HomeCelotehNasDem, Sahabat Sejati Jokowi?

NasDem, Sahabat Sejati Jokowi?

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tampak sedang sibuk-sibuknya selama seminggu ke belakang. Partai NasDem yang tengah berulang tahun akhirnya mulai terabaikan. Apakah ini akhir persahabatan Jokowi dan NasDem?


PinterPolitik.com

“Sahabat sejatiku, hilangkah dari ingatanmu di hari kita saling berbagai?” – Sheila On 7, “Sahabat Sejati” (2000)

Sahabat mungkin adalah sosok pertama yang muncul di pikiran kita ketika masalah melanda. Gimana nggak? Ketika masalah terasa berat, mereka lah yang menjadi tempat utama kita menuangkan segala pikiran dan tekanan yang kita hadapi.

Kadang, sahabat sudah terasa seperti saudara sendiri. Mereka bisa masuk ke rumah kapan saja. Mereka kenal dengan keluarga kita. Mereka tahu apapun soal kita – mulai dari makanan favorit hingga hal-hal yang kita benci.

Namun, ada juga kesedihan yang menyertai ketika kita mempunyai sahabat. Rasa sedih itu kadang muncul ketika waktu itu telah tiba, yakni waktu untuk tidak lagi menghabiskan hari-hari bersama lagi.

Bagaimana pun, waktu mewajibkan kita untuk terus bergerak, bertumbuh, dan berkembang. Ini membuat kita tiba di saat ketika tumbuh dewasa memaksa kita untuk berpisah dengan mereka yang kita sayangi karena langkah-langkah kita tak sejalan lagi.

Mungkin, ini yang mulai dirasakan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Partai NasDem yang dipimpin oleh Ketua Umum (Ketum) Surya Paloh. Gimana nggak? Pak Surya Paloh sendiri sering bilang kalau Pak Jokowi adalah sahabat bagi NasDem.

Ini terlihat dari gimana Pak Jokowi dulu selalu hadir buat NasDem – begitu juga sebaliknya NasDem buat Jokowi. Setiap ulang tahun, misalnya, keduanya saling memberikan ucapan selamat dan doa kepada satu sama lain.

Mengacu pada buku Paul W. Ludwig yang berjudul Rediscovering Political Friendship: Aristotle’s Theory and Modern Identity, Community, and Equality, pertemanan dalam politik (political friendship) bisa jadi terbangun karena kegunaan (utility) oleh sang teman. Mungkin, kehadiran Jokowi dan NasDem untuk satu sama lain inilah yang menjadi utility dalam hubungan persahabatan mereka. 

Baca juga :  Gibran, Utang Moral AHY ke Jokowi-Prabowo?
Jokowi Lagi Sibuk Sibuknya

Namun, hal yang sebaliknya kini justru terjadi antara Jokowi dan NasDem. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ucapan selamat ulang tahun yang biasanya diberikan setiap tanggal 11 November tidak lagi terlontarkan dari Jokowi kepada NasDem.

Bahkan nih, NasDem mulanya berencana untuk memutar video ucapan dari Jokowi dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-11 NasDem. Namun, wajah sahabatnya itu pun tidak muncul juga di layar itu.

Katanya sih, Pak Jokowi lagi sibuk banget jadwalnya tuh. Iya sih, dalam seminggu aja, Pak Jokowi harus menghadiri banyak konferensi tingkat tinggi (KTT) – mulai dari berbagai rangkaian KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja; KTT G20 di Bali, Indonesia; hingga KTT APEC di Bangkok, Thailand.

Namun, tenang, Pak Paloh dan NasDem. Ini biasanya adalah sebuah dinamika yang wajar dalam sebuah persahabatan. Biasanya nih, sahabat akan tetap menjadi sahabat meski masing-masing pada sibuk dengan kehidupan sendiri.

Ujung-ujungnya nih, walaupun jarang chatting, texting, atau telepon, pasti bakal ngobrolin banyak hal sekalinya ketemu. Ya, begitulah dinamika persahabatan pada umumnya.

Tapi, dinamika ini bisa aja berbeda kalau ada hal tertentu yang muncul di antara dua sahabat. Kan, akhir-akhir ini, ada yang bilang kalau NasDem ini lagi deket sama sahabat atau temannya yang baru. Kabarnya sih, teman/sahabat itu adalah Anies Baswedan. Waduh. (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

Jokowi “Akuisisi” Golkar?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut ingin menempatkan orangnya menjadi ketum Golkar. Mungkinkah ini cara Jokowi "akuisisi" Golkar?