Cross BorderKenapa Peradaban Barat "Kuasai" Dunia?

Kenapa Peradaban Barat “Kuasai” Dunia?

- Advertisement -

Orang Eropa dan Amerika Serikat (AS) sering dianggap lebih unggul karena negara mereka “menguasai” dunia saat ini. Apakah ini akibat persoalan ras atau ada hal lain yang tersembunyi di balik kesuksesan peradaban Barat?


PinterPolitik.com

Besar kemungkinannya kalian pernah lihat ada orang Indonesia yang merasa begitu bangga ketika dirinya  bertemu dengan orang asing berkulit putih atau bule. Jangan jauh-jauh, mungkin sebagian dari kita juga masih suka merasa seperti itu.Bahkan, terkadang ada pula yang sampai meminta foto bersama dengan seorang bule meski sebenarnya ia bukanlah tokoh terkenal atau seorang pejabat.

Iyess, sudah jadi rahasia umum bahwa sebagian orang Indonesia melihat “bule” sebagai kelompok orang yang ‘hebat’, terlebih lagi jika mereka berasal dari negara-negara Eropa atau Amerika Serikat (AS). Salah satu penyebabnya adalah karena negara asal mereka memang kerap disebut sebagai negara maju. Tidak hanya itu, negara-negara Barat juga kerap dianggap sebagai “penguasa dunia” karena pengaruhnya yang besar dalam bidang ekonomi, teknologi, dan juga budaya – seperti perfilman dan musik.

Tapi kenapa ya negara-negara tersebut bisa ‘menguasai’ dunia? Beberapa orang punya pandangan rasis bahwa secara genetik orang bule memang lebih unggul dibandingkan ras-ras lain di dunia. Namun, benarkah anggapan tersebut?

image 149

Bukan Soal Genetik?

Satu hal yang perlu kita sadari terlebih dahulu tentang peradaban yang mendominasi dunia adalah bagaimana topik ini begitu kental dengan rasisme. Meski secara fisik memang ras-ras di dunia memiliki perbedaan yang cukup kentara, dari genetiknya kita semua sebenarnya tidak jauh berbeda.

Noah Rosenberg dalam tulisannya Genetic structure of human populations menjelaskan bahwa 99,9% kode genetik manusia dari semua ras ternyata sama. Karena temuan ini, sejumlah ahli biologi bahkan mulai menganggap bahwa perbedaan ras tidak akan bisa merepresentasikan variasi genetik manusia.

Baca juga :  Modi Mustahil Kalahkan Xi Jinping?

Lantas, apa yang membuat negara-negara Barat mendominasi dunia saat ini?

Salah satu jawabannya bisa kita lihat dalam tulisan Ian Morris berjudul Why the West Rules—For Now. Di dalamnya, Morris mengatakan bahwa peradaban yang dominan sepertinya memiliki siklus. Ketika pertama kali manusia mengembangkan agrikultur dan berhenti menjadi kaum nomaden, peradaban Timur Tengah seperti Babilonia dan Mesir menjadi peradaban yang paling maju karena mereka diberkahi kondisi geografis yang subur – wilayahnya biasa disebut fertile crescent.

Namun, ketika kerajaan-kerajaan zaman dahulu mulai saling terkoneksi, dominasi peradaban mulai bergeser ke mereka yang tinggal di pesisir laut dan sungai karena rute air adalah rute yang paling efektif untuk perdagangan. Ini kemudian membuat negara-negara kota di Yunani jadi peradaban yang begitu maju, lalu disusul oleh Kekaisaran Romawi yang tidak hanya menguasai jalur perdagangan tapi juga didukung oleh kekuatan militer yang luar biasa.

Menariknya, siklus peradaban dominan mulai bergeser kembali ke peradaban Timur pasca-abad ke-6 Masehi – saat kerajaan-kerajaan di Eropa tertimpa sejumlah bencana seperti pandemi dan krisis ekonomi.

Siapa kemudian jadi yang terkuat? Well, entitas itu adalah Kerajaan Tiongkok, dan mereka bertahan sebagai entitas politik yang dominan sampai abad ke-18 ketika kerajaan-kerajaan Eropa mulai melakukan kolonisasi (secara instan kembali mendapatkan kekuatan jalur perdagangan). Ini kemudian berlanjut hingga zaman sekarang karena.

Yap, sederhananya, sebuah peradaban dominan menjadi besar bukan karena genetik masyarakat mereka, melainkan akibat kondisi geografis dan tren zaman.

Selain alasan itu, ada juga satu hal penting lain yang membuat peradaban Barat mendominasi dunia modern. Dalam video YouTube PinterPolitik berjudul Kenapa Peradaban Barat Bisa Kuasai Dunia?, dijelaskan bahwa negara-negara Eropa tidak lebih maju akibat genetik mereka, melainkan pengalaman historis yang begitu kompetitif.

Baca juga :  Mengapa Peradaban Islam Bisa Runtuh? 

Berdasarkan catatan sejarah, tanah Eropa adalah wilayah yang paling sering terjadi perang dibandingkan wilayah-wilayah lain di dunia. Ini lalu membuat orang-orang Eropa lebih terdorong mengembangkan ideologi dan teknologi yang bisa membantu mereka mendominasi tetangga-tetangganya. Nah, mindset ini tertanam begitu mendalam pada pikiran bangsawan-bangsawan Eropa hingga akhirnya mereka tega melakukan kolonialisme agar lebih unggul dari peradaban lain di dunia.

Itulah beberapa alasan kenapa peradaban Barat bisa menguasai dunia. Kalau kata Ian Morris sih, dominasi Barat akan segera berakhir karena sistem globalisasi telah membuat banyak negara non-Barat berhasil mengejar ketertinggalan mereka. Well, bagaimanapun juga, kita jangan mau kalah sama orang-orang asing ya! (D74)

spot_imgspot_img

More from Cross Border

Nuklir Oppenheimer Justru Ciptakan Perdamaian?

Film Oppenheimer begitu booming di banyak negara, termasuk Indonesia. Menceritakan seorang Julius Robert Oppenheimer, seorang ahli fisika yang berperan penting pada Proyek Manhattan, proyek...

Oppenheimer, Pengingat Dosa Besar Paman Sam?

Film Oppenheimer baru saja rilis di Indonesia. Bagaimana kita bisa memaknai pesan sosial dan politik di balik film yang sangat diantisipasi tersebut?  PinterPolitik.com  "Might does not...

Zelensky Kena PHP NATO?

Keinginan Ukraina untuk masuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendapat “hambatan” besar. Meski mengatakan bahwa “masa depan” Ukraina ada di NATO, dan bahkan telah...

Eropa “Terlalu Baik” Terhadap Imigran?

Kasus penembakan yang dilakukan oleh oknum aparat kepolisian terhadap seorang remaja imigran telah memicu protes besar di Prancis. Akan tetapi, kemarahan para demonstran justru...

More Stories

“Sepelekan” Anies, PKS Pura-Pura Kuat?

Telah dua kali menyatakan enggan mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024, PKS kiranya sedang mempraktikkan strategi politik tertentu agar daya tawarnya meningkat. Namun di sisi lain, strategi itu juga bisa saja menjadi bumerang. Mengapa demikian?

Gibran, Wapres Paling Meme?

Usai MK bacakan putusan sengketa Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, unggah fotonya sendiri dengan sound berjudul “Ahhhhhh”.

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.