HomeHeadlineGibran Lebih Baik Dibanding Megawati?

Gibran Lebih Baik Dibanding Megawati?

Keraguan publik akan kemampuan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka setelah ditunjuk menjadi cawapres Prabowo Subianto tampaknya akan segera hilang setelah melihat berbagai tokoh yang akan menjadi mentor politik di belakangnya.


PinterPolitik.com

Penunjukan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto menimbulkan berbagai kontroversi.

Mulai dari permasalahan politik dinasti hingga pengalaman Gibran yang dinilai masih kurang karena masih berusia muda dan dianggap minim jam terbang dalam dunia politik.

Namun, tak sedikit pula yang menganggap majunya Gibran sebagai cawapres dari Prabowo adalah simbol dari kebangkitan anak muda dalam dunia politik di Indonesia.

Terkait dengan pengalaman Gibran yang dinilai masih minim dalam dunia politik, sejatinya itu bukanlah hal yang harusnya menjadi kecemasan publik.

Hal ini bisa dilihat dari barisan tokoh berpengalaman yang ada dalam barisan koalisi partai pendukung Prabowo dan Gibran.

gibran resmi jadi wapres prabowo

Tokoh-tokoh tersebut diantaranya Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri BUMN Erick Thohir, mantan Mensesneg dan ahli hukum Prof. Yusril Ihza Mahendra, dan tentu saja sang ayah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dengan line-up “mewah” seperti itu, Gibran tampaknya dapat dengan mudah untuk mendapat banyak arahan dan pelajaran bagaimana semestinya mengelola negara sebesar Indonesia.

Tokoh-tokoh yang kiranya akan menjadi mentor Gibran tampaknya lebih baik jika kita bandingkan dengan Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri pada saat awal meniti karier berpolitik.

Megawati adalah putri Soekarno, presiden pertama Indonesia. Soekarno adalah salah satu tokoh politik paling berpengaruh di Indonesia, dan dia adalah mentor pertama Megawati.

Dari ayahnya, Megawati belajar tentang nasionalisme, kemerdekaan, dan semangat perjuangan. Pandangan politik Soekarno yang dipengaruhi oleh ideologi nasionalisme dan sosialisme sangat memengaruhi pandangan Megawati tentang negara dan masyarakat.

Baca juga :  MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Selain itu, ada tokoh lain seperti A.M. Hendropriyono, Benny Moerdani, dan sang suami Taufik Kiemas. Dengan begitu, bisa kita lihat bagaimana seorang Megawati yang mempunyai barisan mentor “tidak semewah” Gibran bisa bertahan sekian lama dalam politik Indonesia.

Membentuk Kepribadian Gibran

Dalam Pilpres 2024, perhatian publik tertuju pada salah satu kandidat cawapres yang cukup kontroversial, yakni Gibran Rakabuming Raka.

Gibran yang diragukan karena dinilai pengalamannya yang minim dalam dunia politik tampaknya akan membungkam keraguan tersebut. Hal itu karena barisan mentor yang berada di belakang Gibran bukan tidak mungkin akan membantunya membentuk kepribadiannya.

Terkait faktor mentor terhadap kepribadian Gibran, bisa kita lihat dari teori pertumbuhan kepribadian.

Diasumsikan bahwa pengalaman seseorang, hubungan sosial, dan faktor eksternal lainnya memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan pribadi individu.

Dalam konteks Gibran, pengalaman politiknya dan hubungan sosialnya menjadi faktor penting dalam perjalanan politiknya. Hal ini yang kiranya akan terbantu dengan keberadaan mentor seperti SBY, Yusril, Erick Thohir dan sang ayah Jokowi.

jokowi restui gibran cawapres prabowo

Akan Lebih dari Mega?

Dengan line-up mentor yang mentereng kiranya bukan hanya membuat Gibran dapat membentuk kepribadiannya, melainkan juga terkait jejaring politik yang luas. Hal itu jelas akan membantunya jika terpilih bersama Prabowo dalam Pilpres 2024.

Ini bisa kita lihat dari perspektif teori jaringan politik. Dalam teori jaringan politik, mentor politik seperti SBY, Yusril, Erick, dan Jokowi berfungsi sebagai “nodes” atau simpul-simpul dalam jaringan politik Gibran.

Mereka menyediakan akses ke sumber daya, pengalaman, dan jaringan politik yang dapat membantu Gibran mencapai tujuannya.

Melalui mentor-mentor ini, Gibran dapat memperluas jaringan politiknya, memahami isu-isu politik yang kompleks, dan memperoleh pandangan yang lebih luas tentang dunia politik.

Baca juga :  The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Selain itu, mentor politik membantu memitigasi risiko politik yang mungkin dihadapi oleh Gibran. Mereka dapat memberikan nasihat strategis, membantu dalam pengambilan keputusan, dan melindungi reputasi politiknya.

Melihat hal itu, bukan tidak mungkin nantinya karier politik Gibran akan menjadi lebih baik dari Megawati yang tak mendapat dorongan mentor “semewah” Gibran.

Tapi, semua itu kembali lagi kepada Gibran sendiri sejauh mana bisa mengambil pelajaran dari para mentor-mentornya. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Besar Presidential Club Prabowo?

Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto disebut menggagas wadah komunikasi presiden terdahulu dengan tajuk “Presidential Club”. Kendati menuai kontra karena dianggap elitis dan hanya gimik semata, wadah itu disebut sebagai aktualisasi simbol persatuan dan keberlanjutan. Saat ditelaah, kiranya memang terdapat skenario tertentu yang eksis di balik kemunculan wacana tersebut.

Apa Siasat Luhut di Kewarganegaran Ganda?

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan agar kewarganegaraan ganda untuk diaspora Indonesia diperbolehkan. Apa rugi dan untungnya?

Budi Gunawan Menuju Menteri Prabowo?

Dengarkan artikel ini: Nama Kepala BIN Budi Gunawan disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon menteri yang “dititipkan” Presiden Jokowi kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Hal...

Bukan Teruskan Jokowi, Prabowo Perlu Beda?

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto selalu sebut akan lanjutkan program-program Presiden Jokowi, Namun, haruskah demikian? Perlukah beda?

Mungkinkah Prabowo Tanpa Oposisi?

Peluang tak adanya oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sangat terbuka.Ini karena beberapa partai yang awalnya menjadi lawan Prabowo-Gibran, kini sudah mulai terang-terangan menyatakan siap menjadi bagian dari pemerintahan.

Alasan Ketergantungan Minyak Bumi Sulit Dihilangkan

Bahan bakar minyak (BBM) terus dikritisi keberadaannya karena ciptakan berbagai masalah, seperti polusi udara. Tapi, apakah mungkin dunia melepaskan ketergantungannya pada BBM?

Ada Kongkalikong Antara Iran dan Israel?

Kendati diisukan akan jadi perang besar, konflik antara Iran dan Israel justru semakin mereda. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Sangat Mungkin Jokowi & Anies Mendirikan Parpol?

Opsi mendirikan partai politik (parpol) menjadi relevan dan memiliki signifikansi tersendiri bagi karier politik Anies Baswedan dan Joko Widodo (Jokowi) pasca 2024. Akan tetapi, hal itu agaknya cukup mustahil untuk dilakukan saat berkaca pada kecenderungan situasi sosiopolitik saat ini.

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?