HomeHeadlineBuzzword AI Calon Panglima Agus?

Buzzword AI Calon Panglima Agus?

Calon Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyebut akan melakukan modernisasi alutsista dengan menggunakan artificial intelligence (AI). Namun, hal itu dinilai kurang relevan saat kualitas dan kuantitas alutsista TNI sendiri masih timpang di matra dan kesatuan berbeda. Benarkah demikian? 


PinterPolitik.com

Satu hal yang tidak diinginkan dari implementasi visi-misi Jenderal Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI adalah terjebak dalam buzzword berupa “artificial intelligence (AI)”.  

Ya, dalam salah satu visi-misi yang dipaparkan di depan DPR kemarin, Jenderal Agus menyinggung modernisasi alutsista angkatan bersenjata dengan menggunakan kecerdasan buatan alias AI. 

“Dalam rangka mewujudkan percepatan modernisasi alutsista di tubuh TNI, maka pemanfaatan kemajuan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan dan informatika harus dilakukan secara terprogram serta berorientasi pada  integrated based system,” kata Jenderal Agus di Gedung DPR hari Senin 13 November 2023. 

Sayangnya, skeptisisme dari para pemerhati militer, khususnya di lini masa, muncul terhadap rencana Jenderal Agus. 

Frasa “AI” dinilai hanya embel-embel kosakata yang cenderung latah saat berkaca pada alutsista Indonesia sendiri yang tampak belum kompatibel untuk melakukan lompatan teknologi tersebut. Tentu saat berbicara realita di lapangan. 

Kekhawatiran itu sendiri muncul dari jumlah alutsista “sepuh” yang dimiliki TNI di tiga matranya, masih rendahnya operational readiness alutsista, serta pemerataan dan interoperabilitas yang masih harus dimaksimalkan lagi. 

Pada September lalu, misalnya, Kadispenad saat itu Brigjen TNI Hamim Tohari mengatakan telah mengusulkan peremajaan alutsista karena usianya yang sudah sangat tua. 

Salah satunya, Brigjen Hamim menyebutkan meriam buatan Yugoslavia tahun 1948 masih digunakan oleh salah satu Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) TNI AD. 

Brigjen Hamim menambahkan, saat ini seluruh tiga matra TNI masih membutuhkan peremajaan dan penambahan alutsista. 

Lalu, benarkah utilisasi AI dalam TNI dalam visi-misi Jenderal Agus sebagai Panglima TNI nantinya hanya akan menjadi sekadar jargon yang cukup sulit diimplementasikan? 

Baca juga :  Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Sedikit-Sedikit AI? 

Sebelum larut dalam skeptisisme, akan cukup bijak untuk menelaah apa yang benar-benar dimaksud oleh Jenderal Agus dalam visi-misi AI-nya bagi alutsista TNI. 

Salah satu sampel konkret yang disebutkan Jenderal Agus mengenai pemanfaatan AI maupun teknologi siber di TNI, adalah dengan mengembangkan dan mengoptimalkan pasukan siber. 

Sebagai catatan, rencana membentuk pasukan atau angkatan siber sebelumnya sempat diusulkan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) untuk melengkapi tiga matra TNI lainnya. 

Akan tetapi, aktualisasi pemanfaatan AI dan teknologi siber di bidang pertahanan adalah sesuatu yang begitu kompleks. Karena kepalang disebutkan oleh Jenderal Agus, hal itu kini berkelindan dengan proyeksi pertahanan selama ini kerap luput dari hal yang terabaikan atau istilahnya silent evidence.  

Istilah itu sendiri dicetuskan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable. 

Taleb menjelaskan mengenai bahaya silent evidence atau bukti bisu yang kerap dilupakan ketika menyimpulkan sesuatu yang dapat bermuara pada kesalahan tindakan.  

Penilaian terhadap sebuah aspek dikatakan perlu dan harus memikirkan bahwa hal itu ditentukan secara secara multikausalitas, termasuk faktor perilaku dan dinamika interaksi manusia sebagai instrumen utama di dalamnya. 

Multikausalitas sendiri adalah konsep yang menegaskan bahwa dalam sebuah peristiwa, baik politik, sejarah, dan sosial memiliki rangkaian yang tidak sederhana dan tunggal. 

Dan yang terpenting, kembali, sering kali terdapat silent evidence yang tidak diketahui atau diabaikan. 

Ini yang kemudian disebut sebagai bukti bisu. Bukan tidak mungkin, kesimpulan atas sebuah persoalan selama ini bertumpu pada informasi yang begitu kecil atau “sengaja” membatasi informasi. 

Padahal, terdapat bukti-bukti yang mungkin tidak pernah diketahui atau “sengaja-tak sengaja diabaikan”.  

