HomeCelotehSri Mulyani Jadi ‘Gadis Sampul’?

Sri Mulyani Jadi ‘Gadis Sampul’?

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang dipimpin oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membuat laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Uniknya, sejumlah anggota DPR tidak menyoroti isinya, melainkan sampul dari laporan tersebut. Mengapa demikian?


PinterPolitik.com

“I wanted the fame but not the cover of Newsweek” – Eminem, “The Monster” (2013)

Dunia permodelan merupakan dunia yang penuh dengan kompetisi. Tidak jarang, dunia permodelan juga membutuhkan keunikan sendiri yang dibawa oleh masing-masing model.

Mungkin, bagi yang ngikutin acara televisi Indonesia’s Next Top Model (INTM) pasti tahu nih gimana drama-drama yang dilalui oleh para model yang berkompetisi di kegiatan tersebut. Bahkan nih, ada yang bilang kalau para juri di sana nggak peduli soal kesehatan mental lho (colek Deddy Corbuzier dan Luna Maya). Hehe.

Ya, terlepas dari itu semua, jelas kompetisi antar-model pun bisa jadi juga terjadi di dunia-dunia lainnya, termasuk di bidang politik dan pemerintahan. Soalnya nih, sedengar mimin, ada lho salah satu pejabat pemerintahan yang ternyata dikabarkan memasang fotonya sendiri di sejumlah laporan lho.

Kabar ini diungkapkan oleh anggota Komisi XI DPR Misbakhun. Soalnya nih, dalam laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berjudul APBN KiTa justru memasang foto Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati (Ani) di sampulnya.

Wah wahemang sih isinya nggak bakal berubah dengan adanya foto Bu Ani di sampulnya. Tapimimin heran aja sih mengapa Bu Menkeu mau-mau aja fotonya dipasang di sampul dokumen dan laporan yang penting buat jalannya pemerintahan.

Baca Juga: SIN Pajak, ‘Obat’ Sri Mulyani?

SIN Sri Mulyani Tunggu Apa

Apa jangan-jangan Bu Ani ini ingin menjadi “gadis sampul” di laporan APBN ya? Hmm, apa Bu Menkeu secara diam-diam memiliki passion untuk dunia permodelan nihNggak masalah kok, Bu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) aja punya passion untuk dunia musik metal, kan? Hehe.

Lagipula, di dunia media sosial (medsos) zaman sekarang ini, engagement dan perhatian dari warganet itu penting lho. Mungkin, selain mendapatkan headlinemain story, hingga perdebatan di medsos, Bu Ani merasa perlu nih buat masuk sampul depan – di mana orang-orang akhirnya bisa melihat dengan jelas tuhHmm.

Ya, terlepas dari itu semua, sebenarnya, sifat-sifat narsis ala pejabat seperti ini nggak hanya ada di Bu Ani lho. Presiden Jokowi, misalnya, menjadi bintang iklan dalam kampanye-kampanye publik yang mempromosikan penerapan protokol kesehatan (prokes) di masyarakat.

Bukan hanya pada pemerintah pusat (pempus), sifat narsis pejabat juga terlihat di pemerintah daerah (pemda) lho. Dalam berbagai kebijakan dan program, misalnya, hampir udah pasti deh kalau foto kepala daerah bakal nongol di banner dan spanduk.

Selain itu nih, coba kita ingat kembali kala kebijakan bantuan sosial (bansos) diberlakukan oleh pemerintah di awal-awal pandemi. Ada banyak lho kepala daerah yang justru memasang fotonya sendiri di paket-paket bansos yang disalurkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) tersebut.

Hmm, kalau gini caranya, semoga masyarakat nggak cepat capek aja ngelihat gaya para pejabat kita ini. Lagipula, cara menilai bagus dan tidaknya pejabat pemerintahan itu kan dari hasil kebijakan dan programnya, bukan melalui foto-fotonya. Bukan begitu? (A43)

Baca Juga: Siapa Pembimbing Sri Mulyani?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

Jokowi “Akuisisi” Golkar?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut ingin menempatkan orangnya menjadi ketum Golkar. Mungkinkah ini cara Jokowi "akuisisi" Golkar?