sendiri atau datang dari orang-orang lain di sekitar kita. Bagaimana pun, kabar baik bisa saja memunculkan energi positif.

Meski begitu, kabar baik terkadang tidak selalu menimbulkan rasa bahagia lho buat sebagian orang. Kutipan lirik penyanyi rap Drake di awal tulisan, misalnya, menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang justru bisa membawa kekecewaan lho buat diri kita.

Apa yang dirasakan oleh Drake ini bisa jadi juga tengah dialami lho oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, beberapa waktu lalu, ekspresi yang terkesan menyindir sempat diungkapkan oleh Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman melalui cuitan di akun Twitter-nya.

Cuitan itu kurang lebih nyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan setelah wilayah ibu kota yang dipimpinnya dapat penghargaan kota terbaik dari Sustainable Transport Awards (STA) 2021. Kalau kata Pak Fadjroel, pembangunan transportasi di Jakarta banyak dilakukan oleh gubernur-gubernur sebelumnya, seperti Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok, Jokowi, hingga Sutiyoso.

Hmm, memang sih pembangunan transportasi di Jakarta telah dicetuskan sejak lama. Namun, bukan berarti Pemerintah Provinsi (Pemprov) yang sekarang tidak melakukan apa-apa kan? Bukan begitu? Apalagi nih, integrasi antar-moda transportasi di Jakarta disebut-sebut menemui finalisasi di bawah kepemimpinan Anies dengan program Jak Lingko-nya.

Lagipula, sejumlah pengamat pembangunan Jakarta bilang kalau Jokowi maupun Ahok tidaklah benar-benar mencetuskan sistem transportasi seperti Moda Raya Terpadu (MRT). Bahkan nih, ide itu dinilai sudah muncul sejak tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an.

Baca juga :  Hasto dan Politik Uang UU MD3

Hmm, apa mungkin sekarang Anies punya oposisi ya sekarang? Soalnya nih, kalau kata politikus Gerindra Fadli Zon, pemerintahan Jokowi nih semacam ingin menjadi oposisi buat Pemprov DKI – mengingat sering kali “cuci tangan” ketika salah tetapi ikut klaim apabila mendapatkan penghargaan.

Wah, kalau yang dibilang Fadli ini benar, bisa jadi persaingan antara Jokowi dan Anies ini mirip lah ya dengan kisah rivalitas antara Daniel Larusso dan Johnny Lawrence. Kalau kita pernah nonton film Karate Kid (1984), persaingan antara keduanya ini berlangsung sangat ketat lho.

Meski begitu, Larusso pun keluar sebagai pemenang dalam sebuah turnamen karate di All Valley. Meski begitu, rivalitas ini pun berlanjut hingga era kontemporer di dalam seri Netflix yang berjudul Cobra Kai (2018-sekarang) – ketika Larusso dan Lawrence telah mencapai usia dewasa lho.

Namun, meski telah menang di masa lalu dan telah sukses di masa sekarang, Larusso pun merasa tetap panik setelah anak didikan Lawrence menjuarai turnamen yang sama. Mungkin, seperti Larusso, pemerintahan Jokowi yang telah masuk ke masa pemerintahan keduanya ini tetap merasa “cemas” dengan prestasi baru dari Anies.

Terlepas dari itu, hubungan kompleks Lawrence-Larusso ini juga terkadang diisi juga lho dengan pertemanan. Mirip “pertemanan” ala dua rival ini, Jokowi dan Anies pun sebelumnya dalam beberapa kali kesempatan terlihat sejalan lho – misalnya ketika sang gubernur menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Hmm, kira-kira, bagaimana ya kelanjutan hubungan teman-musuh antara Jokowi-Anies ini? Apakah mungkin tarung ini bakal jadi “tarung karate” ya – misal di tahun 2024 nanti? Hmm. (A43)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

Simpati, ‘Kartu’ Rahasia Prabowo?

Prabowo meminta relawan dan pendukungnya untuk tidak berdemo agar jaga perdamaian dan tensi politik. Apakah ini politik simpati ala Prabowo?

Puan Maharani ‘Reborn’?

Puan Maharani dinilai tetap mampu pertahankan posisinya sebagai ketua DPR meski sempat bergulir wacana revisi UU MD3. Inikah Puan 'reborn'?