HomeCelotehHasto PDIP Mainnya Kurang Jauh?

Hasto PDIP Mainnya Kurang Jauh?

“Saya selalu terbuka kepada saran dan masukan. Terkait komunikasi dengan kepala daerah, termasuk yang berasal dari PDIP, kami meyakini hubungan dan sinergi terjalin dengan baik” – Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim)


PinterPolitik.com

Panggung politik selalu menyajikan drama-drama yang unik – bahkan juga membingungkan. Bayangkan jika serang pesohor politik mengatakan kalau tidak mengenal tokoh politik lain, tentu akan menghadirkan pertanyaan tuh, Kok bisa?

Nah, hal ini terjadi saat Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menyindir Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak.

Dalam sebuah wawancara, Hasto mengaku tak kenal dengan Ketua DPD Partai Demokrat Jatim itu tetapi sangat mengenal Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang menurutnya kooperatif dalam membangun komunikasi dengannya.

Hasto bahkan menyebut kedekatan dengan Khofifah itu dikarenakan faktor ketokohan Khofifah yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai kedekatan khusus dengan PDIP.

Pada saat yang sama, berhembus kabar kalau sindiran ini sebenarnya adalah bentuk keluhan Hasto atas komunikasi yang dianggap macet, yakni antara Emil dan kepala-kepala daerah  seperti wali kota dan bupati – dari PDIP di Provinsi Jatim.

Sedikit memberikan konteks, dalam hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 di Jatim, dari 19 kepala daerah yang terpilih, sebanyak 11 di antaranya merupakan kader PDIP. Artinya, PDIP berhasil mendapatkan 57,8 persen kemenangan. Tentunya ini bisa jadi penambah motivasi bagi PDIP untuk menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Merespons komentar Hasto, Emil mengaku hubungannya dengan semua bupati dan wali kota di Jatim sangat baik – termasuk kepala daerah yang dari PDIP. Emil menyebut di era digital komunikasi sudah tidak sulit sehingga tidak ada alasan tidak ada komunikasi.

Baca juga :  Rahasia Besar Presidential Club Prabowo?
image 72
Hasto Tutup Pintu Untuk Demokrat?

Anyway, entah apa yang menjadi alasan sebenarnya Hasto mengatakan kalau tidak mengenal Emil. Yang menarik malahan jawaban Emil tentang era digital dan tidak ada alasan tidak ada komunikasi.

Meski terlihat sederhana, ungkapan Emil sebenarnya bisa ditafsirkan sebagai sindiran balik loh. Tentu, ini mempertegas pula kalau dibalik sindiran ini ada perang antar dua kekuatan besar, yakni PDIP dan Demokrat yang saling berebut pengaruh di Jatim.

Dalam konteks politik, pernyataan Emil diafirmasi oleh berbagai teori sosial yang menyebut kalau perkembangan jaman malah semakin membuat jaringan sosial lebih mudah karena peran perkembangan teknologi.

Perkembangan terbaru pemikiran tentang jaringan dalam ilmu sosial dikenal dengan nama Actor Network Theory (ANT). ANT mulai berkembang pada awal tahun 1980an di Centre de Sociologie de l’Innovation (CSI) Paris, Prancis.

Tokoh-tokoh yang mengembangkan pemikiran tentang ANT ialah Bruno Latour, John Law, dan Michel Callon. Para sosiolog tersebut melihat bahwa ruang sosial saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.

Bruno Latour dalam bukunya We Have Never Been Modern menceritakan bagaimana ruang interaksi sosial yang dulu terbatasi oleh ruang geografis meluas dan tidak terbatasi dengan adanya perkembangan teknologi

Di sisi lain, sindiran Hasto ini memperlihatkan fenomena kontras seorang politisi. Alih-alih mengatakan tidak kenal, sering kali politisi meskipun tidak mengenal, malah mengklaim kenal seseorang untuk menunjukkan social capital (modal sosial) yang dimilikinya.

Bahkan, Robert Putnam dalam bukunya Making Democracy Work menegaskan kalau social capital dapat menjadi kekuatan sosial dalam sebuah interaksi sosial antara individu-individu.

Dalam konteks bonding social capital, modal sosial dapat menjadi alat meneguhkan posisi seseorang dan bahkan menjadi instrumen efektif untuk mencapai tujuan tertentu, termasuk tujuan politik.

Baca juga :  Ini Rahasia Jokowi Kalahkan Megawati?

Hmm, konteks sindir antara Hasto dan Emil dikaitkan dengan konsep jejaring sosial dalam politik, mengajak kita untuk mengkritisi kembali pernyataan para politisi yang sering kali terlihat kontras.

Well, dalam politik, sering kali kita bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya pernah kita kenal. Hal itu bukan karena dunia ini sempit melainkan karena pergaulan kita yang luas. Kalau Hasto nggak kenal Emil, jangan-jangan kurang jauh nih mainnya. Hehehe. (I76)


Deklarasi Terlalu Cepat: Anies Akan Dijegal?
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Ganjar Punya Pasukan Spartan?

“Kenapa nama Spartan? Kita pakai karena kata Spartan lebih bertenaga daripada relawan, tak kenal henti pada loyalitas pada kesetiaan, yakin penuh percaya diri,” –...

Eks-Gerindra Pakai Siasat Mourinho?

“Nah, apa jadinya kalau Gerindra masuk sebagai penentu kebijakan. Sedang jiwa saya yang bagian dari masyarakat selalu bersuara apa yang jadi masalah di masyarakat,”...

PDIP Setengah Hati Maafkan PSI?

“Sudah pasti diterima karena kita sebagai sesama anak bangsa tentu latihan pertama, berterima kasih, latihan kedua, meminta maaf. Kalau itu dilaksanakan, ya pasti oke,”...