Dalam konteks penilaian dan proyeksi kebijakan pertahanan, konteks yang tidak statis dalam pembangunan pertahanan dan perencanaannya juga menentukan. 

Baca juga :  Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Mulai dari ketersediaan anggaran, dinamika lingkungan strategis, birokrasi, hingga faktor politik. 

Selain jenis dan teknologi alutsista yang terus berkembang, kemampuan alutsista dan awaknya, kesiapan tempur, logistik, interoperabilitas, keberpihakan sekutu pertahanan, serta kesiapan moral prajurit kiranya juga menjadi silent evidence yang tak jarang luput dari kalkulasi.  

Belum lagi soal birokrasi dan aspek politik. Selama ini, porsi anggaran pertahanan Indonesia kerap “berdesakan” dengan alokasi dan prioritas kementerian lain, plus political will para aktor terkait. 

Lalu, mungkinkah ada pengaruh spesifik tertentu atau yang bersifat subjekltif sehingga memengaruhi visi-misi AI Jenderal Agus yang tampak cukup pelik untuk diwujudkan itu? 

infografis panglima tni ksad pensiun lebih awal

Jangan Pesimis Dulu? 

Masih terkait dengan konteks AI, pasca resmi menjabat sebagai Panglima TNI nanti, Jenderal Agus menyebut akan mendorong pengembangan ketahanan siber untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman pertahanan.

Sekali lagi, menurutnya, modernisasi alutsista RI berbasis digital perlu dilakukan, termasuk dalam mendukung pengamanan jalur logistik dan maritim. 

Terdapat satu telaah kritis menarik saat disebutkan bahwa Jenderal Agus bisa sampai pada visi-misi AI-nya itu, yakni karena berlatar belakang pasukan khusus yang terbiasa dengan sokongan senjata dan peralatan lebih canggih dibanding pasukan reguler lain. 

Oleh karenanya, Jenderal Agus dianggap kurang peka terhadap esensi kebijakan makro bagi pemerataan dan kesiapan operasional alutsista di tiga matra dan kecabangan-kecabangan spesifik yang juga penting di dalamnya. 

Namun, semestinya telaah itu dapat terbantahkan dan semoga tidak benar-benar demikian. 

Jenderal Agus sendiri adalah sosok yang pengalamannya cukup komplet di berbagai posisi strategis, mulai dari pasukan tempur, doktrin dan pendidikan, hingga teritorial. 

Dengan pengalaman itu, literasi secara makro atas visi-misinya nanti sebagai Panglima TNI semestinya memiliki dasar yang kuat, termasuk konteks pemanfaatan AI bagi alutsista. Itu yang diharapkan bersama demi progresivitas TNI kebanggaan Indonesia. (J61) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Alasan Sebenarnya Amerika Sulit Ditaklukkan

Sudah hampir seratus tahun Amerika Serikat (AS) menjadi negara terkuat di dunia. Mengapa sangat sulit bagi negara-negara lain untuk saingi AS? 

Rahasia Besar Presidential Club Prabowo?

Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto disebut menggagas wadah komunikasi presiden terdahulu dengan tajuk “Presidential Club”. Kendati menuai kontra karena dianggap elitis dan hanya gimik semata, wadah itu disebut sebagai aktualisasi simbol persatuan dan keberlanjutan. Saat ditelaah, kiranya memang terdapat skenario tertentu yang eksis di balik kemunculan wacana tersebut.

Apa Siasat Luhut di Kewarganegaran Ganda?

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan agar kewarganegaraan ganda untuk diaspora Indonesia diperbolehkan. Apa rugi dan untungnya?

Budi Gunawan Menuju Menteri Prabowo?

Dengarkan artikel ini: Nama Kepala BIN Budi Gunawan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon menteri yang “dititipkan” Presiden Jokowi kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Hal...

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

More Stories

Rahasia Besar Presidential Club Prabowo?

Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto disebut menggagas wadah komunikasi presiden terdahulu dengan tajuk “Presidential Club”. Kendati menuai kontra karena dianggap elitis dan hanya gimik semata, wadah itu disebut sebagai aktualisasi simbol persatuan dan keberlanjutan. Saat ditelaah, kiranya memang terdapat skenario tertentu yang eksis di balik kemunculan wacana tersebut.

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

Selama Masih Megawati, PDIP Pasti Oposisi?

Sinyal kuat bergabungnya Partai NasDem dan PKB, ditambah keinginan PKS untuk pula merapat ke koalisi Prabowo-Gibran, membuat Megawati Soekarnoputri dan PDIP dinilai akan mengambil sikap teguh nan luhur sebagai penyeimbang pemerintah. Namun, pada praktiknya, itu akan berjalan setengah hati. Benarkah demikian?