HomeCelotehPuan Maharani “Terjebak” Ombudsman?

Puan Maharani “Terjebak” Ombudsman?

“Kini 75 tahun Indonesia sudah merdeka, apakah rakyat sudah mendapatkan keinginannya?” – Puan Maharani, Ketua DPR RI saat membacakan puisi dalam Festival Puisi Ombudsman


PinterPolitik.com

Jika ada satu tokoh yang jadi musuh mahasiswa dan buruh saat ini, mungkin orang itu adalah Ketua DPR RI Puan Maharani.

Well, masyarakat mungkin juga mengkritik keras Presiden Jokowi karena menjadi pihak yang mengusulkan UU Cipta Kerja. Tapi, setelah nonton sidang pengesahan UU tersebut dan ditanya mana yang lebih kurang disukai antara Jokowi atau Puan, mungkin mayoritas akan memilih Puan.

Bukannya gimana-gimana ya, sidang tersebut dianggap tidak mampu menjadi wadah penyaluran aspirasi masyarakat. Selain itu, aksi Puan yang mematikan microphone dianggap “berlebihan” oleh banyak pihak dan tidak mencerminkan demokrasi. Duh.

Nah, setelah berminggu-minggu didemo, kini ada kisah terbaru nih yang menarik terkait Bu Puan. Ceritanya, doi ikut dalam Festival Puisi yang diadakan oleh Ombudsman jelang peringatan Sumpah Pemuda beberapa hari lalu.

Puan membacakan puisi berjudul “Hak-nya Rakyat Merdeka untuk Dilayani” karya Tim Pusat Penelitian DPR.

“Kini 75 tahun Indonesia sudah merdeka, apakah rakyat sudah mendapatkan keinginannya?” Demikian penggalan beberapa bagian dari puisi tersebut.

Hmmm, nggak salah nih Ombudsman ngajak Bu Puan baca puisi yang kata-katanya seolah kontradiktif dengan kenyataan yang ada? Uppps. Lha iya, jelas-jelas dalam ketok palu UU Cipta Kerja, rakyat – dalam hal ini kaum buruh – tidak mendapatkan keinginannya kok.

Wih, berasa Bu Puan terjebak dalam acaranya Ombudsman nih. Mengingkari kenyataan yang ada. Uppps. Untungnya puisinya yang buat Tim Pusat Penelitian DPR. Coba kalau yang buat orang lain, terus dimasukkan kata-kata yang lebih menohok lagi, bisa tambah rumit tuh situasi yang dihadapi oleh Bu Puan.

Baca juga :  Puan-Mega, Ada ‘Perang Sipil’ PDIP? 

Mungkin juga pas baca puisi itu Bu Puan dalam hati juga mikir:

“Kenapa puisinya seperti ini? Kenapa tidak isinya tentang hijau indah hutan di kaki gunung – yang bentar lagi bakal dibabat semuanya sama investor? Atau tentang biru laut di Labuan Bajo – yang bentar lagi bakal makin keruh seiring aktivitas pembangunan yang tiada henti? Atau tentang komodo yang ku lari ke hutan, kemudian menyanyiku, ku lari ke pantai, digusur aku? Ketokkan saja palunya biar ramai!”

Upppps. Hehehe. Beneran ramai ding tapi ketok palunya. Hehehe. Buat yang belum tahu, itu modifikasi puisi di film Ada Apa Dengan Cinta.

Intinya refleksi Sumpah Pemuda tahun ini emang penuh banyak catatan. Semoga negara ini ke depannya semakin baik. (S13)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Anomali PSI: Gagal Karena Kuasa Jeffrie Geovanie?

Kegagalan PSI untuk lolos ke parlemen pusat dalam dua gelaran Pemilu berturut-turut memang menimbulkan pertanyaan besar.

The Tale of Two Sons

Jokowi dan SBY bisa dibilang jadi presiden-presiden yang berhasil melakukan regenerasi politik dan sukses mendorong anak-anak mereka untuk terlibat di dunia politik.

Gemoy Effect: Prabowo Menang Karena TikTok Wave?

TikTok menjadi salah satu media kampanye paling populer bagi pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.