HomeCelotehPemerintahan Jokowi Sugarcoating Covid-19?

Pemerintahan Jokowi Sugarcoating Covid-19?

“Sugarcoating, membagus-baguskan keadaan. Ini salah kaprah, melihat penyakit dari tingkat kesembuhan/kematian. Seharusnya yang ditekankan adalah ini wabah penyakit menular, dan kalau tingkat penularannya tidak terkendali, dapat melumpuhkan sistem kesehatan – seperti yang terjadi saat ini di berbagai tempat”. – Septian Hartono, Relawan Kawal-COVID


PinterPolitik.com

Kejujuran. Bahasa Inggris-nya honesty. “Honesty is the best policy” – kejujuran adalah kebijakan terbaik, demikian kata Edwin Sandys (1561-1629), seorang politisi asal Inggris.

Di konteks yang berbeda presiden ke-3 Amerika Serikat, Thomas Jefferson pernah menulis: “Honesty is the first chapter in the book of wisdom” – kejujuran adalah bab pertama dari buku tentang kebijaksanaan.

Sementara William Shakespeare pernah menulis: “No legacy is so rich as honesty” – tidak ada warisan yang sama kaya (hebatanya) dibandingkan kejujuran. Ini ditulis Shakespeare dalam karyanya yang berjudul All’s Well That Ends Well. Well, listnya akan tambah panjang kalau mengutip pendapat banyak orang terkenal soal keutamaan dari kejujuran.

Baca Juga: Bisakah Biden “Bujuk” Jokowi?

Nah konteks kejujuran itu kini tengah disorotkan pada pemerintahan Presiden Jokowi. Ini kaitannya dengan penanganan pemerintah terhadap pandemi Covid-19. Pasalnya, pemerintah dinilai tidak terbuka dan jujur terkait kondisi negara yang ada. Tau-taunya kasus penyakit ini udah tembus 1 juta kasus.

Pada saat yang sama pemerintah malah mengklaim berhasil mengendalikan situasi dan menangani dampak lanjutan dari pandemi ini – hal yang kemudian menimbulkan pertanyaan terkait konteks kejujuran tersebut.

Sedari awal pemerintah memang dituduh tidak begitu serius dan arahan-arahan yang diberikan juga cenderung saling tumpang tindih antara menteri yang satu dengan yang lain.

Tidak heran jika beberapa pihak menyebutkan pemerintah cenderung sugarcoating alias menutupi persoalan yang ada dengan manis gula kata-kata dan keberhasilan. Padahal konteks yang terjadi di lapangan cukup buruk.

Baca juga :  MK Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran, Tapi Sahkan Prabowo?

Ibaratnya seperti pilot pesawat yang memberitahukan bahwa keadaan aman-aman saja, namun menutupi kondisi berbahaya yang sedang dihadapi pesawat tersebut. Akibatnya penumpang pun tidak bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang ada.

Hmm, walaupun begitu, sebenarnya pemerintah juga tak bisa sepenuhnya disalahkan karena tak jujur. Soalnya, pasti kalau terlalu jujur nanti malah menimbulkan kepanikan yang justru juga berbahaya untuk kondisi politik, keamanan, ekonomi dan sosial di negara ini.

Ibaratnya kayak manisan buah pala. Emang dikasih sugarcoating alias gula biar menutupi rasa asli buah pala yang super-duper aneh. Tapi, di balik rasanya yang aneh itu ada manfaatnya buat kesehatan loh.

Semoga ketidakjujuran pemerintah kali ini beneran ada manfaatnya. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Battle of Javanesia 2: Proxy War Jokowi vs Prabowo di Pilkada 2024

Pilkada serentak 2024 akan jadi panggung pertaruhan partai politik dan elite nasional untuk menentukan siapa yang jejaring kekuasaannya mampu merambah hingga ke level terbawah.

Siasat Megawati Pengaruhi Para Hakim MK

Megawati mengirimkan pengajuan diri menjadi amicus curiae atau “sahabat pengadilan” yang merupakan pendapat hukumnya kepada para Hakim MK terkait sengketa Pilpres 2024.

Diskualifikasi Gibran: Putusan Terbaik atau Terburuk MK?

Opsi mendiskualifikasi Gibran sebagai cawapres, tetapi tetap mengesahkan kemenangan Prabowo adalah pilihan yang tengah didiskusikan oleh banyak pihak menuju pembacaan putusan MK terkait sengketa Pilpres 2024.