HomeCelotehLaga “Jeruk” ala AHY-Moeldoko

Laga “Jeruk” ala AHY-Moeldoko

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva menjadi kuasa hukum Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang melawan kubu Moeldoko dengan kuasa hukum Ketua Umum (Ketum) PBB Yusril Ihza Mahendra – meski Hamdan juga menjadi salah satu pendiri dan kader PBB. Yusril pun menyebut hal ini sebagai “jeruk makan jeruk”.


PinterPolitik.com

Hai, bunda-bunda sekalian! Para bunda pasti tahu kan kalau buah-buahan adalah jenis asupan gizi yang penting dalam diet kita? Ya, buah-buahan kerap mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita.

Salah satu buah yang bergizi adalah jeruk. Bukan rahasia lagi kalau jeruk itu kaya akan vitamin C. Dengan mengonsumsi jeruk, tubuh kita akan terasa lebih fresh dan lebih siap untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berbincang-bincang mengenai politik seperti soal AD/ART partai.

Berikut adalah beberapa jenis jeruk dan kandungan gizinya yang mampu membuat badan kita lebih fresh untuk bicara soal AD/ART:

1. Jeruk Lemon

Jeruk jenis ini paling sering dikonsumsi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menkoparekraf) Sandiaga Uno. Dalam banyak kesempatan, Bang Sandi tampak membawa sebotol air yang ter-infused dengan jeruk lemon.

Tahu nggak sih kalau air lemon mengandung asam sitrat sekitar 5-6 persen (dengan pH 2.2)? Meski rasanya asam, jeruk lemon ini dianggap jadi sumber vitamin C yang kaya.

2. Jeruk Bali

Berbeda dengan jeruk pada umumnya, jeruk satu ini berukuran lebih besar. Jeruk ini disebut kaya akan seratnya – hingga enam gram serat (yakni 24 persen kebutuhan serat manusia dalam sehari).

Sebenarnya, suplai jeruk ini bergantung pada musim panen. Pada bulan tertentu, jeruk ini menjadi jarang ditemukan di pasar. Di sisi lain, meski Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sempat akan mengkhususkan Bali hanya untuk mereka yang berduit, suplai jeruk ini tetap aman kok.

Baca Juga: Ikhlas Yusril untuk Jokowi

Baca juga :  Anies-Ganjar dan Mereka yang "Geruduk" MK
Yusril v Hamdan A Demokrat Story

3. “Jeruk” Yusril

Seperti Jeruk Bali, jeruk jenis satu ini juga bisa dibilang musiman. Pasalnya, dalam waktu tertentu, jeruk ini justru sangat jarang ditemui di pasaran.

Biasanya, jeruk ini muncul di saat-saat seperti ketika ramai kritik terhadap kebijakan PPKM hingga ketika ada gugatan soal AD/ART Demokrat. Ya, di sisi lain, jeruk ini juga ramai kala publik bertanya-tanya soal “jatah” menteri yang tak kunjung datang.

“Jeruk” Yusril ini kurang lebih mengandung “saripati-saripati” PBB (bukan Perserikatan Bangsa-Bangsa). Di sisi lain, banyak pengamat menilai bahwa jeruk satu ini telah “dimodifikasi” dari jenis Masyumi.

4. “Jeruk” Zoelva

Jeruk satu ini sebenarnya juga jarang tersebar luas di pasaran. Meski begitu, baru-baru ini, “Jeruk” Zoelva mulai banyak ditemukan seiring dengan “musim” gugatan AD/ART Demokrat.

Hampir sama dengan “Jeruk” Yusril, “Jeruk” Zoelva juga mengandung “saripati” PBB. Namun, bukan dari jenis Masyumi, jeruk satu ini justru dimodifikasi dari jenis Syarekat Islam (SI).

Itu tadi empat jeruk yang masing-masing memiliki kandungan yang unik ya, Bunda. Jeruk-jeruk apa ya yang menjadi favorit para bunda? Yuk, pilih saja jeruk apa yang paling pas buat dikonsumsi sambil ngomongin AD/ART.  (A43)

Baca Juga: Kisah Yusril yang Masih Setia


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Jokowi Makin Tak Terbendung?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dirumorkan meminta jatah menteri dari pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah Jokowi makin tak terbendung?

Prabowonomics: Jurus ‘Lompatan Katak’?

Program makan siang dan susu gratis ala Prabowo merupakan jenis school feeding program. Mungkinkah ini jadi kunci penting Prabowonomics?

Jokowi “Akuisisi” Golkar?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut ingin menempatkan orangnya menjadi ketum Golkar. Mungkinkah ini cara Jokowi "akuisisi" Golkar?