HomeCelotehKorporasi Sawit (1) VS Lelembut Hutan (0)

Korporasi Sawit (1) VS Lelembut Hutan (0)

“Greed is so destructive. It destroys everything.” –  Eartha Kitt, American Singer


 PinterPolitik.com

Hutan Indonesia terkenal dengan citra mistisnya. Bagi masyarakat lokal, hutan merupakan manifestasi kemisteriusan, kekuatan gaib dan bahaya. Inilah sebabnya, mengapa masyarakat lokal kerap memiliki tradisi turun-temurun untuk menjaga hutan.

Pelestarian hutan adalah kearifan lokal. Cermin dari tradisi luhur yang sarat sejarah panjang beratus-ratus tahun. Tapi, beberapa tahun belakangan ini dan bahkan sekarang hutan Indonesia terusik karena karhutla. Ini korporasi sawit pada gak takut lelembut hutan pada keluar semua, apa gimana?

Agaknya kearifan lokal yang tunduk pada kekuatan gaib, jika berhadapan dengan kerakusan manusia yang didukung peralatan modern, ya kalah juga. Manusia memiliki kapabilitas untuk berkembang lebih daripada ketakutan primordial semata.

Manusia sejatinya diatur oleh nafsu. Nah, nafsu menguasai sumber daya ekonomi inilah yang mengalahkan kearifan lokal, sehingga timbul karhutla. Lagian, lelembut gak bisa mempengaruhi perekonomian sawit nasional juga. Caranya gimana coba?

Apalah kekuatan primordial lelembut jika berhadapan dengan nafsu yang memiliki alat canggih. Bahkan jika lelembut menggunakan medium dukun sekalipun, siapa yang mau disantet? Apa CEO perusahaan asing? Mereka kenal istilah dukun atau lelembut juga engga kan.

Bahkan, pemerintah yang telah menyegel lahan beberapa perusahaan serta menjadikan beberapa oknum tersangka, tidak bisa menangani karhutla.

Inilah kekuatan nafsu yang bersemayam di diri manusia. Lebih seram dan merusak bukan dari kerasukan setan? Mungkin, saya juga serem sih sebenernya dengan orang yang kerasukan.

Dampak mematikan dari karhutla akibat keserakahan manusia, bersifat masif dan memiliki jangkauan internasional. Kapasitas manusia dalam menyalurkan nafsunya dengan negatif sepertinya telah berevolusi. Kudos to Humanity!

Karena kekuatan lelembut sudah KO, maka keserakahan harus dilawan oleh nilai luhur manusia itu sendiri. Sudah saatnya Indonesia merevolusi industri sawit ke arah keberlanjutan.

Perlu ada kebijakan yang lebih ketat untuk mencegah karhutla tidak terjadi kembali. Tentunya, kebijakan ini harus melingkupi seluruh elemen industri sawit mulai dari individu hingga korporasi asing.

Hal ini, dapat dicapai melalui pengetatan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustanaible Palm Oil (RSPO). Sehingga pemegang sertifikat akan memiliki ruang lebih sempit untuk menyebabkan karhutla.

Perkembangan kebijakan yang berkelanjutan menjadikan manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Memang harusnya seperti itu sih!

Jadi, lelembut hutan sudah KO nih, mulai sekarang kita deh yang maju. (M52)

 

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...